LOGINSebenarnya Leya tidak yakin jika Gilbert mau menerima Sabia, secara sebelum Leya tau dirinya ternyata telah hamil anak Gilbert, orangtua Leya sudah lebih dulu memecat Gilbert dan menghinanya habis-habisan.
Gilbert yang saat itu hanya seorang bodyguard biasa telah lancang jatuh cinta pada putri pemilik rumah sakit, bernama Leya! Hubungan itu berlangsung satu tahun, sebelum akhirnya Leya hamil dan Gilbert dipecat lalu diusir oleh orangtuanya Leya. Tapi kini saat Sabia terus menerus meminta pada Leya agar mengatakan siapa ayah kandungnya, Leya pun akhirnya mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya untuk membawa Sabia menemui Gilbert. "Lalu kuliah mu bagaimana Bi?" "Memang Dady tinggal jauh dari kita?" "Dia tidak tinggal di Jerman, dia tinggal di negara lain!" "Kalau begitu aku akan pindah kuliah! Mom please aku ingin bertemu Dady," Sabia memohon dengan tulus pada Leya. Belasan hidup tanpa sosok ayah disampingnya membuat Sabia ingin sekali walaupun itu hanya sedetik saja merasakan pelukan hangat seorang ayah seperti teman-temannya yang lain. "Baiklah, kita akan menemui ayah mu!" "Kau serius mom?" "Iya, momy akan mempertemukan mu dengan dia!" Sabia akhirnya memeluk Leya dan berkata terimakasih karena sudah mau mengabulkan permintaannya yang sejak dulu Sabia inginkan. Tak bisa langsung buru-buru pergi menemui Gilbert, Leya dan Sabia harus mengurus beberapa hal penting terlebih dahulu di Jerman, sebelum akhirnya mereka akan meninggalkan Jerman untuk waktu yang cukup lama. Sementara itu Naura yang telah selesai mengisi formulir pendaftaran untuk kuliahnya, langsung meregangkan otot-otot tangannya karena lumayan pegal juga. "Pegal?" tanya Gilbert. "Iya, Dady mau pijit aku?" "Sini!" Naura pun dengan semangat mengulurkan tangannya untuk dipijat oleh Gilbert. "Pijatan Dady enak banget deh," ucap Naura. "Setelah memijat mu, Dady harus kembali bekerja La," "Kenapa si Dady engga betah lama-lama sama aku? Padahal tadi kota sudah berciuman," Wajah Gilbert langsung memerah begitu Naura membahas ciuman tadi. "La lupakan soal tadi ya, itu kan kau dan Dady tidak sengaja bersentuhan," sambil terus memijat tangan Naura. "Tidak sengaja? Apa Dady tidak merasakan bibirku? Bagaimana rasanya? Apa enak?" "Hei sudahlah, Dady akan pergi sekarang!" "Jawab dulu," Naura memegangi kedua tangan Gilbert. Membuat Gilbert pun bingung harus menjawab apa. "Apa yang kau tanyakan?" "Bibirku, bagaimana rasanya?" "Nola ya ampun," Gilbert langsung mendongakkan wajahnya. "Ayo Dad jawab, manis kah? Enak atau tidak enak? Pasti tidak enak ya? Ya sudah lah," Naura langsung melepaskan kedua tangan Gilbert, lalu mengerucutkan bibirnya. "Bibir termanis yang pernah Dady rasakan," ucap Gilbert. Mendapat pujian dari Gilbert membuat Naura pun langsung berbunga-bunga. "Bibir yang sangat lembut selembut sutra," Gilbert kembali mengatakan sejujurnya apa yang dia rasakan. Diusapnya bibir Naura oleh jari Gilbert, Naura pun tersenyum mengembang. "Dady sudah menjawab semua pertanyaan mu, sekarang Dady boleh pergi?" "Iya boleh Dad," "Kalau begitu kau istirahatlah," Gilbert beranjak dari sofa, dan Naura mengekor dibelakangnya ingin mengantar Gilbert sampai depan rumah. Keduanya berjalan beriringan sesekali Naura menatap wajah Gilbert yang datar, hingga Gilbert masuk kedalam mobil dan Naura melambaikan tangannya. Setelah meninggalkan kediaman Naura, barulah Gilbert tersenyum lebar ketika mengingat setiap kebersamaannya dengan Naura. Gilbert memegangi dadanya yang berdegup cepat! Mungkinkah ini perasaan jatuh cinta? Setelah sekian lama tidak pernah lagi jantungnya berdetak