Share

Fabio jago basket (12)

Perjalanan mereka terhenti saat melihat di lapangan sedang ada tanding basket. Dan tentu saja Lazia berhenti karena melihat ada Dicky disana.

"Kita kesana, yuk!" ujar Zia sembari memegang tangan Dewi.

"Iya-iya." sahut Dewi.

Mereka berdiri di pinggir lapangan, sembari menyemangati Dicky. Dicky malah terganggu oleh suara bising mereka. Hingga Fabio datang menghampiri Lazia dan berdiri disampingnya.

"Lo ngapain si ngikutin gue terus?" tanya Zia.

"Idih ... Siapa juga yang ngikutin lo," jawab Fabio sembari melihat kelapangan.

"Gue kerjain lo," batin Zia sembari tersenyum.

"Ayo Dicky semangat!" teriak Dewi.

"Hey," memanggil Fabio.

"Hey! Hello ..." Fabio tetap tidak menyautnya.

"Hey Fabio cowo aneh!" teriak Lazia kesal lalu menginjak kaki Fabio.

"Aw ... Sakit tau!" balas Fabio sembari memegang kakinya.

"Habisnya dari tadi gue manggil lo tau enggak!" dengan nada tinggi.

"Tapi, lupain aja. Gue punya tantangan buat lo," ujar Zia tersenyum.

"Hore!" kata Dewi bertepuk tangan saat Dicky memasukan bola.

"Apa?" tanya Fabio sembari melihat Dewi.

"Kalau lo bisa masukin bola itu," menunjuk basket "Gue bakalan nurutin semua perintah lo. Tapi, kalau lo enggak bisa, lo harus buka baju, sepatu dan celana. Terus lo lari-lari dilapangan, bilang lo itu gila,"

"Oh iya satu lagi, lo harus pergi dari kehidupan gue. Gimana, lo sanggup!" jawab Zia tersenyum menggoda.

"Ini beneran, kan! Lo enggak bohong!" ujar Fabio tersenyum sembari memegang pundak Zia. Zia kaget saat Fabio berkata seperti itu, seperti tidak takut.

"Iya gue enggak bohong," ucap Zia.

"Janji?" kata Fabio sembari mengulurkan jari kelingkingnya.

Melihat uluran tangan Fabio, "Iya ... Gue janji!" ketus Zia lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari Fabio.

"Ok!" kata Fabio lalu berjalan memasuki lapangan.

"Ehk lo mau kemana?" tanya Zia teriak.

"Maksud gue itu pulang sekolah!"

"Lo, itu bukannya Fabio? Ngapain dia masuk lapangan?" batin Dewi kebingungan.

Semua siswa tertawa melihat Fabio berjalan dengan percaya diri masuk ke lapangan. Lalu merebut bola basket mereka. Setelah berhasil Fabio membawanya dekat dengan ring basket. Lazia sempat tertawa melihatnya. Hingga Fabio berbalik lalu melemparkannya kearah ring satunya lagi.

Jarang itu benar-benar sangat jauh. Bola itu melayang-layang di udara. Tidak ada suara siswa disitu, semua hening.

Bugh!

Bola itu mendarat masuk dengan mulus kedalam ring. Seketika suara tepukan tangan, gemuruh siswa terdengar kuat sampai keluar gerbang sekolah. Beberapa siswa juga ada yang masih tidak percaya, termasuk Dicky dan Lazia.

"Wow!" ucap Dewi lambat lalu bertepuk tangan.

Lalu Fabio berjalan dengan angkuhnya kearah Lazia sembari tersenyum lebar.

"Gimana?" tanya Fabio tersenyum

"Gu-gue, gue," jawab Zia terbata-bata.

"Iya, gue apa," ujar Fabio tersenyum.

Dring!

Tiba-tiba lonceng masuk istirahat terdengar. Semua siswa berjalan pergi meninggalkan lapangan.

"Pulang sekolah, tunggu gue!" ujar Fabio tersenyum sembari menyentuh hidung mungil Zia lalu berjalan pergi.

"Gue benar-benar enggak percaya, dia bisa lakuin itu," batin Zia.

"Zia ayo kita masuk!" ujar Dewi sembari menarik tangan Zia.

Pulang sekolah tiba. Lazia langsung cepat-cepat berlari keluar dari sekolahnya, sebelum Fabio melihatnya. Lazia benar-benar takut, sampai Lazia beberapa kali menabrak siswa lain. Di gerbang sekolah Lazia langsung naik ke tukang ojol yang tadi sempat Lazia order di kelas, jam pelajaran.

"Ayo mas cepat!" ujar Zia sembari memukul pelan pundak ojol.

Tak lama kemudian Lazia sampai dirumahnya. Dan berjalan masuk kedalam kamarnya tanpa mengucapkan salam kepada Sopandi ayahnya. Yang saat itu sedang duduk di sofa.

"Untung aja gue berhasil kabur," ucap Zia sembari berbaring di kasur. Mengatur nafasnya, dan mengingat kejadian tadi di sekolah.

Sore pukul 17:44. Lazia keluar dari kamarnya lalu berjalan ke meja makan. Yang disana sudah ada Sopandi menunggunya untuk makan malam.

"Kayanya Fabio lagi nungguin gue di sekolah," batin Zia.


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status