LOGINMalam harinya di kediaman Domanick, lagi-lagi Naura memergoki kedua orangtuanya itu yang sudah mulai bermesraan diatas ranjang tanpa menutup pintunya sampai benar-benar rapat.
"Dad, mom," panggil Naura. Mendengar suara Naura, Domanick dan Lindsey segera mengakhiri aktivitas yang hendak mereka lakukan diatas ranjang. "Kebiasaan deh pintunya engga sampai ditutup rapat,' Naura masuk kedalam kamar. "Tau nih Dady, jadi kepergok anaknya lagi tuh Dad!" kata Lindsey. "Biarkan sajalah lagipula dia tidak mengerti," Dalam hati Naura, sembarangan sekali Dady Domanick mengatakan dia tidak mengerti. "Ada apa nak?" tanya Lindsey. "Aku menginap di rumah Dady Gilbert ya? Soalnya kuliah belum mulai kan, jadi aku bosan di rumah kalau ada Dady Gilbert aku pasti diajak jalan-jalan terus," "Tapi kan Gilbert sedang sibuk La, coba Dady telpon dulu orangnya untuk menanyakan dia mau tidak dititipkan gadis bawel seperti mu," "Dad," kedua bola mata Naura melotot tidak terima dikatai bawel. Handphone Gilbert berdering, saat ini dirinya sedang dalam perjalanan pulang setelah beres segala urusan bar dan casino milik group Limson. "Bert kau masih Doli Bar!" "Tidak Tuan, aku baru saja meninggalkan casino semua urusan sudah beres soalnya!" "Naura bilang dia minta menginap di rumah mu, katanya ingin diajak jalan-jalan juga oleh mu, bagaimana apa kau bisa?" Sebetulnya Gilbert juga sudah sangat merindukan Naura ingin melihat wajah gadis cantik dan menggemaskan itu. "Tentu Tuan, aku akan menjemputnya sekarang," Naura memang sejak lama sering menginap di rumah Gilbert, jadi sudah biasa dia akan meminta dijemput oleh Gilbert kapanpun dia mau. "Baiklah kalau begitu, Naura menunggu di rumah ya!" "Iya Tuan!" Setelah memastikan Gilbert tidak keberatan dititipi Naura, akhirnya Domanick pun mematikan teleponnya. "Gilbert sedang dijalan untuk menjemput mu kesini, nanti jangan buat susah Dady Gilbert La ingat kau sudah sejak kecil menyusahkannya!" "Iya, aku akan jadi anak baik kok dad! Ya sudah kalian lanjutkan lagi saja kegiatan tadi dan aku akan tutup rapat pintunya dari luar," "Thank you La!" ujar Domanick. Naura pergi meninggalkan kamar Domanick karena paham kedua orangtuanya itu sudah sama-sama tidak sabar ingin melanjutkan aktivitasnya. Setelah mengemas beberapa pakaian yang dimasukkan kedalam tas ranselnya, Naura menunggu Gilbert di ruangan televisi. Setelah hampir setengah jam menunggu, Naura sampai sangat ngantuk baru lah Gilbert muncul dihadapannya. "Sudah lama nunggunya?" "Iya, Dady lama sekali si Dad," "Maaf ya tadi kena macet, ini pakaian mu didalam tas?" "Iya, hanya beberapa step saja!" "Ya sudah sini Dady bawakan!" "Terimakasih Dad," Keduanya masuk kedalam mobil, dan karena Naura sudah sangat ngantuk sekali malam ini dia sampai tidak sempat menggoda Gilbert lagi. Naura tertidur pulas sepanjang jalan hingga tiba di kediaman milik Gilbert. Sebelum turun dari mobil, satu tangan Gilbert mengusap lembut pipi Naura, terdengar dengkuran halus dari bibir Naura yang ranum. Tidak tega jika harus membangunkan Naura, akhirnya Gilbert menggendong Naura untuk masuk kedalam rumahnya. Gilbert menggendong Naura hingga tiba di kamar yang letaknya bersebelahan dengan kamar Gilbert. Diletakannya tubuh Naura secara perlahan diatas ranjang! Lalu setelah itu Gilbert menyelimuti tubuh Naura dengan bad cover. "Selamat tidur cantik," beberapa saat Gilbert mengusap lembut kedua mata Naura yang sedang terpejam. Setelah itu Gilbert masuk kedalam kamarnya! Sebelum tidur Gilbert