Share

Bab 82 : Semua Ini Salahku

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-04-15 15:05:06

“Mami?” panggil Yasmin lagi. Suaranya gemetar, seperti anak kecil yang siap menerima hukuman.

Hati wanita itu mencelos. Bukankah Barra terluka karena menyelamatkannya?

“Yasmin … minta maaf, Mi,” lirihnya, tertunduk dalam-dalam.

Kalau pun Kezia memaki, mengusir, atau membencinya, Yasmin akan terima. Dia sudah siap dan harus ikhlas.

Tubuh Kezia bergetar. Dari pantulan bayangan di lantai rumah sakit, Yasmin bisa melihat tangan wanita paruh baya itu mengepal rapat. Isak tangisnya lirih dan memilukan di telinga.

Boy dan Cleo kembali rewel dalam dekapannya, seakan ikut menyerap kesedihan sang ibu susu yang meluap.

Tiba-tiba, tangan Kezia terangkat dan ….

“Syukurlah kamu selamat, Yasmin. Mami ke sini mau antar kamu pulang,” bisik Kezia di tengah tangis.

Wanita paruh baya itu merengkuh tubuh Yasmin ke dalam pelukan hangat. Kezia menumpahkan air matanya di pundak Yasmin.

Yasmin me

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
NACL
siaaaaap Kakak makasih ya semangaaatnya
goodnovel comment avatar
Michellyn
lagi thor semangat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 83 : Jangan Beri Kesempatan Kedua

    “Bram … keluar! Ada yang cari kamu.” Suara nyaring seorang wanita itu diiringi ketukan pada pintu makin intens, membuat Bram yang sempat mendengar suara sirine langsung terlonjak kaget. Detak jantungnya bagai memberontak.“Cepat, Bram!” teriak Sarah lagi.Dengan tangan gemetar, Bram membuka pintu dan melihat ibunya berdiri dengan wajah panik. Sarah tampak pucat pasi, keringat dingin membasahi pelipisnya.Melihat itu, tangan Bram mengepal, dan dia merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya.Sarah langsung meraih wajah putranya dengan tatapan penuh iba. Namun, Bram menepisnya dengan kasar, sorot matanya menajam.“Jangan seperti itu, Bu. Aku ini udah besar!” sergah pria itu.Seketika dari lantai dua, dia mendengar suara berat seorang pria dari arah bawah. Bram menoleh dengan cepat, dan tubuhnya menegang. Suara itu bagai menggetarkan dadanya yang sudah rapuh.“Kamu kenapa, Nak? Cerita sama Ibu, Ibu pasti bisa bantu. Kamu berantem sama Tamara ‘kan?”“Sebaiknya Ibu usir tamu di bawah!” Pria

    Last Updated : 2025-04-16
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 84 : Aku Mau Ketemu Kamu, Mas!

    Ponsel Bahtiar berdering nyaring, memutus percakapan seriusnya dengan Samantha. Alis asisten Barra itu langsung mengerut dalam, dan napasnya berembus panjang seperti menahan sesuatu yang tidak menyenangkan.“Ada apa? Siapa yang telepon? Polisi?” tanya Samantha dengan nada tidak sabar. Jelas sekali dia ingin segera tahu siapa pelaku dari kasus pembunuhan berencana ini.Bahtiar mengangkat ponsel, lalu memperlihatkan layar yang menampilkan nama Cindy.“Angkat,” titah Samantha begitu lugas dan tajam.Bahtiar mengangguk pelan, lalu menggeser ikon hijau dengan gerakan tenang juga waspada. Suaranya terdengar datar saat menjawab panggilan itu.“Ya, Mbak Cindy, ada apa?”“Bagaimana kabar Kak Barra? Dia sudah bangun ‘kan? Nanti siang aku ke rumah sakit bareng Mami, tapi … apa kami boleh mampir ke rumah?”Samantha memberi isyarat dengan gerakan kepala sambil mengetik cepat di ponselnya, lalu menunjukkan teks itu pada Bahtiar. Mereka saling memahami dalam diam, sorot mata keduanya bicara tanpa su

    Last Updated : 2025-04-16
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 85 : Yasmin Bersama Bagas?

