"Gimana tadi acara reuninya, seru gak?" tanya Andre yang baru pulang dari kantor, sementara Melati hanya berbaring di tempat tidur memikirkan kejadian buruk yang nyaris menimpanya."Kamu kenapa, kok wajahmu pucat begitu?" Andre kembali bertanya.Melati menatap wajah suaminya dengan perasaan bingung. Jika berbohong ia tak tega, jika jujur ia takut suaminya salah paham, karena ia tahu bahwa suaminya itu sangat pencemburu terutama kepada Fahri."Kenapa diam aja? Oh, ya tadi kamu menelpon beberapa kali, maaf ya tadi mas lagi sibuk banget, lalu pas mas mau telpon balik malah lowbate.""Mas.." Melati menatap suaminya dengan wajah was-was."Kamu kenapa, sih? Kok kayak takut giti sama mas?"Melati menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan."Mas tahu kan kalau Pak Yono hari ini minta izin untuk ke rumah sakit karena anaknya keracunan?""Iya, lalu?""Aku terpaksa naik taksi online. Lalu setibanya di sekolah SMAku dulu, tempat itu sepi, bahkan tampaknya sudah terbengkalai.""L
"Aku yakin dengan keputusanku untuk mencabut tuntutan pada Gladis," ujar Melati."Entahlah Melati, mas bingung dengan keputusanmu.""Jujur saja aku selalu dihantui rasa bersalah sejak Gladis dipenjara.""Ya sudah kalau begitu," ujar Andre. Lalu setelah itu mereka bersiap menuju kantor polisi untuk mencabut tuntutan pada Gladis."Melati, sekarang lo sudah tahu, kan, kalau gue gak ada sangkut pautnya dengan rencana Joni?" ujar Gladis sembari sesekali meringis menahan luka lebam di area wajahnya."Gladis, apa lo berani bersumpah kalau lo tidak menyuruh Joni?""Gue berani bersumpah, Mel.""Sebenarnya gue belum tahu apakah lo bener atau salah, tapi sejak lo dipenjara, gue gak bisa tidur memikirkan nasib lo.""Selama dipenjara, gue selalu dibully hingga wajah gue babak belur, gue menderita di dalam penjara padahal gue difitnah oleh Joni.""Kalau lo ngerasa gak melakukannya, kenapa Joni membuat persaksian kayak gitu, ya?"Setelah itu mereka meminta izin pada polisi untuk menjenguk Joni. Nam
Joni langsung berlari meninggalkan Fahri yang bersimbah darah, sementara Bu Farah berteriak histeris menatap putra semata wayangnya itu. Beberapa saat kemudian ambulans datang, lalu Fahri segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu dada Melati semakin berdebar, pikirannya hanya tertuju pada Fahri. Akhirnya ia menelpon Fahri karena perasaannya semakin tak karuan."Hallo, Fahri.""Hu.hu..hu..." Bu Farah malah menangis tersedu-sedu saat menerima telpon dari Melati."Kok Tante yang mengangkat telepon? Fahri gak kenapa-kenapa, kan, Tante? Soalnya aku tiba-tiba merasa cemas sama dia.""Melati, sekarang tante membawa Fahri menuju rumah sakit, seseorang menusuk perutnya dengan pisau."Mendengar itu seluruh tubuh Melati terasa lemas, bahkan perutnya terasa sangat sakit seolah ada pisau yang menancap di perutnya."Di rumah sakit mana?" tanya Melati dengan suara lemah."Kami menuju rumah sakit Jakarta medika," ujar Bu Farah.Setelah itu Melati segera menutup telepon, lalu bergegas menuju ruma
"Fahri, apa lo mencintai istri gue?" tanya Andre saat Melati membiarkan mereka mengobrol berdua."Jujur saja iya," jawabnya lirih.Degh! Seperti biasa api di hati Andre mulai membara. Namun, ia mulai meredam amarahnya dan mencoba tenang."Tapi lo tahu kan kalau Melati itu milik gue?""Gue cuma ingin melindunginya, perasaan gue tulus tanpa mengharapkan balasan." Fahri tampak masih lemas dan sedikit terbata-bata saat mengatakannya.Andre hanya diam dan tak mampu berkata-kata."Gue gak pernah memiliki niat untuk merebut milik orang lain, gue hanya ingin dekat dengan dia, meski sebagai saudara.""Iya, asalkan lo cepat sembuh, gue janji akan mengizinkan lo untuk jalan sama istri dan anak-anak gue. Karena kita saudara, jadi istri gue juga saudara lo."Kalimat tersebut membuat Andre merasa sesak dada, ia sangat berat mengatakannya, tapi ada sesuatu yang tak bisa ia mengerti terus mendorongnya untuk mengatakan hal tersebut. Sementara itu Fahri tersenyum senang, ia merasa ingin segera pulih ag
