"Panggilan sayang apaan, Lalita juga manggil gue gitu," sahut Brian asal. Ia tak ingin Ivan tahu bahwa Diana adalah mantan pacarnya.
Lalita yang ditembak seperti itu mengerjapkan mata. Apa yang harus ia katakan? Lalita sudah sejak lama tidak memanggil Brian dengan sebutan "Yan."
"Aaahhh iyaaa... haha…" jawab Lalita seadanya.
Kekhawatiran pun membanjiri pikiran Lalita. Sepertinya jawaban tadi kurang meyakinkan.
"Kayaknya masih Brian... Brian aja lo manggil dia..." ucap Ivan menyipitkan mata.
"Kan kalo berdua baru manggilnya gitu... Kayak gak pernah mesra aje lo kalo berdua sama istri," ucap Lalita berkilah.
Ivan hanya bisa mengangguk dengan pose wajah sok keren.
"Cakep tapi temen kalian, pasti suaminya ganteng dan tajir. Biasanya cewek cakep kan jadi incaran," celetuk Ivan lagi.
Lalita mulai berpikir apa jangan-jangan Ivan ini cenayang. Mengapa tebakan pria ini benar?
"Gak ada, dia udah cerai," ucap Brian.
"
"Panggilan sayang apaan, Lalita juga manggil gue gitu," sahut Brian asal. Ia tak ingin Ivan tahu bahwa Diana adalah mantan pacarnya.Lalita yang ditembak seperti itu mengerjapkan mata. Apa yang harus ia katakan? Lalita sudah sejak lama tidak memanggil Brian dengan sebutan "Yan.""Aaahhh iyaaa... haha…" jawab Lalita seadanya.Kekhawatiran pun membanjiri pikiran Lalita. Sepertinya jawaban tadi kurang meyakinkan."Kayaknya masih Brian... Brian aja lo manggil dia..." ucap Ivan menyipitkan mata."Kan kalo berdua baru manggilnya gitu... Kayak gak pernah mesra aje lo kalo berdua sama istri," ucap Lalita berkilah.Ivan hanya bisa mengangguk dengan pose wajah sok keren."Cakep tapi temen kalian, pasti suaminya ganteng dan tajir. Biasanya cewek cakep kan jadi incaran," celetuk Ivan lagi.Lalita mulai berpikir apa jangan-jangan Ivan ini cenayang. Mengapa tebakan pria ini benar?"Gak ada, dia udah cerai," ucap Brian."
Semuanya menoleh pada Fina.Fina menjadi salah tingkah dan malu. Lalita yang duduk di sebelahnya menatap Fina intens. Matanya berkaca-kaca sebelum kemudian memeluk Lalita.“Gue… berasa jadi cewek pick me…” ucap Fina.Lalita dan Olivia terkekeh geli.“Dari yang aku lihat sih kak Fina gak pick me ya. Misal besok-besok masih diulangin sih aku jitak aja kakak,” ancam Olivia setengah bercanda.Bibir Fina mengerucut, “Iyaa… iya… enggak… Tadi cuma kelepasan.”"Lagian juga kenapa kalau memang belum pernah ke Bali? Sekarang kan lo udah di Bali. Dan ke depannya lo bisa ke sini lagi," ucap Lalita sembari mengelus pundak Fina.Kali ini, Olivia juga ikut memeluk Fina."Kak Lita bener, aku bisa sering ke sini ke depannya."Ivan dan Brian hanya bisa menatap mereka bertiga dalam hening. Terutama Brian, dia bingung harus bagaimana. Diaaa, kurang relate