    Yasmin mengangguk pelan. Dida hendak menunjukkan cincin itu lewat media sosial Bram, tetapi akun pria itu mendadak hilang. Setelah dia cari melalui akun-akun gosip, ternyata Bram memutuskan untuk rehat dari dunia maya. Alis Yasmin mengerut dalam. Dia menggeleng tidak percaya. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka. "Kamu yakin, Yasmin?" tanya Samantha sekali lagi. "Yakin, Dok ... Tapi Yasmin nggak punya fotonya," sahut ibu susu ini, menghela napas. "Oke, biar timnya Barra yang cari. Makasih infonya. Sekarang kamu rileks dan berdoa buat Barra, ya. Aku balik ke rumah sakit dulu," pamit Samantha, memeluk Yasmin dengan erat. Yasmin hanya bisa memandangi kepergian Samantha dengan kosong. Rumah ini benar-benar seperti penjara baginya. Dia bahkan tidak boleh keluar sekalipun hanya untuk menjenguk pria yang telah menyelamatkannya. Namun, dia tidak pernah putus mendoakan pria itu. Perlahan Yasmin melangkah ke kamar si kembar dan menemukan mereka asyik berceloteh sambil bermain. Rasa b

    Last Updated : 2025-04-17
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 86 : Menggetarkan Hati

    Tim dokter segera memeriksa kondisi Barra. Bahtiar dan Dariel berdiri dengan wajah tegang dari balik kaca ICU. Napas mereka terdengar berat, seolah menahan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Dariel menoleh pada Bahtiar dan memerintah. "Hubungi Tante Kezia! Sekarang!" Tanpa bertanya lebih lanjut, Bahtiar segera keluar dari ruang ICU. Membuat Airin dan Cindy langsung berdiri di ruang tunggu. Dua wanita itu saling berpandangan, menyadari ada yang tidak beres. Sementara itu, di sisi lain Kezia tengah menerima telepon dari asisten pribadi putranya. Suaranya tercekat saat mendengar nama ‘Barra; disebut. "Barra ... anakku," bisiknya, satu tangan menutup mulutnya, dan air mata mengalir tanpa izin. "Oke, Tante ke sana sekarang." Tidak disangka, Yasmin mendengar percakapan itu. Dia langsung menghampiri Kezia yang hendak keluar rumah. "Mi! Tunggu!" serunya sambil tertatih mengejar. Meskipun kakinya masih nyeri, dia memaksakan diri. "Yasmin boleh ikut, ya? Tolong, Mi ...," pintanya

    Last Updated : 2025-04-17
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 87 : Aku Akan Lindungi Kamu

    Saat ini debar jantung Yasmin menggila. Telapak tangannya berkeringat, dan napasnya terasa berat di dada. Dia bahkan menahan napas beberapa detik, mencoba meredakan kegugupan yang menyelimuti tubuhnya. Berada sedekat ini dengan Barra ... sungguh berbahaya. Bahkan aroma tubuh pria itu begitu kuat menyusup ke inderanya, membuat pikirannya kacau. Anehnya, Yasmin tidak bergerak menjauh. Dia seperti terpaku. Ada daya tarik terlalu kuat dari sosok Barra, seperti magnet yang menyeretnya tanpa ampun. Bibir mungil Yasmi yang bergetar akhirnya berucap, "Umm ... M—mas ...." "Hmm?" Suara Barra terdengar lembut, berbeda dari biasanya. Tangan pria itu terangkat perlahan, hampir menyentuh pipinya. Sial, Yasmin justru menantikannya. Jantung wanita itu berdetak tak karuan, tetapi dia juga tidak mengalihkan pandangan. Wajah mereka makin dekat, hingga batas antara atasan dan bawahan seakan mengabur. Hingga …. Terdengar deheman kasar, disusul denting nyaring benda jatuh ke lantai. Yasmin tersentak

    Last Updated : 2025-04-18
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 88 : Disengaja atau Bukan?