lebih dulu mandi dan berendam dengan sabun beraroma yang sangat wangi, sebab itulah tubuh Gilbert meskipun sudah berusia 40 tahun tetap wangi dan bersih. Setelah membersihkan diri Gilbert langsung tarik selimut dan mulai memasuki alam mimpi! Sementara Naura setelah tidur selama beberapa jam, Naura terbangun tengah malam dan mendapati dirinya sudah berada di kediaman Gilbert, karena tadi tidak sempat ngobrol banyak dengan Gilbert, Naura pun turun dari ranjangnya untuk menemui Gilbert didalam kamarnya, biasanya memang Gilbert akan begadang hingga pagi. Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 malam, sudah lama sekali Naura tidak pernah masuk kedalam kamar Gilbert. Dengan perlahan Naura masuk kedalam kamar Gilbert, terlihat Gilbert sudah tidur nyenyak. Tapi pemandangan sekitar menarik perhatian Naura, dilihatnya foto-foto pernikahan Gilbert dengan mendiang istrinya masih terpajang rapi baik itu diatas meja kecil dekat ranjang, ataupun dimeja laci-laci tempat buku-buku.Saat ini Sabia sudah memasuki halaman rumah milik Mr Zie, hatinya sudah bersorak karena kemenangan dari taruhannya dengan teman-temannya yang lain sudah didepan mata.Sabia pun memotret rumah Mr Zie dari dalam mobilnya, lalu mengirimkan ke group bahwa dia sedikit lagi akan memenangkan taruhan.Ditekannya bel rumah Mr Zie itu oleh Sabia, sambil sesekali merapihkan rambutnya. Seorang pelayan pun datang membukakan pintu rumah."Malam nona, ada yang bisa saya bantu?""Tolong panggilkan Mr Zie, katakan mahasiswi ingin menyerahkan tugas padanya!""Baik, mohon tunggu!"Sebenarnya pelayan merasa aneh kenapa menyerahkan tugas malam-malam begini, dan kenapa tidak kirim by email saja? Tapi karena berpikir mungkin name Zie sendiri yang meminta mahasiswinya datang ke rumah akhirnya pelayan pun mengetuk pintu kamar Me Zie.Tok.Tok.Tok.Baru saja Mr Zie hendak tidur setelah dari sore tadi memeriksa tugas dari 0ara mahasiswa yang dikirim ke email-nya, pintunya diketuk malam-malam begini, dengan sed
Tubuh Naura melengking keatas sementara wajahnya mendongak keatas, dorongan itu sungguh membuat seluruh tubuh Naura mengalami getaran hebat yang luar biasa.Tak kuasa menahan gejolak kenikmatan yang hampir tiba, Naura memejamkan kedua matanya, menggigit bibir bagian bawahnya karena merasakan dorongan itu sedikit lagi benar-benar akan meledak dibawah sana."Aaaaaahh Dad mau,,,,"Perkataan Naura tidak sanggup dua lanjutkan, sementara Gilbert yang mengetahui bahwa gadis pujaan hatinya akan mencapai puncak nirwana justru semakin dalam memasukkan lidahnya kedalam bagian inti Naura, kemudian meny e sapnya dengan kuat.Kedua tangan Naura pun meremat rambut Gilbert dibawah sana sembari menekan lebih dalam lagi wajah Gilbert dibawah sana."Dad ahhhhhhhhh,"Nafas Naura terengah-engah dan akhirnya Naura berhasil mencapai puncaknya yang begitu indah dan menyenangkan dipagi hari ini. Tubuh Naura lemas dia tidak dapat berkata-kata lagi selain masih merasakan sisa-sisa pencapaiannya.Setelah berhasi
Dengan penuh keceriaan Naura langsung beringsut berpamitan secara terburu-buru pada kedua orangtuanya dan pada kedua adiknya, kemudian Naura pun berlarian kecil untuk menghampiri Gilbert.Rupanya Gilbert sudah menunggu diluar mobil dan tersenyum pada Naura, rasanya seperti satu tahun tidak bertemu padahal hanya satu malam tadi keduanya tidak bertemu.Naura begitu merindukan Gilbert sampai-sampai dia terus berlari dan mendarat sempurna dalam pelukan Gilbert."Wow, Nola,""Aku merindukanmu Dad,""Iya sayang Dady juga sangat merindukanmu, padahal hanya satu malam kita tidak bertemu!" Gilbert merekatkan pelukannya pada tubuh Naura.Saat sedang saling memeluk dengan erat, momy Lindsey berlarian mengejar Naura karena handphone Naura tertinggal dimeja makan."Nola!" keluar pintu rumah.Mendengar suara momy Lindsey yang sangat dekat Naura replex mendorong Gilbert hingga Gilbert pun terjungkal dan jatuh ke bawah."Ya Tuhan, Bert kau sedang apa dibawah sana?" tanya Momy Lindsey."Am hanya menge
