Share

Imperfect Wife
Imperfect Wife
Author: Elya Ra Fanani

BAB 1: Si Wanita Penakluk

Marin Maria: Si Wanita Penakluk

Marin Maria, wanita tiga puluh tahun yang merupakan pemimpin sekaligus founder dari sebuah beauty national brand yang ada di negeri ini. Wajah yang cantik menawannya terpampang di berbagai majalah perempuan. Kisah suksesnya diliput dari media A sampai media Z, diulas berkali kali di platform jejaring sosial. Ia adalah inspirasi banyak wanita atas kesuksesan dan keuletannya mengelola brand kecantikan dari nol. Benar benar dari NOL! Ia jatuh bangun membangun bisnis itu hingga akhirnya menjadi sesukses ini.

“Dunia bisnis sangat keras. Engkau perlu lebih keras daripada itu untuk bisa bertahan dan tetap berdiri tangguh,” ucapnya di salah satu wawancara bersama beberapa jurnalis dari majalah wanita nasional.

Tak heran kalau pengalamannya bergelut di bidang bisnis membuatnya memiliki pribadi yang keras kepala, angkuh, dan dominan. Ia adalah wanita yang sangat dominan, yang kalau dihadapankan dengan laki-laki kalengan, lelaki itu akan langsung menciut nyalinya. Tak semua lelaki bisa menghadapi Marin. Tapi, sejauh ini adalah satu orang lelaki yang bisa menghadapi sikap keras Marin.

Dia adalah Cakra, lelaki yang telah sah menjadi suami Marin sejak lima tahun slam. Tidak ada lelaki yang sanggup menghadapi Marin kecuali Cakra. Sebab ia yang telah menemani Marin dari nol. Yang menjadi saksi perjuangan hidup Marin, dan yang menemaninya terjatuh dan terbangun lagi, sampai akhirnya bisnis yang dimiliki Marin membesar semakin menjadi. Cakra adalah saksi hidup Marin. Cakra tahu masa masa kelam Marin, sekaligus tahu semua aib Marin dan sisi sisi kelamnya.

Meski banyak yang menjadikan Marin sosok panutan atau role model. Tetap saja, ada beberapa orang yang sirik terhadapnya dan menyindirnya sana sini untuk mencari perhatian. Tapi, percayalah. Orang yang sibuk menyinyiri kesuksesan orang lain adalah orang yang paling tidak bahagia di duni. Selain orang itu iri terhadap kesuksesan orang lain, juga ia menghabiskan hidupnya dengan sia sia. Padahal, bagi Marin, setiap detik waktu yang berjalan sangatlah berarti.

Ia tidak akan melewatkan satu detiknya untuk melakukan hal hal tidak berguna. Sehingga ia pun tak peduli jika ada orang lain yang iri atau tidak menyukainya. Ia telah memiliki segalanya untuk sudi peduli pada ocehan orang lain.

Sore ini Marin masih duduk manis di atas meja kerjanya yang berlapis marmer. Kedua matanya sibuk memerhatikan seperangkat komputer. Ia sedang melakukan pekerjaannya sebagai CEO sekaigus owner.

Ruang CEO tentunya sangat luas dan memiliki interior yang estetik. Selain nuansanya sangat mewah, ruangan Marin juga didesain dengan sentuhan arsitektur dari Kuba. Entah apa yang membuatnya sangat terobsesi dengan negeri itu, khususnya Kota Havana yang membuat Marin kembali ke sana di setiap tahunnya.

Di salah satu sisi dinding ruang kerja Marin, ada sebuah lukisan super besar yang memperlihatkan pemandangan laut Karibia beserta pulau Karibia. Itu adalah tempat berlayarnya kapal Black Pearl bersama Kapten Jack Sparrow yang ada di serial film Pirates of the Carribean.

Marin juga terobsesi dengan film series itu, bahkan dengan kapten Jack Sparrow yang diperankan oleh Johnny Depp. Tak heran, tepat di sebelah kiri lukisan itu adalah sebuah pigura berlapis emas yang di dalamnya adalah tanda tangan eksklusif dari Johnny Depp, yang didapatkan Marin ketika ia sedang berlibur ke San Francisco dan secara kebetulan bertemu dengan Johnyy Depp bersama putrinya.

Marin melompat kegirangan saat mendapatkan tanda tangan itu, bahkan berfoto bersama sang aktor. Sekarang pun, ketika mengingat kejadian itu lagi, hati Marin yang lagi suntuk karena pekerjaan terasa segar kembali.

Selain itu, memang apa alasannya lukisan laut Karibia yang super besar itu dipajang memenuhi dinding kantor Marin? Apalagi posisi lukisan itu berada di sisi selatan, sementara meja kerja Marin berada di sisi utara dan menghadap selatan. Yaitu adalah supaya ketika Marin lagi suntuk bekerja, atau pikirannya terasa penuh dan pusing, saat memandang foto laut itu pikirannya bisa jernih kembali. Setiap inchi dari lukisan yang memperlihatkan kearifan laut Karibia itu membuat Marin seolah olah kembali ke sana. Ia segar kembali, dan pikirannya kembali dijernihkan.

