Home / Romansa / Ibu Untuk Anak Tuan Mafia / 03: Membalaskan Dendam

Share

03: Membalaskan Dendam

Author: OH HA LU
last update Huling Na-update: 2024-08-02 11:01:41

"Apakah kamu dendam padanya?."

"Sangat! Aku sangat dendam sekali padanya. Karena dia, masa remaja-ku hancur. Karena dia, hidupku tidak bisa lagi tenang. Dan karena dia, aku kehilangan segalanya!. " Jawab Hani penuh dendam yang membara.

"Haruskah aku membantu-mu membalaskan dendam?."

"Apakah bisa?."

"Aku tidak yakin akan berhasil atau tidak, tapi aku akan berusaha demi kamu."

"Dengan cara apa, Mas?."

"Mungkin dengan membuat bisnisnya hancur."

Hani masih memandang lekat wajah Reno, menunggu kelanjutannya lagi.

"Dia memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan keluarga ku. Mungkin aku bisa sedikit memanfaatkan kesempatan ini untuk membalaskan dendam-mu."

"Jika nantinya akan mempengaruhi bisnis-mu, lebih baik jangan, Mas."

"Demi kamu, aku rela mengorbankan semuanya, Hani! Bila perlu nyawaku lah yang menjadi taruhannya."

.

.

.

"Syiga! Kok duduk di sini sendirian, Sayang?."

Seorang wanita berpakaian sexy mendekati Syiga yang sedang duduk seorang diri di ayunan besi.

"Pergi.. Jangan dekati aku!." Usir Syiga yang tidak suka terhadap kedatangan wanita itu.

"Kenapa, Sayang? Aku hanya ingin mengobrol dengan-mu." Bujuk wanita itu penuh kesabaran.

"Aku tidak suka ada kamu di sini. Lebih baik kamu pulang!." Teriaknya.

"Why? Ada apa Sayang? kenapa kamu menjadi sensi seperti ini?."

Wanita yang bernama Diana itu mencoba menenangkan Syiga yang sedang mode marah. Syiga memang tak suka kepadanya, tapi bocah itu tak pernah sampai mengusirnya seperti ini.

"Pergi!."

Teriakan Syiga yang sangat keras terdengar sampai di dalam kamar Tacka. Lelaki yang tadinya sedang memangku laptop itu pun akhirnya bergegas berdiri dan kemudian mengintip keadaan sang putra dari balik jendela kamar.

"Tenanglah Sayang! Maksudku datang kesini baik kok. Aku hanya ingin memberikan coklat ini kepadamu." Bujuk Diana meredakan amarah bocah itu.

"Aku tidak mau!."

Plak!

Syiga menepis kotak coklat yang ada di tangan Diana, sehingga membuat kotak coklat tersebut terjatuh di atas rumput yang hijau.

"Kamu kenapa sih, Syiga? Kenapa tiba-tiba menjadi marah tidak jelas seperti ini?." Tanya Diana yang mulai geram.

Tak lama kemudian, datanglah seorang pengasuh Syiga yang menghampiri mereka berdua.

"Maaf, Nona Diana. Hari ini Tuan muda sedang tidak ingin di ganggu. Jadi sebaiknya anda segera pergi dari hadapannya." Ucap pelayan tersebut seraya membungkuk sopan.

"Kamu mengusir aku?." Tanya Diana tidak terima.

"Bukan seperti itu, Nona. Saya hanya..

"Ada apa ini? Syiga, kenapa kamu teriak-teriak?!."

Suara bariton dari Tacka, seketika membuat ke-tiga orang tersebut diam tak berkutik lagi.

"Katakan kepada Papa, apa yang membuatmu sampai berteriak-teriak?." Tanya Tacka dengan intonasi tegas.

"Aku tidak mau di dekati oleh wanita ini, tapi dia tetap mencoba mendekatiku, Pa." Jawab bocah itu lantang sambil menunjuk Diana yang sedang berdiri tak jauh darinya.

"Maafkan aku, Ka. Tadi aku hanya ingin mengajaknya mengobrol, karena aku merasa kasihan melihatnya sendirian di sini." Jawab Diana memberi penjelasan.

"Tapi aku tidak mau ada wanita jelek ini di..

"Syiga!."

Syiga langsung terdiam ketika sang Ayah memanggil namanya dengan nada tinggi.

"Berapa kali Papa harus mengajarkan mu untuk bersikap sopan. Ha?."

"Aku tidak mau bersikap sopan kepada dia, Pa! Aku tidak mau jika wanita ini yang nantinya akan menjadi Ibuku! Aku hanya mau Ibu, Ibu yang telah melahirkan ku!." Teriak Syiga lantang.

Tacka menarik napas panjang, mencoba lebih sabar lagi untuk menghadapi sang anak yang akhir-akhir ini sedang memberontak kepadanya.

"Sus, bawalah Syiga masuk ke kamarnya sekerang!."

"Baik, Tuan."

"Kenapa harus aku yang pergi dari sini? kenapa tidak wanita itu saja yang pulang?!." Protes Syiga tak terima.