    Sosok itu masih berdiri di lorong rumah sakit yang makin lengang. Cahaya lampu menyinari lantai putih mengilap, kini hanya dilewati beberapa perawat yang berjalan tergesa. Sesekali terdengar derit roda troli.Orang itu tampak tenang. Diam, menyatu dengan suasana hening di sekitar. Dia melangkah pelan, mendekati bangsal VVIP—tempat Barra dirawat.Akan tetapi, orang itu tidak masuk. Hanya berdiri darikejauhan, mengamati dengan mata tajam kegiatan di lorong VVIP itu. Lalu, dia memutar tubuh, menyelipkan diri di antara para pengunjung lain. Menghilang entah ke pergi ke mana.Sementara itu, di dalam ruang rawat, tawa kecil menggema. Yasmin mengulum senyum saat mendengar Kezia menceritakan masa kecil Barra yang terjatuh dari sepeda dan menangis meraung-raung, padahal tanpa luka.“Cukup, Mi!” Barra berdeham, mencoba menyela.Tatapan Pengacara itu tak lepas dari Yasmin, yang entah mengapa terlihat begitu manis hari ini. Senyumnya, damai dan sederhana, membuat dadanya hangat, setelah sekian lam

    Last Updated : 2025-04-19
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 89 : Salju Abadi Mencair?

    Pascakedatangan Bahtiar dan pengacara muda tadi, Yasmin diselimuti rasa penasaran. Dia ingin bertanya pada Barra, tetapi pria itu tampak sedang tidur. Entah kenapa, Yasmin tidak tega membangunkannya. "Kenapa kamu lihat aku terus?" Suara serak itu terdengar pelan dan jelas. Meskipun mata Barra masih tertutup, kata-katanya membuat Yasmin tersentak. Yasmin yang duduk di sofa seketika mencelos. Napas wanita itu terasa berat. Apa Barra selama ini hanya berpura-pura tidur? Kalau iya, berarti pria itu sudah akting selama lebih dari satu jam. Hebat juga bukan? "Kenapa diam, hmm?" tanya Barra lagi, kali ini suaranya dalam dan datar, membuat Yasmin kikuk. Dia buru-buru meneguk setengah botol air, mencoba melembapkan tenggorokan yang mendadak kering. "Umm … Mas sudah bangun, ya?" Yasmin akhirnya bersuara, meskipun sangat pelan. "Menurutmu, bisa tidur kalau ditatap terus begitu?" Barra membuka matanya perlahan, lalu memandang langsung ke arah Yasmin. Sepasang manik tajam itu terkunci d

    Last Updated : 2025-04-19
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 90 : Ingin Menikahi Yasmin

    “Kamu pulang diantar Bahtiar!” seru Barra tiba-tiba saat Yasmin sedang merapikan ranjang bekas tidurnya semalam.Yasmin menoleh, keningnya mengernyit melihat tatapan tajam pria itu. Padahal kemarin Barra bersikap berbeda, begitu menyenangkan bahkan sempat tertawa bersama. Lalu kenapa pagi ini sikapnya berubah drastis, kembali dingin dan memerintah seenaknya?Tanpa menggubris nada ketus itu, Yasmin melanjutkan merapikan selimut dan bantal dengan pelan.“Saya nunggu Mami ke sini, Mas. Mami bilang jam sepuluh berangkat,” jawabnya tenang, mengingat pesan Kezia semalam.“Bosmu itu aku, Yasmin! Pulanglah sekarang. Jalanan juga belum macet!” tegas Barra, suaranya meninggi dan pria itu memeriksa ponselnya entah melihat jam atau pesan penting.Yasmin menghela napas panjang. Kemarin pria ini memintanya tetap tinggal, sekarang malah seperti ingin menyingkirkannya seolah dirinya hanyalah debu yang tak layak ada di ruangan itu.“Tidak mau, Mas.”Penolakan Yasmin yang tegas membuat mata elang Barra

