Share

03

Author: Qoi_hami
last update Last Updated: 2022-11-20 16:11:55

"Dimana Rani ? Aku harus menemuinya sekarang."

Pria berwajah tampan dan mempunyai rahang tegas itu bertanya dengan mata yang berkilat marah. Bagaimana dia tidak marah, rencana bulan madunya harus gagal total gara-gara ancaman Rani.

"Dia tidak ada di sini, Az."

"Lalu di mana? Bukankah aku menyuruhmu untuk menjaganya agar tidak kabur?"

Wajah pria itu terlihat sangat marah. Matanya semakin tajam mengintimidasi sang sahabat. Ron seperti tidak mengenal Azlan sama sekali.

"Kau benar-benar tidak punya hati pada wanita itu. Kena-"

"Minggir ! Aku mau melihatnya." Azlan mendorong Ron agar menjauh dari pintu kamar yang digunakan untuk menyekap Rani.

Brak.

Pintu langsung terbuka sempurna.

Azlan mengedarkan matanya ke seluruh penjuru kamar. Namun, dia tidak menemukan Rani ada di sana. Dengan wajah memerah, Azlan segera keluar. Tatapan tajam bak mata elang itu mengarah ke Ron Ibrahim. Tersangka utama hilangnya Rani. Azlan tidak akan memberikan toleransi apapun pada Ron, jika Rani benar-benar pergi dari tempat itu. Apalagi sampai terbukti bahwa Ron ikut andil dalam kaburnya Rani.

"Aku sudah bilang, Rani tidak ada di sana."

Tanpa rasa bersalah Ron memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri. Tentu saja sebelum Azlan, si muka menyebalkan itu memuntahkan lahar panas amarahnya.

"Dimana dia?" Kali ini Azlan bertanya dengan nada rendah meskipun masih terdengar geram.

Ron Ibrahim tertawa. Dia menatap netra setajam elang itu dengan sedikit keberanian.

"Mengapa harus semarah itu, Bro? Dia sudah menanda tangani surat itu. Kamu tenanglah."

Azlan masih tidak tergoyahkan oleh ucapan Ron, menurutnya Ron hanya buang-buang waktunya saja.

"Kau mencari surat kontrak itu kan?"

"Apa maksudmu?"

"Kau hanya butuh surat kontrak itu untuk mengikat Rani, tidak perlu orangnya ada atau tidak ada. Dalam surat kontrak itu tertulis jam kerja untuk Rani. Bahkan menemanimu termasuk dalam jam kerja."

Azlan terdiam.

"Lalu untuk apa kamu datang ke sini? Untuk memberikan penjelasan seperti katamu tadi malam? Memberikan penjelasan yang seperti apa?"

"Jaga batasanmu, Ron !" Hardik Azlan.

"Aku selalu menjaga batasanku, aku hanya bicara fakta saja. Surat kontrak itu berlaku efektif mulai besok hari Senin, sekarang hari Sabtu. Dia bebas pergi kemanapun dia mau."

Azlan mengepalkan tangannya. Entah kenapa kepergian Rani tanpa memberinya kabar, membuatnya ketakutan setengah mati. Bagaimana kalau gadis itu bunuh diri ? Batinnya bertanya-tanya sendiri.

"Selamat datang Tuan Azlan yang terhormat."

Tiba-tiba suara yang dirindukannya itu menyapa dengan sopan di rungu Azlan Bagaskara. Azlan menoleh. Rani, istri palsunya sekarang berada di hadapannya. Mata sembab wanita itu membuktikan bahwa ada banyak kesedihan dan rasa sakit yang dia sembunyikan. Namun, sebuah senyum tipis lebih tepatnya senyum sinis terlukis jelas di bibirnya.

"Persiapkan dirimu! Kita akan bertemu istriku sekarang !"

Hanya jawaban itu yang Rani terima. Sebuah perintah yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dia terima. Tidak ada lagi suara lembut dan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Azlan.

Rani tidak membantah sedikitpun, hanya melemparkan lirikan lewat ekor matanya ke arah Ron. Wanita itu bergegas masuk ke dalam kamar tanpa mengucap sepatah katapun.

