LOGINSore harinya jam perkuliahan Sabia selesai lebih cepat, dia berpikir untuk mengerjai Naura yang saat ini masih berada didalam kelasnya. Sabia pun menunggu didepan kelas Naura.
Hingga Dosen dikelas Naura pun sudah mengakhiri kelas hari ini dan keluar dari dalam kelas, Naura dan teman-teman dikelasnya langsung buru-buru keluar dari dalam kelas karena sudah ingin menghirup udara segara setelah tadi didalam kelas dicekoki oleh mata kuliah yang cukup menguras otak dan energi. "Hai little momy ku!" teriak Sabia sambil memeluk Naura sengaja dengan suara kencang. "Ha little momy?" serempak teman-teman sekelas Naura. "Ya, Naura adalah momy baru untukku karena sebentar lagi dia akan menikah dengan my dad, dan emtththhh!!!" Belum selesai Sabia berbicara didepan teman-teman Naura, mulut Sabia sudah dibekap lebih dulu oleh satu tangan Naura. "Bia sedang mabuk jadi bicaranya ngawur, jangan dengarkan!" Naura langsung membawa Sabia menjauh dari teman-temannya. Barulah setelah berada ditempat sepi Naura melepaskan tangannya dari mulut Sabia. "Oh my God kau benar-benar harus melakukan itu tadi Bia?" "Kenapa memangnya little mom ku? Toh kenyataan seperti itu, emm momy momy aku mau cucu, bukan cuma Dady yang minum cucu terus aku juga dong mom," dengan gaya bicara seperti anak kecil. Sambil mendusel kedada Naura seperti apa yang dilakukan Dady Bert saat Sabia memergoki keduanya, didorongnya kepala Sabia hingga Naura tertawa cekikikan karena geli dengan tingkah Sabia yang sangat komedi ini. "Bia cukup geli, dasar gila!" "Bagaimana rasa hi sa pan my Dad? Apa seperti vakum cleaner saat menye dot debu? Katakan," goda Sabia. "Ya, aku rasa mirip seperti itu!" Ckckckck... Keduanya pun saling merangkul untuk menemui Gilbert yang mungkin sudah menunggu mereka saat ini, terlihat Gilbert bersandar pada body depan mobilnya, sambil mengepulkan zat nikotin yang menyeruak ke udara. "Waw lihat itu Dady mu tampan sekali bukan?" "Tampan dimata mu, bagiku dia terlalu tua!" "Memang kau tidak suka pria tua?" "Ya suka, tapi paling tidak usianya lebih tua dariku 5 tahun mungkin!" "Apa kau sudah punya target untuk memuaskan mu?" ledek Naura. "Nah, ngomong-ngomong kepuasan aku jadi penasaran!" Sabia tersenyum licik. Keduanya menghampiri Gilbert, ketika Sabia dan Naura datang Gilbert langsung membuang pentung rokok dan menginjaknya. Pantang bagi Gilbert merokok terus didepan wanita apalagi itu wanita yang dia cintai dan juga anak yang sangat dia sayangi. "Hai Dad," "Tumben ceria sekali," kata Gilbert. "Iya Dad aku penasaran apakah kalian berdua sudah melakukannya? Apa Dady sudah berhasil memecah keperawanan Naura?" "Bia!" Naura melotot. "Astaga, sudah jangan tanya yang aneh-aneh cepat masuk mobil!" kata Gilbert. "Kalian pelit sekali tidak mau berbagi cerita," Gilbert dan Naura hanya bisa menggelengkan kepala karena Sabia kalau bicara itu benar-benar tidak memiliki saringan. Ketiganya masuk kedalam mobil dan mobil pun meninggalkan halaman kampus. "Dad, tadi di kampus momy Lindsey telpon aku diminta untuk pulang ke rumah," "Oh ya? Jadi kau tidak menginap lagi di rumah Dady?" "Sepertinya tidak bisa, entahlah momy semakin tua semakin uring-uringan jika aku lebih dari sehari tidak pulang dia akan terus