Share

02.

Ron tidak menjawab, hatinya teriris perih melihat sahabatnya hancur di depan matanya sendiri. Dia merasa punya andil dalam hal ini, membuat Rani harus hancur dan terpuruk. Ron mengumpat Azlan dalam hati. Hanya demi keuntungan yang tak seberapa dia menggadaikan kebahagiaan.

Ron yakin, Azlan akan menyesalinya suatu saat nanti. Dia akan memastikan itu terjadi.

Sekarang tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali bertindak diam-diam. Tidak ada pilihan lain, dia hanya bisa melindungi Rani semampu dirinya.

"Ron, siapa wanita itu?" Pertanyaan Rani membuatnya menoleh.

Ron menggeleng sebagai jawabannya. Dirinya memang benar-benar tidak tahu siapa perempuan yang menjadi istri sahabatnya. Dia hanya tahu wanita itu bernama Angela. Siapa sebenarnya Angela dia tidak tahu.

"Jangan membohongiku, Ron."

"Aku benar-benar tidak tahu, Ran. Jangan memaksaku untuk mengatakan apa yang tidak aku tahu."

"Kamu menyembunyikan semuanya bertahun-tahun dariku. Apa aku masih bisa percaya kepadamu?" tanya Rani sengit.

Ada sakit yang begitu dalam, yang saat ini dia coba redam dan tutupi. Meskipun Rani berusaha keras menata hatinya, tetapi suaranya tetap tersendat-sendat bergantian dengan isakan kecil.

"Aku kecewa kepadamu, Ron. Jika membunuh tidak dilarang oleh agama kita, maka kamu orang pertama yang akan aku lenyapkan," ujarnya dengan nada datar. Kali ini Rani sudah menyerah kalah. Tidak ada lagi harapan untuk meminta penjelasan apapun pada Ron.

Rani menguatkan hati. Dirinya terlanjur masuk lingkaran keluarga kaya yang menurutnya terlalu misterius. Banyak hal-hal di luar nalarnya yang mereka lakukan. Salah satunya dengan pernikahannya kali ini. Pernikahan yang dipalsukan. Dia mengutuk siapapun yang telah memperdayainya.

"Terserah apa pendapatmu tentangku, sebaiknya kamu segera tanda tangani surat kontrak itu. Waktuku tidak lama." Ron membalas ucapan Rani dengan dingin. Pria itu memilih melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu. Lelah hatinya berdebat dengan Rani. Selain itu, dia sedang berada di titik kebimbangan. Antara tetap menjalankan bagian perannya, atau malah memberontak sekuat yang dia bisa bersama Rani. Wanita cantik yang diam-diam sudah memasuki sudut ruang kosong di hatinya.

"Tunggu! Apa untungnya bagiku?" tanya Rani.

Ron berbalik.

"Bacalah point terakhir ! Jika kamu merasa keberatan, kamu bisa bertanya nanti setelah mantan kekasihmu selesai bulan madu."

Rani kembali memegang dadanya yang terasa nyeri. Bahkan rencana bulan madu dan tiket yang dibelinya pun digunakan wanita jalang itu. Rani mengerang marah. Sakit karena dikhianati itu tidak seberapa besar dari pada direndahkan seperti ini. Dibuang dan dicampakkan tanpa penjelasan.

"Keluarkan aku dari sini, Ron !" Pinta Rani kemudian.

"Maafkan aku, Ran. Aku benar-benar tidak bisa."

"Sepertinya kamu sudah melupakan persahabatan kita. Oh, ya aku paham sekarang. Aku hanyalah wanita miskin. Sementara Azlan, dia kaya. Kamu lebih memilih dia daripada aku."

"Jangan mencampur adukkan masalahmu dengan masalahku. Masalahmu tidak ada sangkut pautnya denganku."

"Sejak kapan berbohong menjadi hobimu, Ron?"

Ron terdiam. Dia tidak menjawab lagi pertanyaan Rani. Rani baru mulai menyadari bahwa selama ini tak banyak informasi tentang Ron yang dia ketahui. Meskipun Ron terbilang dekat dengannya. Bisa jadi Ron bersekongkol dengan Azlan.

"Baiklah, sepertinya memang aku harus mencari tahu sendiri jawabannya. Terimakasih sudah pernah menerimaku sebagai sahabat. Mulai detik ini, aku memutuskan untuk tidak mengenalmu sama sekali."

"Terserah, tidak ada untungnya juga bagiku." Sahut Ron dingin dan kembali melanjutkan langkahnya keluar dari kamar itu. Ron hanya tidak mau hatinya terus berdenyut nyeri setiap kali Rani menuduhnya ikut bersekongkol dengan Azlan. Andai saja Rani tahu apa yang dilakukan Ron untuk melindunginya. Ah, tapi itu percuma.