    Last Updated : 2025-04-20

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 121 : Seperti Wanita PMS

    “Aku juga,” ungkap Barra sambil menoleh sejenak pada Yasmin.Jawaban yang tak terduga itu membuat jantung Yasmin berdebar tidak keruan. Napasnya tersendat, tetapi sorot matanya sulit berpaling dari wajah Barra yang tampak begitu tenang, hingga membuatnya gugup.“Maaf, ya, Mas. Saya—”“Bukan masalah, aku suka,” sela Barra. Tangan pria itu tiba-tiba meraih jemari Yasmin yang berada di pangkuannya.Seketika Yasmin terkesiap, otaknya memerintah untuk menarik diri, tetapi tubuhnya justru membatu. Apa-apaan ini?Sentuhan itu hangat dan membius. Tidak munafik—relung hatinya bergetar pelan. Jujur, ada rasa nyaman. Bahkan senang, seperti disentuh lembut dari dalam.Genggaman itu tidak terlepas sampai Rubicon putih yang mereka tumpangi tiba di area kampus. Lebih dari itu, Barra justru turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Yasmin.Dia tercengang. Bukan cuma karena Barra bersikap begitu manis, tetapi perutnya terasa geli seakan penuh kupu-kupu yang beterbangan.“Ayo, masuk,” ajak Barra sa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 120 : Karena Memikirkan Kamu

    Mata Yasmin mengerjap beberapa kali. Dia sudah berguling di atas kasur, tetapi pikirannya masih dipenuhi dengan ucapan Barra barusan. Bahkan tangannya refleks menyentuh pipi yang terasa panas. Ini tidak wajar! Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mulai membuka perasaannya lagi?Bukankah ini terlalu cepat?“Apa Mas Barra serius, ya?” gumam Yasmin, lalu menarik napas dalam-dalam sambil menatap langit-langit kamar dengan cahaya temaram.Akibat tak kunjung bisa tidur, dia turun dari ranjang. Langkahnya pelan saat menghampiri dua bayi kembar yang tampak nyenyak di dalam boks. Setelah kenyang menyusu, mereka terlelap tanpa gelisah. Justru Yasmin yang kini terserang insomnia.Tubuhnya terasa hangat, seperti demam ringan. Namun, dia enggan menyalakan pendingin ruangan. Dia memilih keluar, ke balkon. Berharap udara malam bisa menenangkan pikiran. Dari sana, iris hitamnya menangkap sosok pria yang baru saja memasuki Rubicon putih.Entah ke mana pria itu akan pergi.Rasa penasaran membuatnya

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 119 : Ada Aku

    Sungguh, Yasmin tidak menyangka akan mendapat kunjungan tak terduga ini. Matanya langsung basah, tubuh bergetar, dan langka tertahan di tempat. Dia tidak sanggup mendekat hingga tamu itu menghampiri lebih dulu—memeluknya begitu erat, seolah menolak dilepaskan.“Akhirnya … aku bisa bertemu denganmu lagi, Yasmin.” Suara itu terisak, emosi yang lama tertahan.Yasmin menggigil dalam dekapan hangat itu, lalu dengan tangan gemetar, dia membalas pelukan tersebut.“Iya, Dokter … saya juga senang,” balasnya pelan, dan akhirnya menangis di bahu Samantha.“Mereka jahat, tidak mengajakku pergi. Kalau saja aku tahu, pasti aku ambil cuti dan ikut.” Tatapan Samantha pun melayang tajam ke arah Barra dan Kezia yang berdiri tak jauh dari Yasmin.“Maaf, Dokter. Menunggu lama, ya? Ayo masuk, aku punya oleh-oleh.” Yasmin melepaskan pelukan mereka, lalu mengusap air matanya sambil tersenyum kecil.Samantha mengangguk. Dia merangkul bahu Yasmin dan keduanya berjalan ke ruang tamu. Barra, Kezia, juga Leo meny

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 118 : Barra Merajuk?

    Pada akhirnya … setelah Boy dan Cleo terlelap, Yasmin pun turut terbuai dalam mimpinya malam ini. Dia bahkan menikmati kehangatan dari selimut yang menutupi tubuhnya.Ya, Barra bukannya membangunkan dan meminta Yasmin pindah. Justru pria itu membiarka tetap di sana, menikmati pemandangan hangat di sampingnya. Sebuah senyum mengembang perlahan di wajah Barra. Dia menyapu pelan kening Yasmin, menyingkirkan helaian rambut yang jatuh sembarangan.Pandangan Barra kemudian bergeser pada dua bayi kembar yang tidur menempel di sisi Yasmin. Seolah keduanya enggan berjauhan dari wanita itu.Dia mengecup lembut dahi Boy, lalu saat hendak menempelkan ciuman serupa pada Cleo, gerakannya terhenti di udara. Namun, Barra menepis pikirannya. Dia tidak mau merusak momen damai ini.“Bantu Papi bujuk Bunda, ya,” bisiknya lembut di telinga Cleo.Setelah itu, pria itu ikut terlelap di samping Cleo, dan tubuhnya menghadap Yasmin.Pagi harinya, Yasmin masih tertidur pulas, sementara Barra telah terbangun leb