kencang, kini dengan Naura gadis yang jelas-jelas sudah dia anggap sebagai putrinya sendiri jantung itu malah berdegup kencang. Dalam perjalanan menuju kantor, Gilbert menelpon salah seorang informannya untuk mengetahui perkembangan tentang keberadaan Jazz. "Halo" "Halo Tuan, kebetulan sekali anda menelpon!" "Apa kau sudah mengetahui keberadaan Jazz?" "Kemarin dia sudah terlacak saat berada disalah satu makan, tapi lagi-lagi belum diketahui dimana dia tinggal sekarang! Tapi satu yang pasti, Jazz tidak berada jauh dari kita!" "Baiklah, terus cari dapatkan informasi tentang keberadaannya! "Baik Tuan!" Setelah mengetahui Jazz ada disekitar sini, Gilbert langsung memerintahkan berbeda anggota group Limson yang tidak kebagian job kerja untuk mengawal Nyonya Larisha secara diam-diam, lalu Naura dan juga Domanick serta Lindsey. Hanya untuk berjaga-jaga saja karena Gilbert tidak mungkin melindungi mereka semua! Setibanya di kantor entah kenapa bayang-bayang wajah lucu dan imut Naura terus menari-nari didalam pikiran Gilbert. "Nola, Nola, kau itu seperti sendok ya, udah mengaduk-aduk semua perasaan ini menjadi campur aduk! Baru pisah sebentar tapi rasanya sudah ingin ketemu lagi." dalam hati Gilbert.Saat ini Sabia sudah memasuki halaman rumah milik Mr Zie, hatinya sudah bersorak karena kemenangan dari taruhannya dengan teman-temannya yang lain sudah didepan mata.Sabia pun memotret rumah Mr Zie dari dalam mobilnya, lalu mengirimkan ke group bahwa dia sedikit lagi akan memenangkan taruhan.Ditekannya bel rumah Mr Zie itu oleh Sabia, sambil sesekali merapihkan rambutnya. Seorang pelayan pun datang membukakan pintu rumah."Malam nona, ada yang bisa saya bantu?""Tolong panggilkan Mr Zie, katakan mahasiswi ingin menyerahkan tugas padanya!""Baik, mohon tunggu!"Sebenarnya pelayan merasa aneh kenapa menyerahkan tugas malam-malam begini, dan kenapa tidak kirim by email saja? Tapi karena berpikir mungkin name Zie sendiri yang meminta mahasiswinya datang ke rumah akhirnya pelayan pun mengetuk pintu kamar Me Zie.Tok.Tok.Tok.Baru saja Mr Zie hendak tidur setelah dari sore tadi memeriksa tugas dari 0ara mahasiswa yang dikirim ke email-nya, pintunya diketuk malam-malam begini, dengan sed
Tubuh Naura melengking keatas sementara wajahnya mendongak keatas, dorongan itu sungguh membuat seluruh tubuh Naura mengalami getaran hebat yang luar biasa.Tak kuasa menahan gejolak kenikmatan yang hampir tiba, Naura memejamkan kedua matanya, menggigit bibir bagian bawahnya karena merasakan dorongan itu sedikit lagi benar-benar akan meledak dibawah sana."Aaaaaahh Dad mau,,,,"Perkataan Naura tidak sanggup dua lanjutkan, sementara Gilbert yang mengetahui bahwa gadis pujaan hatinya akan mencapai puncak nirwana justru semakin dalam memasukkan lidahnya kedalam bagian inti Naura, kemudian meny e sapnya dengan kuat.Kedua tangan Naura pun meremat rambut Gilbert dibawah sana sembari menekan lebih dalam lagi wajah Gilbert dibawah sana."Dad ahhhhhhhhh,"Nafas Naura terengah-engah dan akhirnya Naura berhasil mencapai puncaknya yang begitu indah dan menyenangkan dipagi hari ini. Tubuh Naura lemas dia tidak dapat berkata-kata lagi selain masih merasakan sisa-sisa pencapaiannya.Setelah berhasi
