3 - Batalkan semuanya
Sere menggeliat pelan, tetapi sangat sulit. Seperti ada sesuatu yang melingkar di perutnya, ia akhirnya membuka mata dan melihat tangan kekar milik pria. Dia cepat menjerit karena belum sadar sepenuhnya, membuat Faresta terbangun.
"Ahhhhhhhhhhhh," jerit Sere membuat Faresta melepaskan pelukkannya lalu mengucek mata.
"Apaan sih, teriak - teriak berisik tau," geram Faresta ia merenggangkan otot - ototnya, lalu hendak tertidur lagi.
"Kamu kenapa ada di rumahku," ucap Sere bangkit, lalu menarik lengan Faresta agar pria itu tidak tidur lagi.
"Tidurlah, aku capek berangkat pulang." Faresta akhirnya mendudukan bokongnya, lalu menatap tajam Sere.
"Sekarang cepat! kamu pergi, aku mau cari kerja," usir Sere, ia melangkah pergi ke kamar.
Faresta menyandarkan tubuhnya di sofa, ia melirik jam ditangannya lalu mengembuskan napas lelah. Dia bangkit lalu menunggu Sere selesai membersihkan diri di kamar mandi, saat gadis ifu membuka pintu sangat terkejut melihat Faresta ada dihadapannya.
"Kau hendak menggodaku?" tanya Faresta menaikan turunkan alisnya.
"Tidak! ngapain kau ada di sini," bentak Sere ia mundur selangkah, merasa waspada saat melihat Faresta terus menatapnya.
"Mandilah, tapi sepertinya aku inginnnnn, memakanmu," ucap Faresta, Sere membulatkan mata lalu lekas beralih ke belakang tubuh Faresta dan mendorong pria itu masuk ke kamar mandi dan menutup pintu.
"Hahahaha, wajahnya menggemaskan sekali," tawa Faresta menggelegar di kamar mandi, ia tak pernah tergelak sampai segitunya.
"Ahhh, perutku sakit. Mendingan mandi saja, seperti aku akan terus menggodanya, aku suka wajahnya yang seperti itu," gumam Faresta lalu membuka pakaian dan lekas membersihkan diri, tidak mengomentari betapa sempitnya rumah Sere karena terlalu bahagia.
Selepas membersihkan diri, ia memakai pakaiannya kembali sambil mengirim pesan kepada sekertarisnya untuk membawa baju baru. Keluar kamar mandi, dia tak menemukan Sere. Melangkah menuju dapur, karena bau masakan yang membuatnya menjadi lapar.
"Harumnyaaaaa," ucap Faresta mengejutkan Sere, karena pria itu sambil memeluk pinggangnya dari belakang.
"Kamu mengejutkanku, TUAN!" geram Sere, ia berusaha melepaskan pelukan pria itu.
"Stttttt, udah fokus aja memasaknya, nanti gosong lho," tegur Faresta membuat Sere kesal tetapi menurut karena sesuai perjanjian ia harus selalu patuh dari sekarang.
Suara ketukan pintu membuat Sere menoleh, ia lekas mematikan kompor karena sayurnya sudah matang. Melangkah tetapi mundur lagi karena Faresta menariknya.
"Kamu mau apasih! ada yang ketuk pintu, kamu dengar 'kan," ucap Sere kesal.
"Iya aku tau kok, hanya mau morning kiss," seru Faresta langsung mengecup bibir Sere, dan melangkah pergi meninggalkan gadis itu yang mematung.
"Selamat pagi, Tuan," sapa Kean dengan wajah datar, saat Faresta membukakan pintu.
"Sudah membawakan apa yang kuminta?" tanya Faresta langsung ke intinya.
"Iya, Tuan." Kean menjawab sambil mengangguk, Faresta langsung mengajak Kean masuk dan menuju ruang tengah yang sudah ada hidangan diatas lantai membuatnya mengeryit heran.
"Sere," panggil Faresta membuat gadis itu melangkah sedikit cepat dengan membawa teko dan gelas lalu menaruhnya di lantai.
"Ada apa," sahut Sere lalu duduk bersila mengambil makanan dan menaruhnya dipiring.
"Kita makan di sini?" tanya Faresta sedikit tak percaya.
"Iya Tuannnnn, eh, ada Kean ayo makan bersama," tawar Sere saat melihat sekertaris Faresta ada di dekat pria itu.
"Iya Nona, terimakasih," sahutnya.
"Jangan iya - iya, ayo duduk cepat! kita makan bersama," ajak Sere membuat kedua pria itu duduk.
"Sere sendokan untukku," pinta Faresta saat melihat Sere tengah melahap makanannya, sedangkan Kean tengah menyendok makanan.
