Share

3. Dadamu Basah, Nona

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2025-01-21 10:12:27

Melihat Sydney tidak bereaksi, pria asing itu menghela napas dan berkata, “Walau aku senang kita berada dalam posisi seperti ini, tapi tolong bangun dari tubuhku, Nona.” Dia mendorong Sydney menjauh sebelum akhirnya membantu wanita itu berdiri.

Morgan Draxus melihat Sydney hanya menatapnya dalam diam. Sepasang manik hitam indah wanita tersebut seperti mempertanyakan kenapa pria itu memedulikannya, dan hal itu membuat tatapan Morgan yang tadi tajam mulai melunak.

“Sekali lagi, aku akan mengingatkanmu. Jangan merepotkan orang lain jika ingin mengakhiri hidup,” ucap Morgan. “Aku orang yang sibuk, jadi aku tidak punya waktu untuk menjadi saksi kasus bunuh diri seorang wanita yang tidak kukenal.”

Sydney mengerjapkan mata beberapa kali dan memindai Morgan. Walau wajahnya terpahat dengan begitu sempurna, tapi tubuh besarnya yang penuh tato dan bekas luka membuat Morgan begitu cocok menjadi kambing hitam bagi para polisi.

Sydney mengerti keresahan pria itu. Namun, alih-alih membuat gestur meminta maaf, Sydney justru merebut ponsel pria itu yang tidak terkunci di sebelah mereka.

Melihat aksi Sydney, Morgan mengerjapkan mata. Jujur, dia yang awalnya kesal menjadi sangat terhibur dengan bagaimana wanita di hadapannya ini terus-menerus mengejutkannya.

“Sekarang kau mencuri ponselku?” Morgan menaikkan alis kanannya.

Sydney mengabaikan Morgan dan terus mengetik di sana.

“Bagaimana cara bunuh diri tanpa merepotkan orang lain?” Sydney menunjukkan layar ponsel ke depan wajah Morgan.

Morgan mengernyitkan dahi. “Kau ternyata gila dan bisu?”

“Ekkh!” Sydney bersuara dan menggoyangkan layar ponsel supaya Morgan menjawab pertanyaannya.

Alis tebal Morgan semakin tertaut. Matanya yang seperti elang justru bergerak memindai Sydney dari ujung kepala hingga kaki.

Saat itulah Morgan melihat baju Sydney sangat basah di bagian dada. Pria itu segera melepas jas dan memakaikannya ke bahu Sydney.

“Urus dulu dadamu yang basah,” sahut Morgan sambil mengulurkan tangan, meminta ponselnya kembali.

Sydney membelalak dan segera mengembalikan ponsel Morgan. Lalu, dia menutup rapat jas yang dipinjamkan Morgan. Pipi Sydney memerah.

‘Apa dia melihat sesuatu? Apa bajuku tembus pandang?’ batin Sydney.

Dalam sekejap, Sydney melupakan niat bunuh dirinya. Dia jauh lebih malu karena ada seorang pria yang melihatnya seperti ini.

Di saat yang sama, Sydney juga merasa hidupnya sangat ironis. Isaac sudah pergi, tetapi Sydney masih harus rutin memompa ASI setiap beberapa jam sekali. Jika tidak, beginilah keadaan dadanya.

Morgan menatap Sydney bingung. “Apa yang terjadi padamu?”

“Permisi, Tuan Morgan.” Seorang pria berbadan besar dengan pakaian serba hitam tiba-tiba saja hadir dari pintu rooftop dan menyela percakapan mereka.

Sydney dan Morgan sama-sama menoleh.

“Mohon segera turun, Tuan. Dokter membutuhkan tanda tangan persetujuan tindakan pada si kembar,” lanjut pria berwajah datar itu.

Morgan mengangguk. Wajahnya berubah menjadi lebih serius. Tanpa mengatakan apa pun lagi pada Sydney, pria bertubuh tinggi dengan punggung tegap itu pergi.

‘Si kembar?’ Sydney menyoroti kata itu dalam hatinya.

Alhasil, tanpa dia sadari, Sydney memutuskan untuk mengikuti Morgan. 

Sambil melangkah, Sydney mengancingkan jas yang masih beraroma maskulin itu supaya orang lain tidak melihat dadanya yang basah.

Beberapa kali Morgan sedikit menoleh ke belakang dan melihat Sydney. Pria itu sedikit menarik salah satu sudut bibirnya. Dia baru saja melakukan tugas mulia dengan menggagalkan orang bunuh diri.

Sesuatu yang tidak sangka akan pria itu lakukan dalam hidupnya.

Di sisi lain, Sydney yang menangkap senyuman Morgan tampak bertanya-tanya. ‘Dia tersenyum? Dia pasti sedang bahagia,’ batinnya. 

Kepala Sydney menunduk, sedikit iri dengan Morgan yang pasti sangat bahagia karena memiliki anak kembar. Rumah tangga Morgan dan istrinya pasti sangat harmonis, tidak seperti rumah tangganya.