"Semoga kamu tidak menyesal." Kata Ron kepada Azlan membuat pria itu kembali menatap tajam pada sahabat sekaligus salah satu orang kepercayaannya. Hanya Ron yang berani terang-terangan memberi komentar tentang hidupnya. Biasanya Ron akan mendukung apapun yang dia lakukan. Namun, kali ini Ron memilih berseberangan dengannya.

Tidak berapa lama Rani keluar dengan pakaian yang lebih rapi. Wanita yang telah menjadi kekasih seorang Azlan Bagaskara selama lima tahun itu terlihat cantik dan segar. Azlan segera menarik Rani untuk keluar dari rumah itu.

"Tolong lepaskan tangan saya!" Azlan menoleh, tidak biasanya sang kekasih menolak genggaman tangannya. Azlan terlihat tidak suka dengan sikap Rani. Baginya, suka tidak suka Rani harus mau menuruti keinginannya. Bukankah sudah cukup selama lima tahun ini dia memberikan perhatian pada wanita itu? Ah, dimana mana wanita itu selalu menyebalkan.

"Apa Anda sama sekali tidak mendengar ucapan saya, Tuan Azlan?"

Rani menghempaskan tangannya dengan kasar. Pegangan tangan Azlan pun terlepas. Setelah itu Rani melangkah terlebih dahulu. Dia tidak mau berjalan bersama dengan Azlan. Sepanjang perjalanan mereka tidak saling bicara. Dua sejoli yang dulunya selalu tampil sempurna kini sudah berubah menjadi dua orang asing yang tak saling kenal hanya dalam hitungan jam.

Kediaman Bagaskara.

Rani akan mengingat dengan kuat hari ini. Kalau perlu dia akan memahatkan semua urutan kejadian hari ini di setiap sudut hati. Merasakan perihnya sayatan dan juga asinnya air mata. Dia akan mengingat setiap detail rasa sakit yang ditorehkan oleh keluarga terpandang Bagaskara.

Lihatlah, bagaimana Adi Bagaskara dan Selin Bagaskara duduk santai menikmati secangkir americano. Mereka terlihat bahagia tanpa beban, mereka juga tidak menunjukkan rasa penyesalan sedikitpun saat Rani sampai di tempat itu. Rani terasing dalam rumah yang seminggu lalu masih menerimanya dengan begitu hangat. Namun, sebagai anak muda yang baik, Rani menyapa terlebih dulu kedua mantan calon mertuanya.

"Selamat siang Om, Tante," sapa Rani.

Dua orang itu hanya menoleh sesaat dengan wajah yang begitu sinis. Rani cukup tahu diri. Dia memilih duduk di depan dua orang yang katanya sedang menunggunya itu. sementara Azlan berlalu menuju kamarnya di lantai atas.

"Apa kamu tahu kenapa kamu dibawa ke sini?"

Rani enggan menjawab. Dia tidak perlu lagi menjawab pertanyaan itu, bukan? Pertanyaan yang hanya akan menyudutkannya, sekalipun dia sudah menjawab dengan benar.

Kekuasaan memang selalu menang dimana-mana. Bagaimana dia mengombang ambingkan orang kecil seperti dirinya hingga karam di tengah lautan air mata dan putus asa.

"Menantuku yang cantik ingin berkenalan denganmu."

Pada akhirnya sebuah pengakuan itu keluar juga dari mulut Selin Bagaskara. Wanita yang selama ini bertopeng malaikat di depannya. Tidak masalah. Rani sudah bersahabat dengan rasa sakit itu sendiri.

"Menantu yang mana, Nyonya?"

Rani mengutuk dalam hati, kenapa pertanyaan bodoh itu sampai keluar begitu saja.

"Pertanyaan yang bagus sekali. Siapa lagi menantu keluarga Bagaskara kalau bukan Angela Parker,' jawab Selin dengan pongah.

"Tetapi sangat disayangkan sekali, Anda menyembunyikan menantu hebat Anda itu."

Balasan dari Rani tentu saja membuat keduanya terdiam. Adi Bagaskara mengepalkan tangannya, sementara Selin memilih menatap tajam pada Rani. Rani terkekeh meski pada akhirnya air mata yang sejak tadi ditahannya harus keluar juga.

"Tak apa, memang aku yang terlalu bodoh. Kupikir ketulusan itu nyata. Namun seiring berjalannya waktu aku menyadari itu hanyalah bayangan di air yang tenang. Terlihat indah namun semu."