"Memangnya gak bisa sendiri apa!" geram Sere kesal.
"Aku biasa dilayani, Sere." Faresta menyombongkan dirinya, membuat Sere berdesis sebal.
"INI TUAN YANG TERHORMAT," ejek Sere tetapi tidak dipedulikan Faresta, pria itu cepat melahap makanannya.
"Masakanmu enak, nanti setiap hari kamu harus memasaknya untukku!" perintah Faresta mutlak, membuat Sere semakin kesal. Sedangkan Kean melongo saat melihat Tuannya sangat gembul makannya.
"Apa saja jadwalku sekarang, Kean?" tanya Faresta selesai makan, sedangkan Sere tengah mencuci piring.
Kean langsung menyebutkan semuanya, membuat Faresta mengangguk - angguk.
"Batalkan semuanya, buat jadwal sekarang untuk besok. Aku ingin pergi jalan - jalan bersama Sere," seru Faresta, Kean melongo tak percaya, tetapi ia mengangguk pasrah.
4 - Tuan mesum"Cepatan kerjanya, Sere. Lalu ganti baju dengan yang pantas," ucap Faresta pria itu menyusul Sere ke dapur."Iya, aku tau, aku mau pergi mencari kerjaan," balas Sere."Kamu harus ikut aku!" perintah Faresta mutlak lalu melangkah pergi tanpa menunggu jawaban Sere."Pria itu suka sekali memerintah," gerutu Sere, selesai mencuci ia langsung ke kamar untuk mengganti pakaian.Selesai berdandan ala kadarnya, Sere keluar melirik Faresta yang tengah menelepon seseorang. Akhirnya dirinya menjatuhkan bokong di kursi depan rumah, menunggu pria mesum itu selesai."Tolong kalian siapkan semua permintaanku, sesampai disana semua harus beres," ujar Faresta mutlak lalu mematikan ponsel-nya, dan menoleh menatap Sere yang tengah menunggunya sambil main handphone."Sereeee! kenapa diam di situ, ayo ke sini, kita harus cepat - cepat pergi," ucapnya keras membuat Sere terkejut, ia bangkit lalu mendekat sambil menggerutu."Ayo masuk," k
"Ayoo pergi," ajak Sere tadinya ia ingin memarahi Faresta karena tiba - tiba menciumnya, saat ingat di tempat umum akhirnya memendam keinginannya.Sere diam saja, masuk ke mobil meninggalkan Faresta yang tersenyum penuh kemenangan."Sekarang kita prewedding dulu," tutur Faresta, Sere hanya diam tak menjawab masih kesal dengan kejadian tadi, ia mengangkat bahu tak peduli saat tidak mendapatkan sahutan, melanjutkan perjalanan dengan keheningan.Sere diperintahkan untuk mengganti pakaiannya, ia hanya menurut. Selesai melihat pantulan diri dicermin, dia sedikit terpaku karena tak menyangka akan secantik ini. Sehabis puas mengagumi sendiri, Sere lekas keluar saat dipanggil oleh Faresta mengetuk pintu dengan tak sabaran."Kenapa lama sekali," geram Faresta terpaku saat tatapannya, melihat paras cantik Sere.Sere sama terdiamnya, mereka saling mengagumi visual masing - masing. Sampai teguran fotograper membuat keduanya tersadar, lekas Faresta memban
Suara perut Sere membuat gadis itu memalingkan wajahnya menatap keluar jendela, wajahnya sudah memerah karena malu."Perut sialan! malunya aku," batin Sere, meremas perutnya karena lapar.Faresta tersenyum kecil tidak terlihat sama sekali, ia lebih cepat melajukan mobil lalu memarkirkan ke restoran. Membuat Sere menatap tempat yang mewah dihadapannya, lalu menoleh menatap Faresta."Ngapain ke sini?" tanya Sere."Pup," sahut Faresta singkat, Sere menatap kesal pria dihadapannya dengan tajam."Masa iya, mau pup harus ke resto, kan bisa tadi ke toilet umum, Tuannnnn," geram Sere tertahan tak habis pikir."Kauuu banyak bicara, ikut saja ayoo," ajak Faresta turun dari mobil lalu menarik Sere agar mengikutinya.Iya mendudukan Sere dengan sedikit keras, beruntung kursi itu empuk membuat bokongnya tak sakit. Faresta pun ikut mendaratkan pantatnya, lekas membaca menu dan memilih makanan cepat memesannya. Dengan iseng sambil menunggu gadis itu m
Setelah membungkam Sere, Faresta dengan wajah tanpa dosa langsung melajukan mobilnya. Gadis itu merengut karena pria disampingnya mengancamnya lagi jika bersuara, sialan bukan! netra Sere memandangi jalanan lewat kaca, senyuman terukir melihat kedua anak tengah bercanda dengan dibelakang diawas orangtuanya. Sehabis sampai, Faresta memarkirkan mobil lalu turun, membuka pintu agar gadisnya ikut keluar."Kita di mana?" tanya Sere menatap masion megah, tidak berkedip sedikitpun membuat Faresta tersenyum tanpa sadar.Faresta menggenggam jemari Sere, lalu melangkah membuat Sere berdecak sebal karena tak ditanggapi. "Masionku," ucapnya membuat Sere membulatkan matanya tidak percaya.Pintu utama terbuka, Faresta langsung masuk menyeret Sere yang mematung karena terkejut melihat benda itu dibuka dan menampakan dalamnya."Kalian sudah menyelesaikan apa yang kuperintahkan?" tanya Faresta berhenti di menatap para pelayan, yang menunduk tidak melihat wajah kami.