"Cepat!." Teriak Tacka kepada sang pengasuh tanpa memperdulikan protes dari anaknya.

"Papa jahat! Papa sudah tidak sayang lagi sama aku!." Teriak bocah itu sebelum kemudian di bawa paksa oleh sus Ririn kembali dalam kamar.

Setelah kepergian Syiga, barulah Tacka menghadap Diana. "Ada perlu apa kamu kemari?." Tanyanya dingin.

"Aku hanya ingin memberikan coklat itu kepada Syiga, tapi sayangnya dia malah membuangnya." Jawab Diana sambil menunjukkan sebuah kotak coklat yang telah terjatuh di atas rumput.

"Saat aku melihat coklat itu, aku langsung teringat Syiga, makanya aku berinisiatif membelinya untuk dia." Sambungnya.

"Terimakasih untuk niat baikmu, tapi lain kali jangan di ulangi lagi."

"Kenapa?."

"Ku rasa dengan melihat reaksi Syiga tadi, kau sudah tahu jawabannya."

"Baiklah." Jawab Diana pasrah.

"Ohiya! aku juga membelikan sesuatu untukmu!."

Diana baru ingat kalo dia juga punya sesuatu untuk Tacka. Lantas wanita itu segera mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya, dan kemudian memberikannya kepada Tacka.

"Jam tangannya bagus, pasti sangat cocok sekali untukmu!."

Diana begitu sangat antusias saat menyerahkan kotak tersebut kepada Tacka, tapi sayangnya lelaki itu malah terlihat biasa saja.

"Terimakasih." Jawab Tacka singkat tanpa berniat membukanya.

"Kok tidak di buka, sih? Emangnya tidak penasaran dengan isinya, ya?." Tanya Diana dengan raut kecewa.

"Aku tidak ada waktu untuk membuka ini. Masih ada banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan."

Setelah mengatakan itu, Tacka langsung berlalu pergi begitu saja. Meninggalkan Diana di halaman rumah dengan kondisi kesal.

"Bisa-bisanya dia mengajarkan Syiga tentang sopan santun, sedangkan dirinya sendiri saja tidak sopan kepada siapapun!." Batin Diana kesal.

Mau tak mau, akhirnya wanita itu meninggalkan kediaman Tacka dalam perasaan kesal. Mungkin kali ini dia masih gagal mendapatkan simpati dari Syiga dan Tacka, tetapi akan dia pastikan esok ataupun lusa nanti, dia pasti bisa meluluhkan kedua hati manusia itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    Chapter 14

    "Syarat? Apa itu?.""Aku ingin kau memberikanku rumah di sebuah pedesaan yang sepi dari keramaian. Aku ingin membesarkan anakku di sana."Elkan nampak mempertimbangkan permintaannya itu, sebelum kemudian mengangguk setuju."Baiklah, aku akan menuruti permintaanmu itu. Semakin kau jauh dari Risma, maka akan semakin bagus."Tanpa sadar, Alsa mengulas senyum tipis. Semoga saja di lingkungan barunya nanti, dia bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dia ingin hidup aman dan damai bersama anaknya saja."Oh iya.. aku masih mempunyai satu permintaan lagi.""Lagi?."Alsa mengangguk. "Iya, ku harap kau bisa menurutinya.""Katakan, apa itu?." Tanya Elkan sambil bersedekap tangan, menunggu apa yang ingin Alsa sampaikan."Setelah anak ini lahir, aku ingin kita tak saling mengenal lagi. Kau bisa hidup bahagia dengan Risma, sedangkan aku hidup bahagia dengan anakku."Tak ada respon apapun dari Elkan. Lelaki itu hanya diam memandang wajah Alsa dengan tatapan datar."Bagaimana, apa kau setuju?."E

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    Chapter 13

    Meldi tak dapat fokus bekerja, yang ada di pikiran hanyalah Alsa Alsa dan Alsa saja. Dia belum bisa tenang karena sampai saat ini, ia masih belum mendapatkan kabar darinya. Meldi menghela nafas panjang. "Kemana sih kamu, Sa? Suka banget bikin aku khawatir." Desahnya. "Woy, Mel!." Meldi menoleh ke arah temannya yang sedang memanggil namanya. "Ada apa?." "Ponselmu sejak tadi berbunyi, tuh?." Meldi langsung beranjak dari duduknya. Ia segera mengambil ponselnya yang sedang di Cas di meja depan. Seketika matanya berbinar bahagia saat mendapatkan kabar dari Alsa. Namun ketika di coba hubungi balik, telponnya malah langsung di tolak. Ting! Alsa: "Maaf telah membuatmu khawatir. Saat ini aku sedang berada di apartemen Elkan. Aku baik-baik saja di sini." Deg! Tubuh Meldi mendadak membeku, dia tak menyangka kalo Alsa telah bertemu dengan laki-laki itu. Me: "Elkan? Elkan siapa?." Meldi mengirim pesan balasan itu karena Ingin memastikan saja bahwa Elkan yang di maksud Alsa itu