"Bagus sekali kamu menyadari posisimu, kami akan membayarmu dengan mahal atas kasus pemakaian identitas ini."

Adi Bagaskara bertepuk tangan melihat ketegaran mantan calon menantunya. Lebih tepatnya menantu yang pura-pura diakuinya.

"Aku kira Ron sudah menjelaskan semuanya kepadamu. Jadi aku tidak perlu mengulanginya lagi."

Rani mengangguk. Mau seperti apapun dia berlari, dia belum punya modal untuk bertahan hidup di luar sana. Jadilah mulai hari ini dia akan sekuat tenaga di rumah ini. Seperti perjanjian yang tertulis di surat kontrak. Tetapi dalam kontrak itu tertulis bahwa perjanjian berlaku mulai hari Senin besok.

Sebenarnya hati Rani bertanya-tanya tentang Angela Parker. Apakah dia mengenal perempuan itu atau tidak. Rasanya tidak sabar untuk bertemu dengan wanita pecundang itu.

Mereka terdiam cukup lama, hingga sebuah suara cempreng mengagetkan Rani.

"Apa kabarmu Deswita Maharani?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.18

    Siang hari yang ditunggu oleh Rani akhirnya datang juga. Wanita itu telah bersiap dengan memakai setelan blazer yang sangat cocok dengan bentuk tubuhnya. Tentu saja kesan cantik juga smart terpancar begitu jelas. Deswita Maharani, nama yang sangat cocok sekali dengan bentuk tubuh dan penampilan wanita itu.Cantiknya badas. Rani sudah bersiap di ruang tamu. Sesuai dengan pesan yang ditinggalkan oleh Nyonya Besar bahwa Azlan akan menjemputnya sebentar lagi.Iseng-iseng Rani mengirim pesan pada Ron. Menanyakan pada pria itu apakah ikut pertemuan bisnis atau tidak. Ron menjawab iya. Hari ini ada agenda pertemuan dengan klien bisnis Bagaskara, dan para CEO membawa para istrinya untuk saling berkenalan. Rani menyunggingkan senyum penuh kemenangan."Harusnya kamu sadar diri."Rani kaget mendengar suara itu, dirinya langsung menoleh dan mendapati Angela yang sedang berjalan ke arahnya."Aku pikir kamu akan punya selera yang bagus, sayangnya itu hanya ada dalam pikiranku.""Apa maksudmu? aku h

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   Bab.17

    Nafas Angela tampak memburu menandakan bahwa wanita itu sedang emosi. Rani berjalan mendekatinya dengan tenang dan senyum tipis tersemat begitu jelas di bibirnya."Jangan senang dulu, kamu bukanlah tandinganku. Level kita berbeda.""Oya ... di mana perbedaannya?""Aku adalah majikanmu di sini." Angela berkata dengan tegas. Rani tidak serta merta ketakutan, justru wanita itu terbahak pelan."Lalu apa tujuanmu mengikuti ku sampai di sini? Bukankah seorang majikan dengan level tinggi tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Tempat kaum rendahan seperti kami?"Angela membuang muka setelah mendengar pertanyaan dari Rani. Dia sedang memikirkan alasan yang tepat untuk mematahkan anggapan wanita saingannya itu."Oh, biar ku tebak. Kamu sangat penasaran dengan tempat baruku dan ingin mengejekku. Cih ... itu terlalu murahan. Orang kaya membulli orang miskin. Bukankah terdengar sangat konyol?""Jika memang tebakanmu itu benar, kamu bisa apa? Paling-paling bisanya menangis tanpa su

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   16.

    Pagi ini adalah kepindahan Rani ke kediaman Bagaskara. Entah apa yang telah direncanakan oleh keluarga terpandang itu, tetapi Rani yakin keluarga super kaya itu mempunyai niat yang tidak baik kepadanya. Terlebih Angela. Jadi Rani tidak akan mengandalkan Angela, Rani akan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri."Apa semuanya sudah siap?""Ya, jika ada yang ketinggalan aku bisa mengambilnya sendiri," jawab Rani."Oke, kita berangkat sekarang saja. Aku sudah sangat kelaparan. Kamu tega membuatku seperti ini," ucap Azlan kesal.Mendengar keluhan Alan, Rani malah tertawa dengan keras."Sejak menikah dengan Angela, ku pikir otakmu sedikit bergeser ke belakang, Azlan.""Apa maksudmu aku menjadi bodoh?""Ya, itu kamu tahu. Bukankah dulu juga kamu terkadang ke sini meskipun setengah tahun sekali. Kamu juga terbiasa memesan makanan secara online. Entah dimana kamu meninggalkan kepintaran itu, Azlan."Azlan memilih tidak menjawab, pria itu membantu Rani menggeret koper yang lumayan berat. Berdeb

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   15.