Kring kring kring.

Alarm ponselnya berdering saat Marin masih sibuk menatapi layar. Alarm itu menandakan sudah pukul empat, waktunya ia beserta semua karyawan perusahaannya mengakhiri pekerjaan mereka hari ini.

Tak lama setelah alarm itu terdengar, suara lonceng menggema di seluruh lantai gedung. Gedung dua puluh lantai ini menggema gema oleh suara lonceng tanda pekerjaan sudah waktunya berakhir hari ini. Dan semua karyawan sudah diperbolehkan pulang ke tempat masing masing tanpa harus lama lama menunggu lagi. Kecuali tim perencanaan yang mungkin hari ini akan kembali melembur, semua karyawan perusahaan ini pun berhamburan meninggalkan mejanya. Begitu juga Marin yang mulai menutup satu per satu tab yang terbuka di komputernya. Lantas ia mematikan komputer dan beranjak berdiri.

“Huh... pegal sekali.”

Sambil menggumam gumam Marin yang beralaskan sendal lantai berbahan beludru itu berjalan menuju kamar mandi. Ia berhadapan dengan cermin, melihat polesan make up di wajahnya yang rupanya masih sempurna.

Marin memiliki kulit sawo matang yang manis dan eksotis. Wajahnya oval dengan dahi yang proprsional. Kedua matanya lebar seperti tokoh Elsa di seres film Disney. Bulu matanya panjang melentik. Hidungnya mungil, tidak terlalu mancung tapi juga tidak pesek. Bentuk bibirnya sudah penuh dari lahir, jadi ia tidak pelu suntik suntik filler supaya memiliki bibir yang seksi seperti Angelina Jollie. Rambutnya hitam panjang, agak dikeriting dengan poni menutupi dahi ala ala tokoh Angelica di series keempat film Pirates of Carribean. Rambut aslinya hitam lurus. Namun karena obsesinya dengan gaya rambut Amerika Latin, ia pun mengeriting rambutnya seperti wanita wanita berdarah Amerika Latin yang sering muncul di film Hollywood.

Marin tak banyak merapikan make up nya yang masih bagus. Tidak heran. Ia adalah brand ambasador untuk brand kecantikannya sendiri. Dari ujung kepala sampai ujung kaki ia menggunakan produknya sendiri. Dan merasakan sendiri seperti apa bagusnya produk kecantikannya itu sebagai ‘pengguna’ dan bukan ‘penjual’.

Ia hanya menambahkan lip gloss untuk bibirnya yang terasa sedikit kering. Sepertinya ia kurang minum. Ia baru ingat saat makan siang tadi ia belum sempat banyak minum karena terlalu sibuk mengurusi pekerjaan. Bran kecantikannya akhir bulan ini akan mengeluarkan satu produk baru berupa parfum. Ia sungguh disibukkan akan hal itu sampai tak sempat melakukan perawatan rutin ke salon. Dan baru hari ini ia memiliki kesempatan untuk datang ke salon dan melakukan pijat spa, setelah beberapa hari sebelumnya ia pulang lebih lambat untuk bergabung rapat dengan tim perencanaan.

Selesai mengolesi bibirnya dengan lip gloss, Marin kembali berjalan ke mejanya. Meraih ponsel, untuk menghubungi suami tersayangnya, yang entah sudah pulang atau masih bekerja menjadi pengajar di salah satu kampus yang ada di kota ini.

Sambil berjalan menuju sisi barat kantornya yang meyajikan pemandangan kota yang sungguh fantastis dengan panorama matahari tenggelam, Marin menelepon Cakra.

“Sayang, masih kerja?” sahut Marin segera setelah telepon mereka tersambung.

[Iya. Masih ada kelas yang harus aku isi habis ini. Mungkin aku baru sampai rumah nanti habis magrib, Sayang.]

Begitu suara Cakra terdengar dari seberang telepon, senyum Marin mengembang.

“Tidak usah buru-buru, Sayang. Aku juga masih mau pijat spa habis ini.”

[Oh ya? Baguslah. Kalau gitu aku tutup dulu ya teleponnya, kelasku sebentar lagi dimulai.]

“Okey.”

Tak lama setelah itu panggilan telepon mereka berakhir. Meski Marin agak kecewa karena teleponnya yang langsung ditutup begitu saja, ia masih berada dalam suasana hati yang baik sambil memandangi pemandangan sore seluruh kota dari lantai sembilan belas gedung perusahaannya. Ia ingin sejenak melepas lelahnya dengan memandangi panorama senja dari kantornya. Lalu setelah itu beranjak menuju salon untuk spa. Tanpa tahu apa yang sedang terjadi pada Cakra ...

*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status