Rani termenung sendiri sepeninggal mantan sahabatnya itu. Ya, mulai detik ini Ron adalah orang asing baginya setelah Azlan. Diraihnya map yang berisi surat kontrak. Banyak sekali point yang merugikan dirinya. Lebih tepatnya merampas kebebasannya. Di point terakhir Rani akan mendapatkan 5000 dollar jika mampu bertahan sampai dengan Azlan siap mengenalkan Angela sebagai istrinya.

"Aku melupakan sesuatu, ini ponselmu. Jangan menambahkan kontak siapapun ke dalamnya!"

Ron mengulurkan sebuah tas canvas berukuran sedang pada Rani. Rani merebutnya kasar. Dia tadi sedikit terkejut ketika pria itu kembali masuk hanya untuk memberikan ponsel.

"Tenanglah, aku tidak akan berebut denganmu," ejek Ron sebelum tubuh pria itu hilang di balik pintu. Rani tak peduli dengan ejekan Ron. Dia hanya butuh penjelasan dari Azlan. Bukan yang lain.

Rasa penasaran membuat Rani segera membuka tas itu. Benar, isinya adalah sebuah ponsel keluaran terbaru. Sialnya, ketika dia aktifkan hanya ada nomor milik Azlan. Tentu saja membuat wanita itu tersenyum miris. Dia seperti seorang simpanan saja. Semua serba dibatasi, semua serba diatur. Dia tidak lagi punya ruang untuk mengekspresikan perasaannya. Ah, Rani sangat membenci hal itu. Sebagai wanita muda yang energik, dia punya banyak sekali target yang ingin dia capai. Namun, semua hancur hanya dalam waktu semalam saja.

Dengan emosi yang memuncak, Rani segera menelpon Azlan. Namun, pria itu sama sekali tidak mengangkatnya. Rani semakin emosi dan kecewa. Membayangkan Azlan sedang mencumbu wanita lain membuatnya benar-benar meradang. Rasa-rasanya kematian Azlan tidak akan cukup untuk menebus rasa sakit hatinya yang begitu besar.

Jelaskan kepadaku atau aku akan membongkar semuanya di internet.

Sebuah pesan ancaman dia kirimkan kepada Azlan. Namun, pesan itupun hanya centang satu. Rani dibuat frustasi, jelas saja Azlan kemungkinan sedang pergi berbulan madu saat ini. Aku akan membalas penghinaan kalian suatu saat nanti. Tekad Rani.

Sementara itu di sebuah kamar hotel di Bali, sepasang pengantin baru tampak kelelahan. Mereka kelelahan karena selesai acara di Jakarta mereka langsung terbang ke Bali untuk berbulan madu. Padatnya pekerjaan membuat dua sejoli itu mempercepat masa liburnya.

"Bagaimana dengan wanita udik itu, Sayang?"

Terdengar wanita seksi itu bertanya pada pria yang saat ini telah resmi menjadi suaminya.

"Kenapa kau bertanya tentang dia?" Pria itu memicingkan matanya, heran.

"Hanya memastikan. Jangan sampai dia bunuh diri karena gagal menikah denganmu," sahutnya terkekeh.

"Terimakasih sudah memberikan aku identitas yang hebat."Lanjutnya lagi.

Wanita itu masih sibuk berkutat dengan kegiatan membersihkan make up-nya.

"Jangan terlalu memikirkan wanita itu, aku pastikan dia tidak akan melarikan diri." Kata pria itu dengan penuh percaya diri. Istrinya tentu menyambut ucapan itu dengan senyum yang merekah.

Selesai dengan rutinitasnya, wanita itu berjalan mendekati sang pria yang duduk di pinggir ranjang. Kini tubuhnya yang seksi sudah berada di pangkuan kekasih hatinya itu. Pria itu memeluk tubuh istrinya dengan senyum lebar.

Perlahan tangannya mulai menyentuh bagian sensitif dari tubuh wanitanya.

Baru saja dia ingin bertindak lebih jauh. Suara notifikasi dari ponsel miliknya membuat tangannya berhenti sejenak dari kesenangan. Matanya terbelalak lebar ketika mendapati sebuah pesan masuk untuknya. Ya, dia baru saja menghidupkan ponselnya, dan dia mendapatkan hal yang mengejutkan. Sebuah pesan yang dia yakini berasal dari Rani. Dia ingat nomor itu dia yang membelikannya beserta dengan ponsel yang dia titipkan pada Ron.

Jelaskan kepadaku atau aku akan membongkar semuanya di media sosial !!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status