    "Apa yang kamu lakukan, Rani? Kamu benar-benar membuatku kesal.""Aku hanya meminjam suamimu sebentar, ya ... cukup satu malam saja.""Apa yang akan kamu lakukan, jalang? Dia suamiku !""Jangan menyebutkan nama panggilanmu sendiri, Angel. Itu sama sekali tidak keren.""Aku meminjamnya untuk tetap berada di sampingku. Besok pagi aku pindah ke kediaman Bagaskara. Sangat tidak bagus jika aku pindahan tanpa dibantu oleh suamiku," lanjut Rani dengan nada setenang mungkin. Dia juga tidak salah menyebutkan bahwa Azlan adalah suaminya, toh mereka memang menikah, meskipun yang hadir di pernikahan saat itu adalah Angela.Di seberang sana, Angela mengepalkan tangannya. Dirinya tidak bisa berbuat apa-apa."Ingat Angel, nama baik keluarga Bagaskara ada di tanganmu dan suamimu. Jika kamu tidak macam-macam, aku juga tidak akan berbuat macam-macam.""Aku pegang ucapanmu."KlikPanggilan pun dimatikan oleh Rani. Dia tidak mau mendengar ocehan tak bermanfaat dari Angela kembali. Pun dia tidak berencana

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   14.

    Perjalanan kedua orang itu terasa hening. Azlan tidak mau memulai pembicaraan pun dengan Rani yang memilih terdiam. Sejujurnya Rani merasa jijik berada di dekat Azlan. Apalagi membayangkan pria itu sudah bertahun-tahun berhubungan dengan Angela. Rasa-rasanya perut Rani seperti diaduk-aduk dan mual. Rani masih ingat betapa Angela sering bercerita tentang ganasnya sang kekasih saat mencumbunya. Hah, andai Rani tidak kuat, mungkin dia sudah ikut icip-icip seperti yang Angela sarankan. Atau malah menjadi gila karena membayangkan kekasihnya mencumbu orang lain."Apa kau sudah makan?" "Sudah, Ron memasakkan untukku."Ada rasa aneh yang menyusup ke dalam hati pria itu. Rasa tidak suka jika wanita di sampingnya di perhatikan oleh orang lain. Padahal biasanya Rani akan terlebih dulu mengajaknya makan. Meskipun dia tetap akan berpura-pura sibuk saat makan bersama wanita itu.Rani menoleh saat tidak ada tanggapan dari pria di sampingnya. Dia merasa aneh karena tidak biasanya si pria memberikan

  • Identitasku Dipakai di Pernikahan Mantanku   13.

    Ron dan Rani menoleh. Betapa terkejutnya mereka melihat tubuh menjulang tinggi di depan pintu. Keduanya asyik mengobrol hingga melupakan pintu yang tadi belum tertutup sempurna. Apalagi mereka juga akan segera pergi."Rani, kemari Sayang!""Pulanglah, istrimu mencarimu!" Rani jengah karena dunianya begitu sempit. Azlan selalu saja muncul di hadapannya."Istriku bernama Deswita Maharani," sahut Azlan dengan suara yang dalam dan penuh penekanan.Rani menghela nafas panjang. Bosan rasanya meladeni Azlan yang mempermainkan perasaannya."Sudahi dramamu, Azlan! Jangan membuatku terlihat bodoh dengan kelakuanmu itu!""Aku tidak bermaksud seperti itu, aku terpaksa melakukannya."Rani tersenyum getir dan menyerahkan tasnya pada Ron. Kemudian dirinya maju mendekati Azlan yang sudah setengah gila itu. "Kamu pulanglah, besok pagi aku mulai bekerja di kediaman Bagaskara. Kita punya banyak waktu untuk bertemu.""Benarkah?""Aku bukan pembual sepertimu, bukan?""Apa kamu sudah menerima pernikahan k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status