Sydney teringat satu tahun lalu saat dirinya tengah berjuang melahirkan Isaac, Lucas tidak datang. Baru Sydney tahu setelahnya bahwa di malam dia melahirkan Isaac, itulah pertama kalinya Lucas tidur dengan Vienna.

Hati Sydney masih terasa sesak setiap kali mengingat itu.

Namun sekarang, tiap kali dia mengingat nama Lucas dan Vienna, hati Sydney menjadi sangat dingin.

Kebencian dalam hatinya terlalu dalam untuk hilang begitu saja!

“Tuan Morgan,” sapa seorang dokter pria paruh baya yang baru saja keluar dari ruang NICU.

Morgan menghentikan langkah di dekat dokter itu. Sementara Sydney sembunyi di balik tembok terdekat.

“Ya,” sahut Morgan singkat, siap mendengarkan penjelasan dokter.

“Jade dan Jane mengalami sindrom gangguan pernapasan karena paru-paru mereka belum matang sempurna saat dilahirkan, Tuan. Hasil tes darah mereka juga menunjukkan bahwa si kembar alergi susu sapi,” jelas dokter.

Mata Sydney melebar. Penjelasan itu membuat Sydney merasa sedikit bersalah karena sempat berpikir bahwa hidup Morgan baik-baik saja.

“Apa yang harus saya lakukan?” tanya Morgan menatap dokter, sedikit mengintimidasi.

“Saya akan mengurus paru-paru mereka, sementara Tuan bisa menandatangani persetujuan tindakan,” jawab dokter dengan lugas.

Morgan mengangguk dengan dahi yang masih mengernyit.

“Dan,” lanjut dokter. “Untuk alergi susu sapi, saya sarankan Tuan segera mencari pendonor ASI dalam dua hari.”

“Apa?!” Morgan menaikkan salah satu alisnya, tidak percaya.

“Jade dan Jane lahir prematur. Saya tidak ingin mengambil risiko dengan memberikan mereka jenis susu lain. Jadi mencari pendonor ASI adalah saran terbaik yang bisa saya berikan, Tuan,” sahut dokter sedikit membungkuk.

‘Kenapa mereka butuh pendonor ASI? Memang ke mana ibu mereka?’ tanya Sydney dalam hati sambil mengernyitkan dahi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Bakri Hasan
ceritanya membuat saya merasa nyaman
goodnovel comment avatar
Itje Sahuburua
kereeeen cerita nya
goodnovel comment avatar
Selita Awini
knp sidney ngak nulis ke tbibinya klo dia di dorong sama kuntilanak vena
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   Epilog

    Epilog 13 tahun kemudian …. “Mami, aku ingin bicara sebentar.” Sebuah suara pria muda memecah fokus Sydney yang tengah membaca laporan keuangan Zahlee Entertainment. Wanita cantik yang kini berusia hampir setengah abad itu menoleh dari meja kerja kecilnya di ruang kerja Mansion Ravenfell. Tatapan Sydney langsung bertemu dengan sorot mata Jade, anak laki-lakinya yang kini sudah beranjak dewasa. Jade baru saja merayakan ulang tahunnya yang kedelapan belas minggu lalu. Rambut cokelat anak yang masih memakai seragam sekolah menengah atasnya itu sedikit berantakan. Di tangannya, Jade menggenggam amplop putih dengan logo universitas asing. “Tentu, Sayang.” Sydney meletakkan pulpen sambil tersenyum lembut. “Duduklah. Kau kelihatan serius sekali.” Jade menelan ludah, lalu duduk di seberang ibunya. “Aku diterima kuliah di Negara Suri,” ucap Jade seraya menyodorkan amplop putih itu pada Sydney. Senyum di bibir Sydney perlahan menghilang. “Negara Suri?” ulang Sydney pelan,

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   535. Bintang Ketujuh

    “Sangat memungkinkan, Morgan,” jawab Ken tanpa ragu. “Sydney akan terbang bersama dokter terbaik sepanjang masa yang pernah ada. Tidak mungkin mereka tidak mengizinkannya.” Sydney dan Morgan tidak bisa menahan tawanya. “Aku hampir lupa kalau kau sepercaya diri ini, Ken,” komentar Sydney. “Lupakan saja, Darling. Dia tidak penting,” sahut Morgan cepat sambil menatap Sydney. “Sialan!” maki Ken sambil mendorong pelan bahu Morgan yang tengah terkekeh. Beberapa bulan kemudian. Udara Highvale sore itu bertiup lembut dan sejuk. Aroma bunga musim semi memenuhi halaman Mansion Ravenfell yang kini terasa benar-benar hidup kembali. Burung-burung kecil beterbangan di antara pohon maple yang baru tumbuh, sementara dari jendela besar lantai dua, cahaya matahari menerobos lembut ke dalam kamar yang kini dipenuhi suara tangis bayi. Morgan berdiri di sisi ranjang. Wajah pria itu tampak tegang, tetapi matanya penuh cahaya. Di lengannya, terbaring seorang bayi mungil berusia lima hari