29Fahri tak berhenti menatap Melati, ia selalu merasa nyaman saat berada di dekatnya."Kamu, bukankah kamu istrinya Andre?" Seorang wanita bertubuh jenjang tiba-tiba muncul hingga membuat Melati dan Fahri terkejut."Iya, lalu?" Melati menanggapi santai saat wanita itu menatapnya dengan penuh tanya dan senyum sinis."Kalian lagi selingkuh atau gimana? Kok santai banget saat kepergok gini, apa gak takut kalau gue ngelaporin apa yang kalian lakukan?""Gue Fahri, gue sepupunya Kak Andre. Dia sudah tahu kalau gue mengajak istri dan anak-anaknya jalan.""Hemm..gitu, ya? Menurut gue sih meski sepupunya Andre, tapi gak etis aja jika sedekat ini dengan istrinya.""Udah, yuk, kita pergi aja!" ajak Fahri lalu memanggil pelayan untuk meminta bill makanan yang telah mereka makan.Sementara itu Kristal langsung memfoto saat Fahri menggenggam pergelangan tangan Melati, lalu bergegas mendatangi kantor Andre. "Semoga saja Andre berada di sana sekarang, untung saja dulu gue pernah dikenalin sama boka
"Mas, kenapa kamu diam saja?" tanya Melati saat Andre tengah termenung memikirkan ucapan kakak iparnya yang membahas tentang kembaran Melati."Enggak, aku cuma penasaran dimana kembaran kamu sekarang." Andre tampak belum berani mengatakan kecurigaannya pada Fahri yang mungkin saja saudara kembar Melati di hadapan kakak iparnya, karena ia takut jika Bu Farah malah akan dituntut dengan kasus penculikan."Andai saja suatu hari nanti aku bisa bertemu dia," ucap Melati.Mendengar itu Andre hanya terdiam. Disatu sisi ia sangat senang jika ternyata Fahri adalah saudara kembar Melati, karena ia tak perlu lagi merasa cemburu padanya. Namun, di sisi lain ia khawatir jika Bu Farah harus berurusan dengan polisi.Setelah berbincang lumayan lama dan menyantap aneka makanan, Andre dan Melati mengajak kakak-kakak ipar beserta suaminya itu ke rumah mereka."Masya Allah, ini rumah kalian?" Mereka tampak tercengang saat melihat rumah 3 lantai dengan luas tanah keseluruhan 536 m2 sementara luas bangunan
"Soal bagaimana mama bisa merawat kamu, mama belum bisa jawab," ujar Bu Farah sembari menatap wajah putranya itu dengan tatapan pilu."Tapi, Ma..""Fahri, tolong beri mama waktu, mama sangat hancur dengan semua ini."Bu Farah tampak terus menangis meraung-raung, sehingga Fahri tak tega melihatnya."Fahri, mama mohon jangan membenci mama. Karena mama sangat menyayangimu, Nak."Fahri hanya terdiam mendengar ucapan wanita tersebut. Selama ini ia tak pernah merasa kekurangan kasih sayang dari wanita yang ternyata bukan ibu kandungnya itu, tapi tetap saja ia ingin bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya."Ma, aku janji gak akan membenci Mama, bahkan aku juga gak akan pernah meninggalkan mama. Terima kasih untuk kejujurannya, besok aku akan mendatangi kampung tempat tinggal orang tuaku, mudah-mudahan mereka masih tinggal di sana."Bu Farah hanya tertunduk pilu, ia belum bisa menceritakan pada Fahri bahwa Melati adalah saudara kembarnya. Selain itu dia juga belum berani mengatakan ba
"Apa kamu yakin?" Fahri tampak terhenyak bercampur bingung."Yakin, dong. Di kampung ini hanya ada satu orang Korea bernama Lee Young Gi yang menikah dengan wanita bernama Hapsari. Mereka adalah ayah dan ibuku."Fahri seketika terdiam, lalu tiba-tiba ia teringat banyak kesamaan yang ia miliki dengan Melati. Dari mulai hari kelahiran, golongan darah, bahkan reaksi alergi yang sama. Selain itu Fahri juga teringat ucapan banyak orang yang mengatakan bahwa wajah dirinya sangat mirip dengan Melati."Apa kamu memiliki saudara kembar?""Iya, kakakku bilang, aku memiliki saudara kembar fraternal. Tapi seseorang menculiknya saat ia baru berusia beberapa hari. Tapi bagaimana kamu tahu?""Apa? Diculik?""Iya."Tubuh Fahri seketika terasa lemas. Ia sangat bingung apakah harus bahagia atau sedih. Disatu sisi ia bahagia karena akhirnya bertemu dengan saudara kembarnya. Namun, di sisi lain ia sangat kecewa karena malah bersaudara dengan wanita yang sempat ia cintai. Selain itu ia juga kecewa saat me