Jika ada laki-laki yang begitu menginginkan tubuhnya dengan tidak sabaran seperti Dosen satu ini, entah kenapa Sabia merasa sangat tertantang dan merasakan hasrattnya berkali-kali lipat lebih tinggi lagi.Dilepaskannya kedua tangan Dosen tersebut yang melingkar ditubuhnya itu, lalu didorongnya tubuh Dosen itu hingga terjatuh di atas ranjang, seperti serigala wanita yang sedang lapar, Sabia langsung melompat keatas tubuh Dosen berusia 30 tahu itu."Kau sangat tidak sabaran mangsaku," Sabia me lu mat bibir Dosen tersebut.Kedua tangan Sabia menarik kemeja pakaian Dosen tersebut hingga kancing-kancing kemeja itu terlepas semua, kemudian setelah puas melu mat bibir Dosen yang sejak tadi hanya pasrah terlentang.Sabia menjulurkan lidahnya, terus menyusuri dada hingga turun ke perut dan area pusar Dosen tersebut, kedua tangan Sabia langsung menurunkan celana yang dikenakan oleh Dosen tersebut, kemudian merobek kain penutup lobaknya hingga lobak itupun kini sudah tak mengenakan apapun lagi.
Sore harinya jam perkuliahan Sabia selesai lebih cepat, dia berpikir untuk mengerjai Naura yang saat ini masih berada didalam kelasnya. Sabia pun menunggu didepan kelas Naura.Hingga Dosen dikelas Naura pun sudah mengakhiri kelas hari ini dan keluar dari dalam kelas, Naura dan teman-teman dikelasnya langsung buru-buru keluar dari dalam kelas karena sudah ingin menghirup udara segara setelah tadi didalam kelas dicekoki oleh mata kuliah yang cukup menguras otak dan energi."Hai little momy ku!" teriak Sabia sambil memeluk Naura sengaja dengan suara kencang."Ha little momy?" serempak teman-teman sekelas Naura."Ya, Naura adalah momy baru untukku karena sebentar lagi dia akan menikah dengan my dad, dan emtththhh!!!"Belum selesai Sabia berbicara didepan teman-teman Naura, mulut Sabia sudah dibekap lebih dulu oleh satu tangan Naura."Bia sedang mabuk jadi bicaranya ngawur, jangan dengarkan!" Naura langsung membawa Sabia menjauh dari teman-temannya.Barulah setelah berada ditempat sepi Nau
Kedua bola mata Sabia akhirnya harus melirik bergantian saat mendengar Naura berbicara dan saat Gilbert pun ikut bersuara, situasi saat ini antara Gilbert dengan Naura sudah seperti debat calon presiden.Keduanya sibuk saling memberikan penjelasan pada Sabia yang hanya dia mematung melihat laki-laki tua yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri, berada diatas tubuh gadis muda yang tak lain adalah anak dari atasannya sekaligus sahabat putrinya sendiri.Apalagi posisi Gilbert benar-benar terngiang-ngiang dalam pikiran Sabia saat melihat bagaimana melon import sahabatnya, tengah di hi sap oleh ayahnya yang sudah tua itu.Mendengar Gilbert dan Naura sibuk klarifikasi, kesadaran Sabia pun berhasil dipulihkan."Stop!" teriak Sabia.Naura pun menghampiri Sabia lalu meraih kedua tangan Sabia, dengan tatapan memelas Naura akan meminta maaf secara tulus pada Sabia."Bi, aku minta maaf tidak apa-apa kau akan membenciku tapi tolong maafkan aku!"Sabia mengangkat telunjuk tangannya lalu menunju