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 117 : Yang Spesial

    Tidak!Ini salah. Mana mungkin seorang majikan terus mendekat seperti ini kepada pekerjanya?Yasmin tahu dia harus segera menjauh. Tubuhnya beringsut perlahan ke sisi kursi besi. Namun, baru saja tangannya menyentuh besi dingin di samping, dan tubuhnya sedikit terangkat, tangan hangat pria itu merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang lembap dan lembut menyentuh keningnya.Hangat dan menenangkan. Yasmin membeku dibuatnya.Sudah pernah menikah, tetapi Yasmin belum sekalipun merasakan sentuhan sehalus dan setulus ini. Bukan nafsu, bukan pura-pura. Rasanya seperti … penerimaan."Mas...," gumamnya. Kepala Yasmin terangkat, dan manik hitamnya bertemu dengan sorot cokelat milik pria itu. Penuh cahaya yang memantulkan kerlip lampion dari kejauhan.Sebelum Yasmin sempat bertanya apa maksud semua ini, Barra lebih dulu bicara. "Bisa kenal lebih dekat?"Yasmin hanya bisa berkedip dengan mata yang membulat. Ini terlalu cepat. Sentuhan itu barusan … maksudnya apa? Lalu ucapan ini? Satu hal pasti—Barra

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 116 : Sama-sama Single

    Untuk sejenak, ruangan itu menjadi hening. Bahkan Yasmin bisa merasakan helaian rambutnya yang tertiup udara dari pendingin ruangan. Wanita itu menelan saliva saat Barra makin mendekat dan ...."Malam ini kamu punya waktu, bukan?" bisik pria itu, tepat di telinganya.Napas hangat Barra membelai daun telinga Yasmin, dan suara beratnya membuat sekujur tubuh wanita itu bagai disetrum. Ia menggigil pelan, tanpa bisa mengelak dari efek suara yang menelusup hingga ke nadinya.Aneh, Yasmin tidak mempertimbangkan jawaban. Dengan mudahnya dia mengangguk, seolah terhipnotis oleh cara bicara pria itu. Bahkan ketika Barra tersenyum, Yasmin hanya terpaku menatapnya. Demi Tuhan, pria itu benar-benar seperti serangan jantung yang datang tiba-tiba."Nanti aku tunggu kamu di lobi," kata Barra seraya melepaskan tangannya dari tubuh Yasmin.Barra lantas bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, bagi Yasmin itu luar biasa. Kini, dia sulit menjalani perannya sebagai Ibu Peri di mata anak-anak

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi? “Bram sialan!” geramnya pelan. Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy. “Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.” “Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?” Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor! Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun. Belum sempat Cindy membalas tatapan itu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 113 : Monster Betina vs Jantan

    Cindy tahu pasti Sarah menerima informasi entah dari Bram, atau mungkin … Barra yang menghasut. Namun, dia bangkit sambil memegangi pipinya yang masih mati rasa.“Tante, dengar dulu penjelasan aku,” elaknya, tidak menyerah.“Aku memang benci sama si Yasmin, tapi nggak sangka kawan sendiri jadi lawan. Jahat kamu!” seru Sarah, tangannya menunjuk-nunjuk wajah Cindy.Cindy tertawa miris. “Tan, pengadilan aja belum kasih keputusan. Jadi … semua info yang Tante dengar bisa aja palsu,” katanya, mencoba terdengar tenang. Meskipun debar jantungnya bergejolak hebat.“Ah … banyak omong!” Sarah kembali mendorong Cindy dengan keras. Emosi wanita paruh baya itu meledak. Dia menarik rambut dan mencakar kulit mulus Cindy. Lorong rumah sakit seketika berubah jadi ‘ring’ pertarungan.“Beraninya kamu membunuh anakku!”Cindy berontak. Dia bahkan menarik tubuh Sarah hingga keduanya jatuh dan bergumul di lantai. Teriakan dan cacian membahana, membuat lorong rumah sakit jadi tontonan public. Para perawat pu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status