mengirimkan pesan padaku!" "Baiklah jika memang hari ini kau harus pulang ke rumah," dengan wajah sedih. "Uhukk, little momy ku lihat tuh my Dad sedih karena kau meminta pulang ke rumah sekarang! Nanti malam Dady pasti gelisah karena kesepian, jangan-jangan setiap kau menginap kau dan Dady ku?" "Hei Bia," Gilbert tidak bisa menyembunyikan rasa malunya terus-menerus menjadi bahan ledekan. "Bia kau tidak lupa kan tragedi didalam kelas saat malam penyambutan mahasiswa baru?" Sabia pun baru teringat kembali bahwa Naura memegang rahasia pentingnya, secara Naura pernah memergoki dirinya sedang melakukan penyatuan sewaktu didalam kelas malam itu. "I-iya Nau aku ingat kok," "Masih meledek lagi?" "Iya iya aku tidak akan meledek lagi," "Nola, memang apa yang diperbuat Bia didalam kelas?" Sabia pun buru-buru melotot kearah Naura dia tidak mau sampai Dady atau momy Leya tau kelakuan buruknya diluar rumah. Sabia sudah sangat ketakutan jika sampai Naura benar-benar memberitahu Dadynya. "Aku memergoki Bia sedang didekati oleh laki-laki culun di kelasnya Dad, karena itu Bia sangat takut aku menceritakannya padamu, malu jika Dadynya tau anak gadisnya yang cantik ini digoda oleh pria culun!" Huuh.. Sabia menghembuskan nafas panjangnya untung saja Naura menepati janjinya untuk menjaga rahasia kenakalannya yang tidak diketahui oleh Dady dan momynya. "Tidak masalah culun asal dia laki-laki baik Bi," "Baik si kelihatannya Dad, soalnya aku melihat Bia saat digoda itu bahkan sampai memejamkan kedua matanya!" ledek Naura. "Oh ya? Kau pasti sangat terharu didekati laki-laki culun yang baik itu ya Bi, sampai-sampai memejamkan kedua matamu," Kali ini malah gantian Naura yang iseng membuat Sabia malu, padahal saat itu Sabia memejamkan mata karena lobak kakak kelasnya itu sangat nikmat sampai-sampai Sabia merasakannya dengan penuh penghayatan. Tiba di kediaman Naura, kali ini Gilbert tidak mampir dulu dan Naura langsung masuk kedalam rumah. "Dad, nanti turunkan aku di apartemen dekat supermarket ya!" "Kau ada janji temu?" "Iya, temanku tinggal disana kami mau mengerjakan tugas kuliah bersama kepalaku pusing kalau mengerjakan tugas sendirian di rumah!" "Oke, menginap?" "Iya Dad menginap," "Yasudah, besok pagi jangan sampai kesiangan nanti Dady jemput!" "Oke Dad, terimakasih," Menuruti permintaan putrinya, Gilbert menurunkan Sabia di apartemen didekat supermarket kota, Sabia pun turun lalu masuk ke loby apartemen. Karena tidak memiliki akses untuk masuk ke apartemen yang dia katakan itu apartemen temannya, akhirnya Sabia pun dijemput kebawah oleh seseorang laki-laki yang ternyata dia adalah salah seorang Dosen juga di kampus tempat Sabia dan Naura kuliah. "Sudah menunggu daritadi?" "Tidak kok Mr, ini baru sampai!" Keduanya naik ke lantai 11 apartemen tersebut. Dosen tersebut merupakan teman dekat Mr Zie, karena Dosen tersebut mau memberitahukan informasi apapun yang Sabia butuhkan mengenai Mr Zie tapi dengan syarat Sabia harus mau menemaninya satu malam, akhirnya Sabia pun datang hari ini. "Kenapa kau tertarik pada Zie? Dia laki-laki yang tidak menyukai wanita mungkin!" "Belum saja aku menaklukannya, aku yakin dia tidak seperti yang kau katakan Mr," "Oke, silahkan masuk!" Sabia masuk