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   534. Tiga Buket Bunga untuk Sydney

    Suara seseorang terdengar pelan dari walkie-talkie yang menempel di telinga kanan Anton. Pria berperawakan tegap itu mengernyitkan dahi, mendengarkan dengan seksama. Tidak lama kemudian, Anton menekan tombol kecil di alat komunikasi itu. Tidak ada suara yang terdengar lagi dari walkie-talkie-nya. Anton menoleh dan menghadapkan tubuh ke arah Sydney yang masih duduk di ranjang. Wanita itu tampak pucat, matanya sembab setelah percakapan tegang dengan Nenek Tristan beberapa menit sebelumnya. “Nyonya Sydney,” panggil Anton sopan, dan juga berhati-hati. “Tuan Morgan dan anak-anak sudah sampai di lobi.” Sydney refleks menyeka sisa air mata di pipinya dengan punggung tangan. “Rahasiakan soal Nenek Tristan,” pinta Sydney lirih. “Dan, tolong ambilkan air. Aku perlu cuci muka.” Anton menunduk, lalu menyahut pelan, “Baik, Nyonya.” Dalam waktu singkat, satu wadah berukuran sedang berisi air bersih sudah di ada tepi ranjang Sydney. Sydney mencipratkan air ke wajah, membiarkan d

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   533. Mencegah Doa Buruk

    “Aku kasihan pada anak dalam kandunganmu,” cibir wanita tua itu lagi. “Dia akan menanggung dosa yang sama seperti ibunya.” Sydney mengusap perutnya pelan. Jemarinya bergetar menahan amarah yang mendidih di dada. Darah terasa naik ke kepala, tetapi napas Sydney tetap tertata. Sydney menunduk sebentar, lalu menegakkan punggung dengan tenang, meski matanya mulai berembun. Anton yang berdiri di dekat pintu mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras. Anak buah Morgan itu hampir saja maju dan menarik wanita tua itu keluar paksa, tetapi gerakan tangan Sydney yang terangkat pelan menghentikannya. “Tidak apa-apa,” sergah Sydney berusaha terlihat meyakinkan. Anton mengembuskan napas berat, menunduk dengan patuh, meski matanya menyorotkan ketidaksetujuan yang jelas. Wanita tua itu berdecih, matanya berputar sinis. “Sikapmu itu …” Nenek Tristan menatap Sydney meneli

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   532. Rumah Dijual

    Beberapa hari setelah proses pengurusan kepindahan sekolah Jade dan Jane selesai, suasana siang di kediaman tempat anak-anak Draxus tinggal terasa berbeda. Langit cerah, tetapi halaman rumah tampak lengang. Mobil-mobil hitam berjejer di depan pagar, berbaris rapi seperti rombongan penting yang siap berangkat. Suara mesin mobil satu per satu menyala. Para pengasuh sibuk membantu mengangkat koper kecil ke dalam bagasi. Anak-anak berlarian sebentar di teras, lalu naik ke mobil sesuai arahan Primus. Morgan berdiri tidak jauh dari pintu, memandangi rumah itu untuk terakhir kalinya sebelum masuk ke mobil. Udara siang itu terasa berat. Banyak kenangan tersimpan di balik dinding rumah itu. Tangis, tawa, juga kehilangan. Namun kini, semua kenangan itu harus Morgan tutup rapat. Saat mobil terakhir bersiap meluncur, seorang pria berpakaian serba hitam menghampiri pagar. Pria itu mengunci gerbang dengan gembok besar, lalu memasang spanduk bertuliskan ‘Rumah Dijual’ di sisi gerbang. D

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   531. Mami Kapan Pulang?

    Saat pagi tiba, Morgan sengaja menyempatkan diri untuk mengantar Jade dan Jane sekolah.“Papi, Mami kapan pulang?” Pertanyaan itu meluncur dari mulut Jane begitu mobil hitam Morgan melaju keluar gerbang rumah.Morgan melirik ke kaca spion, menatap wajah mungil anak perempuannya yang duduk di kursi belakang.Mata Jane berbinar penuh harap.“Kami lindu Mami,” sambung Jade dengan suara lebih pelan, tetapi matanya sama-sama berkilat. “Apalagi adik bayi. Apakah dia baik-baik saja, Papi?”Morgan tidak langsung menjawab.Kedua tangannya menegang di setir, sementara napasnya terdengar berat.Suara anak-anak itu menusuk hatinya, membuat rasa bersalah yang sudah menumpuk semakin menggerogoti.“Mami sedang beristirahat,” sahut Morgan akhirnya. “Adik bayi juga baik. Dokter menjaganya dengan sangat hati-hati.”Morgan sengaja tidak menjawab dengan detail tentang situasi Sydney dan salah satu janin dalam kandungannya yang gagal diselamatkan.“Kalau begitu, kapan kita boleh beltemu Mami?” Jane kembal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status