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    Chapter 12

    "Mari kita lakukan ke tahap selanjutnya, Sayang. Aku tak akan menghentikan permainan kita, sebelum aku benar-benar merasa puas." Elkan sudah hilang kendali. Dia akan menciptakan malam yang indah bersama Alsa untuk yang kedua kalinya. "Aaakhhhh..." Alsa memekik kaget, dan tangannya tanpa sadar telah mencengkram kuat bahu lebar Elkan, sehingga membuat bahu tersebut memerah. Tapi meskipun begitu, Elkan tak marah, justru ia malah memberi elusan lembut pada ujung kepala Alsa. Elkan tak menghiraukan Alsa menjerit kesakitan dan terus meminta berhenti, dia tak perlu. Lelaki itu tetap melanjutkan permainannya sampai ia benar-benar merasa puas. Di antara-antara wanita lain yang pernah Elkan tiduri, hanya Alsa yang paling membuatnya ketagihan. Drrrddd.. Drrrddd.. Di tengah-tengah permainan itu, tiba-tiba ponsel Elkan berdering. Alsa memberi isyarat kepada Elkan untuk segera mengangkat teleponnya, siapa tahu itu adalah telepon penting, tapi Laki-laki itu masih saja enggan menghentikan perma

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    11: Jangan Menemuiku Lagi

    Hari-hari telah berlalu.. Semenjak pertemuannya dengan Tacka dan Syiga, Hani tak pernah datang kembali ke kedai roti. Di takut jika ketemu mereka kembali. Untuk mencoba menghibur Hani dari kemurungan, Reno berinisiatif mengajaknya berjalan-jalan ke sebuah mall yang cukup besar. "Belilah apa pun yang kau mau." Ujar Reno kepada Hani. Hani menggeleng lemah. "Aku sedang tak ingin beli apapun, Mas." Reno tak memaksa. Kalo Hani sudah bilang tidak, maka sulit sekali untuk di bujuk lagi. "Ya sudah.. Kalo begitu mending kita cari makan dulu." "Iya, Mas." Mereka berdua pun berjalan menuju Restaurant langganan Hani yang berada di kawasan Mall. Sesampainya di Restaurant tersebut, Reno langsung memesan makanan yang ia mau, sedangan Hani masih diam saja. Menyadari itu, Reno hanya bisa menghela nafas panjang. "Ada apa, Hani? Apakah kau masih sedih atas gelang mu yang hilang, atau karena pertemuan mu dengan masa lalu mu?." Tanya Reno serius. "Dua-duanya, Mas. Di sisi lain, aku sa

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    10: Sudah Merasa Lelah

    Tacka, duduk termenung di depan jendela sembari bersedekap tangan. Matanya yang tajam mengamati rintik air hujan yang turun membasahi bumi. Laki-laki dewasa itu masih memikirkan pertemuannya dengan Hani, tadi siang.Selama ini Tacka memang sengaja tak mencari keberadaan Hani. Selain karena wanita itu sangat membencinya, dia juga sudah berjanji untuk tak mengusik kehidupan wanita itu lagi.Tok.. Tok.. Tok.."Papa!." Panggil Syiga dari balik pintu kamar Tacka."Masuklah!."Ceklek!Syiga membuka pintu secara perlahan, lalu mendekati sang Papa yang masih setia duduk di depan jendela kamar."Ada apa?." Tanya Tacka kepada putranya yang terlihat sedih.Ragu-ragu, Syiga membuka genggaman tangannya, sehingga memperlihatkan sebuah gelang putih yang indah."Tadi siang aku tak sengaja melihat benda ini jatuh dari tangan Kakak Cantik yang mirip Ibu." Ujar Syiga.Tacka mengambil benda itu dari tangan putranya. Setelah di amati cukup lama, Tacka baru ingat kalo gelang itu adalah gelang yang sangat b

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    09: Barang Yang Berharga

    "Embbm.. Ternyata selama ini anakku masih hidup." Deg! Seketika, tubuh Reno mematung. Laki-laki itu mengamati wajah Hani dengan tatapan shock. "Apa maksudmu, Hani?." "Bayi yang dulu pernah ku lahirkan masih hidup sampai sekarang, dan dia sangat mirip sekali dengan laki-laki b*jing*n itu." Jawab Hani dengan air mata yang kembali menetes. "Kau sudah melihatnya?." Tanya Reno yang langsung di jawab anggukan oleh Hani. "Lalu apa yang kamu lakukan saat melihatnya?." "Aku tak melakukan apa-apa. Baru saja menatap wajahnya sudah membuat hatiku terluka." Wajah Hani menunduk dalam. Entah apa tanggapan yang akan Reno berikan terhadap dirinya. Pada kenyataannya, Hani memang bukanlah Ibu yang baik. Dia egois! Karena kebenciannya terhadap Tacka yang terlalu dalam, Hani sampai ikut membenci anak yang tak berdosa itu. "Hani.." "Iya, Mas?." "Apakah aku boleh memberikan sedikit nasehat dan saran?." Hani menggeleng lemah. "Jika kamu hanya ingin memberi nasehat tentang aku dan anakk

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status