[ No... Dia dirawat mama papaku pas aku di sini. Aku cuma pulang setahun dua kali. ][ Aahh... Okee... ][ Kalo boleh jujur sih aku merasa bersalah sama anakku. Tapi kurasa ini keputusan terbaik yang aku ambil. Sekarang kondisiku jauh membaik dan siap untuk rawat anakku lagi. ]Brian hanya berdehem. Ia bingung harus memberikan respon seperti apa.[ Udaahhh lah kalo gitu, aku gak mau ganggu lama-lama. Thanks udah dengerin ceritaku, Yan. Salam ya buat Lalita. Bye, Yan... ]Brian ragu bisa menceritakan hal ini pada Lalita. Terutama, Yan...Diana selalu memanggilnya begitu. Yan adalah panggilan Brian di rumah. Saat kecil, Lalita dan beberapa teman lain juga dulu memanggilnya begitu.Lalita baru berhenti memanggilnya Yan saat Brian memintanya berhenti. Saat itu, Brian sudah berpacaran dengan Diana.Hanya Diana dan keluarga inti yang ia izinkan memanggilnya Yan
Brian yang kesal itu lantas menutup kamarnya. Hanya saja, lagi-lagi Citra mencegahnya.Kesal dengan perdebatan tak berujung ini, Brian masuk ke kamar dan menelepon resepsionis. Menjelaskan kamar Citra terdapat kecoak dan meminta staf segera datang untuk memeriksa.Brian membiarkan Citra tetap di depan kamar dengan pintu terbuka. Ia bahkan berbaring di tempat tidur.[ Aku baru sadar telepon kita masih nyambung. Kupikir kamu udah matiin telepon tadi. ] ucap Brian begitu sadar panggilan WA nya masih tersambung dengan Lalita.[ Iya, gak aku matiin. Soalnya seru! ][ Seru apaan woy? Ngeselin sih iya. Bikin merinding. Aku sampe gak bisa tutup pintu kamar karena dia terus halangin pintu pake kakinya. ][ Hahaha, wajar kan tapi cewek takut kecoak. Gak ada salahnya kan minta tolong kalo itu mah, meskipun itu jadi bahan modus dikit-dikit. ]Brian menghela nafas kasar.
Brian kemudian mengernyitakn dahi."Masih sama kok, kenapa Di?""Aku... boleh telepon?" tanya Diana ragu."Untuk apa?"Bagi Brian, haram hukumnya untuk punya kontak dengan mantan. Apalagi jika wanita itu adalah Diana Wilson. Dia tidak ingin fotonya terpampang dengan besar dan menjadi topik utama di berbagai media.ANAK BUNGSU KONGLOMERAT WIGUNA BERSELINGKUH DENGAN WANITA BERSUAMI, KABARNYA WANITA ITU ADALAH MANTAN PACAR.Membayangkan narasi-narasi yang akan muncul itu cukup membuat Brian bergidik ngeri. Memang ayahnya masuk berita sesekali, istri dan anak-anaknya sengaja tidak pernah tersorot untuk menjaga privasi.Hanya saja, jika terjadi skandal, siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan bukan?"Ngobrol...?" ucap Diana tersipu."Oke Brian, tenang. Dia memang imut banget sekarang, tapi tetep gak boleh!" ucap Brian memarahi dirinya sendiri dalam hati.Brian kemudian tersenyum, "Kayaknya
"Cuma asal tebak pak..." jawab Moris asal."Benarkah?""Yuppp, saya juga kangen pacar saya sih. Nanti dia marah kalo belum sleepcall.""Telepon sampe ketiduran gitu maksudnya?""Iyaa, memangnya pak Brian gak pernah kayak gitu sama pacar bapak?""Enggak..."Hah? Jujur saja Moris terkejut mendengar hal itu. Brian bahkan baru berumur 28 tahun, belum tuaa."Jadi sehari-hari, bapak gak telepon pacar bapak gitu?""Enggak, cuma chat. Saya bukan orang yang senggang..."Moris jadi kasihan pada Lalita yang mendapat suami seperti Brian.Brian beranjak dari kursi dan diikuti oleh Moris dari belakang. Mereka berdua merasa cafe ini tambah ramai dari sejak mereka datang tadi.Kemudian,Brian melangkah dengan cepat untuk kembali ke hotel. Moris sendiri hanya berjalan santai.Moris tak berhenti terkekeh melihat Brian yang begitu gelisah. Hanya saja, tanpa disangka, Brian menghentikan langkahnya. Matanya