dan langsung dipeluk dari belakang oleh Dosennya itu. "Ayo sayang, aku sudah mengincarmu dari kau menjadi mahasiswi baru," "Sabar dong Mr, berikan dulu nomor handphone, alamat rumah dan tempat biasa Mr Zie pergi!" "Aku sudah tidak tahan, layani aku dulu itu urusan gampang sayang," Dosen itu sangat tidak sabaran sampai-sampai meminta jatah terlebih dahulu sebelum memberikan informasi, tanpa basa-basi satu tangan Dosen tersebut mer e mas dada Sabia.Saat ini Sabia sudah memasuki halaman rumah milik Mr Zie, hatinya sudah bersorak karena kemenangan dari taruhannya dengan teman-temannya yang lain sudah didepan mata.Sabia pun memotret rumah Mr Zie dari dalam mobilnya, lalu mengirimkan ke group bahwa dia sedikit lagi akan memenangkan taruhan.Ditekannya bel rumah Mr Zie itu oleh Sabia, sambil sesekali merapihkan rambutnya. Seorang pelayan pun datang membukakan pintu rumah."Malam nona, ada yang bisa saya bantu?""Tolong panggilkan Mr Zie, katakan mahasiswi ingin menyerahkan tugas padanya!""Baik, mohon tunggu!"Sebenarnya pelayan merasa aneh kenapa menyerahkan tugas malam-malam begini, dan kenapa tidak kirim by email saja? Tapi karena berpikir mungkin name Zie sendiri yang meminta mahasiswinya datang ke rumah akhirnya pelayan pun mengetuk pintu kamar Me Zie.Tok.Tok.Tok.Baru saja Mr Zie hendak tidur setelah dari sore tadi memeriksa tugas dari 0ara mahasiswa yang dikirim ke email-nya, pintunya diketuk malam-malam begini, dengan sed
Tubuh Naura melengking keatas sementara wajahnya mendongak keatas, dorongan itu sungguh membuat seluruh tubuh Naura mengalami getaran hebat yang luar biasa.Tak kuasa menahan gejolak kenikmatan yang hampir tiba, Naura memejamkan kedua matanya, menggigit bibir bagian bawahnya karena merasakan dorongan itu sedikit lagi benar-benar akan meledak dibawah sana."Aaaaaahh Dad mau,,,,"Perkataan Naura tidak sanggup dua lanjutkan, sementara Gilbert yang mengetahui bahwa gadis pujaan hatinya akan mencapai puncak nirwana justru semakin dalam memasukkan lidahnya kedalam bagian inti Naura, kemudian meny e sapnya dengan kuat.Kedua tangan Naura pun meremat rambut Gilbert dibawah sana sembari menekan lebih dalam lagi wajah Gilbert dibawah sana."Dad ahhhhhhhhh,"Nafas Naura terengah-engah dan akhirnya Naura berhasil mencapai puncaknya yang begitu indah dan menyenangkan dipagi hari ini. Tubuh Naura lemas dia tidak dapat berkata-kata lagi selain masih merasakan sisa-sisa pencapaiannya.Setelah berhasi
Dengan penuh keceriaan Naura langsung beringsut berpamitan secara terburu-buru pada kedua orangtuanya dan pada kedua adiknya, kemudian Naura pun berlarian kecil untuk menghampiri Gilbert.Rupanya Gilbert sudah menunggu diluar mobil dan tersenyum pada Naura, rasanya seperti satu tahun tidak bertemu padahal hanya satu malam tadi keduanya tidak bertemu.Naura begitu merindukan Gilbert sampai-sampai dia terus berlari dan mendarat sempurna dalam pelukan Gilbert."Wow, Nola,""Aku merindukanmu Dad,""Iya sayang Dady juga sangat merindukanmu, padahal hanya satu malam kita tidak bertemu!" Gilbert merekatkan pelukannya pada tubuh Naura.Saat sedang saling memeluk dengan erat, momy Lindsey berlarian mengejar Naura karena handphone Naura tertinggal dimeja makan."Nola!" keluar pintu rumah.Mendengar suara momy Lindsey yang sangat dekat Naura replex mendorong Gilbert hingga Gilbert pun terjungkal dan jatuh ke bawah."Ya Tuhan, Bert kau sedang apa dibawah sana?" tanya Momy Lindsey."Am hanya menge