Dengan penuh keceriaan Naura langsung beringsut berpamitan secara terburu-buru pada kedua orangtuanya dan pada kedua adiknya, kemudian Naura pun berlarian kecil untuk menghampiri Gilbert.Rupanya Gilbert sudah menunggu diluar mobil dan tersenyum pada Naura, rasanya seperti satu tahun tidak bertemu padahal hanya satu malam tadi keduanya tidak bertemu.Naura begitu merindukan Gilbert sampai-sampai dia terus berlari dan mendarat sempurna dalam pelukan Gilbert."Wow, Nola,""Aku merindukanmu Dad,""Iya sayang Dady juga sangat merindukanmu, padahal hanya satu malam kita tidak bertemu!" Gilbert merekatkan pelukannya pada tubuh Naura.Saat sedang saling memeluk dengan erat, momy Lindsey berlarian mengejar Naura karena handphone Naura tertinggal dimeja makan."Nola!" keluar pintu rumah.Mendengar suara momy Lindsey yang sangat dekat Naura replex mendorong Gilbert hingga Gilbert pun terjungkal dan jatuh ke bawah."Ya Tuhan, Bert kau sedang apa dibawah sana?" tanya Momy Lindsey."Am hanya menge
Jika ada laki-laki yang begitu menginginkan tubuhnya dengan tidak sabaran seperti Dosen satu ini, entah kenapa Sabia merasa sangat tertantang dan merasakan hasrattnya berkali-kali lipat lebih tinggi lagi.Dilepaskannya kedua tangan Dosen tersebut yang melingkar ditubuhnya itu, lalu didorongnya tubuh Dosen itu hingga terjatuh di atas ranjang, seperti serigala wanita yang sedang lapar, Sabia langsung melompat keatas tubuh Dosen berusia 30 tahu itu."Kau sangat tidak sabaran mangsaku," Sabia me lu mat bibir Dosen tersebut.Kedua tangan Sabia menarik kemeja pakaian Dosen tersebut hingga kancing-kancing kemeja itu terlepas semua, kemudian setelah puas melu mat bibir Dosen yang sejak tadi hanya pasrah terlentang.Sabia menjulurkan lidahnya, terus menyusuri dada hingga turun ke perut dan area pusar Dosen tersebut, kedua tangan Sabia langsung menurunkan celana yang dikenakan oleh Dosen tersebut, kemudian merobek kain penutup lobaknya hingga lobak itupun kini sudah tak mengenakan apapun lagi.
Sore harinya jam perkuliahan Sabia selesai lebih cepat, dia berpikir untuk mengerjai Naura yang saat ini masih berada didalam kelasnya. Sabia pun menunggu didepan kelas Naura.Hingga Dosen dikelas Naura pun sudah mengakhiri kelas hari ini dan keluar dari dalam kelas, Naura dan teman-teman dikelasnya langsung buru-buru keluar dari dalam kelas karena sudah ingin menghirup udara segara setelah tadi didalam kelas dicekoki oleh mata kuliah yang cukup menguras otak dan energi."Hai little momy ku!" teriak Sabia sambil memeluk Naura sengaja dengan suara kencang."Ha little momy?" serempak teman-teman sekelas Naura."Ya, Naura adalah momy baru untukku karena sebentar lagi dia akan menikah dengan my dad, dan emtththhh!!!"Belum selesai Sabia berbicara didepan teman-teman Naura, mulut Sabia sudah dibekap lebih dulu oleh satu tangan Naura."Bia sedang mabuk jadi bicaranya ngawur, jangan dengarkan!" Naura langsung membawa Sabia menjauh dari teman-temannya.Barulah setelah berada ditempat sepi Nau
Kedua bola mata Sabia akhirnya harus melirik bergantian saat mendengar Naura berbicara dan saat Gilbert pun ikut bersuara, situasi saat ini antara Gilbert dengan Naura sudah seperti debat calon presiden.Keduanya sibuk saling memberikan penjelasan pada Sabia yang hanya dia mematung melihat laki-laki tua yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri, berada diatas tubuh gadis muda yang tak lain adalah anak dari atasannya sekaligus sahabat putrinya sendiri.Apalagi posisi Gilbert benar-benar terngiang-ngiang dalam pikiran Sabia saat melihat bagaimana melon import sahabatnya, tengah di hi sap oleh ayahnya yang sudah tua itu.Mendengar Gilbert dan Naura sibuk klarifikasi, kesadaran Sabia pun berhasil dipulihkan."Stop!" teriak Sabia.Naura pun menghampiri Sabia lalu meraih kedua tangan Sabia, dengan tatapan memelas Naura akan meminta maaf secara tulus pada Sabia."Bi, aku minta maaf tidak apa-apa kau akan membenciku tapi tolong maafkan aku!"Sabia mengangkat telunjuk tangannya lalu menunju