Jika ada laki-laki yang begitu menginginkan tubuhnya dengan tidak sabaran seperti Dosen satu ini, entah kenapa Sabia merasa sangat tertantang dan merasakan hasrattnya berkali-kali lipat lebih tinggi lagi.Dilepaskannya kedua tangan Dosen tersebut yang melingkar ditubuhnya itu, lalu didorongnya tubuh Dosen itu hingga terjatuh di atas ranjang, seperti serigala wanita yang sedang lapar, Sabia langsung melompat keatas tubuh Dosen berusia 30 tahu itu."Kau sangat tidak sabaran mangsaku," Sabia me lu mat bibir Dosen tersebut.Kedua tangan Sabia menarik kemeja pakaian Dosen tersebut hingga kancing-kancing kemeja itu terlepas semua, kemudian setelah puas melu mat bibir Dosen yang sejak tadi hanya pasrah terlentang.Sabia menjulurkan lidahnya, terus menyusuri dada hingga turun ke perut dan area pusar Dosen tersebut, kedua tangan Sabia langsung menurunkan celana yang dikenakan oleh Dosen tersebut, kemudian merobek kain penutup lobaknya hingga lobak itupun kini sudah tak mengenakan apapun lagi.
Sore harinya jam perkuliahan Sabia selesai lebih cepat, dia berpikir untuk mengerjai Naura yang saat ini masih berada didalam kelasnya. Sabia pun menunggu didepan kelas Naura.Hingga Dosen dikelas Naura pun sudah mengakhiri kelas hari ini dan keluar dari dalam kelas, Naura dan teman-teman dikelasnya langsung buru-buru keluar dari dalam kelas karena sudah ingin menghirup udara segara setelah tadi didalam kelas dicekoki oleh mata kuliah yang cukup menguras otak dan energi."Hai little momy ku!" teriak Sabia sambil memeluk Naura sengaja dengan suara kencang."Ha little momy?" serempak teman-teman sekelas Naura."Ya, Naura adalah momy baru untukku karena sebentar lagi dia akan menikah dengan my dad, dan emtththhh!!!"Belum selesai Sabia berbicara didepan teman-teman Naura, mulut Sabia sudah dibekap lebih dulu oleh satu tangan Naura."Bia sedang mabuk jadi bicaranya ngawur, jangan dengarkan!" Naura langsung membawa Sabia menjauh dari teman-temannya.Barulah setelah berada ditempat sepi Nau
Kedua bola mata Sabia akhirnya harus melirik bergantian saat mendengar Naura berbicara dan saat Gilbert pun ikut bersuara, situasi saat ini antara Gilbert dengan Naura sudah seperti debat calon presiden.Keduanya sibuk saling memberikan penjelasan pada Sabia yang hanya dia mematung melihat laki-laki tua yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri, berada diatas tubuh gadis muda yang tak lain adalah anak dari atasannya sekaligus sahabat putrinya sendiri.Apalagi posisi Gilbert benar-benar terngiang-ngiang dalam pikiran Sabia saat melihat bagaimana melon import sahabatnya, tengah di hi sap oleh ayahnya yang sudah tua itu.Mendengar Gilbert dan Naura sibuk klarifikasi, kesadaran Sabia pun berhasil dipulihkan."Stop!" teriak Sabia.Naura pun menghampiri Sabia lalu meraih kedua tangan Sabia, dengan tatapan memelas Naura akan meminta maaf secara tulus pada Sabia."Bi, aku minta maaf tidak apa-apa kau akan membenciku tapi tolong maafkan aku!"Sabia mengangkat telunjuk tangannya lalu menunju