Sere sangat dongkol, selesai makan ia berjalan ke kamar tamu lalu merebahkan diri di sana sampai terlelap. Sedangkan Faresta menatap kepergian calon istrinya dan mengembuskan napas kasar."Dia sangat keras kepala," gumam Faresta mengelap bibirnya dengan tisu lalu pergi mengikuti Sere.Baru saja kakinya sampai di depan pintu, nada dering ponsel berbunyi membuat ia berhenti lalu mengangkat panggilan."Hallo Tuan," sapa Kean dingin."Ada apa?" tanya Faresta tak kalah dingin."Tuan Devano menginginkan sebuah mata Tuan," terang Kean pelan."Carilah di rumah sakitku, aku sedang malas mencari mangsa," seru Faresta."Selamat malam Tuan," ucap Kean.Faresta tanpa menjawab ucapan sekertarisnya, ia langsung mematikan sambungan telepon lalu memasukan handphone ke saku. Mulai melangkah dan membuka pintu kamar tamu, terlihat Sere telah terlelap."Putri tidur," gumam Faresta setelah menutup pintu lalu duduk di ranjang, tangannya membel
Dua hari sudah Faresta tidak pulang ke mansionnya, ia sangat sibuk mengerjakan pekerjaannya. Memilih lembur agar bulan madunya tidak terganggu oleh berkas - berkas menyebalkan ini. Mata panda sangat terlihat jelas, hasil dari bergadang. Netranya memandang laptop yang menayangkan kegiatan Sere, gadis itu berguling di kasur lalu keluar kamar."Tuannnn," panggil Kean membuat Faresta mengalihkan pandangannya dari laptop."Ada apa?" tanyanya malas."Apakah Tuan tidak mau pulang? kasihan Nona Sere," ujar Kean pelan."Nanti, sebentar lagi tugasku selesai," sahut Faresta dibalas anggukan Kean, lalu pria itu pamit."Aku merindukanmu," gumam Faresta lalu melanjutkan perkerjaannya.***Sere menatap semua orang yang tengah sibuk menghias mansion Faresta, ia menghela napas beberapa hari lagi pernikahannya. Rasanya sangat kesal karena tidak diperbolehan keluar rumah, sesekali menggerutu sebab belum melihat batang hidung calon suaminya."Nona
Sere langsung menatap tubuhnya dan bersemu, karena handuk yang ia pakai sedikit melorot memperlihatkan sedikit dadanya."Sialan! tutup matamu," pekik Sere melemparkan bantal ke wajah Faresta yang tengah tertawa terbahak - bahak."Iya - iya, aku keluar, tolong hentikan lemparanmu ini," ujar Faresta lalu bangkit dan pergi saat Sere sudah tak melempar bantal lagi."Malunya akuuuuu," gumam Sere menutup wajah dengan telapak tangan."Aku harus cepat memakai pakaian, tidak tau kan otak licik pria itu," ujar Sere bangkit lalu bergegas ke kamar mandi tak lupa membawa pakaian.Faresta yang sudah berada di kamarnya terbahak - bahak, raut wajah Sere yang malu masih terbayang - bayang dan membuatnya tak bisa menahan tawa."Lucu sekali wajahnya, seperti ini akan menjadi hobiku selalu menggoda dia," gumam Faresta setelah puas tertawa menjatuhkan tubuhnya di kasur."Ahhhhh, lapar," gumam Faresta lalu bangkit melangkah ke ruang makan, terlihat Sere ten
Disini mereka, Faresta duduk dikursi menunggu sedangkan Sere terus berbicara karena senang Ibunya sudah siuman."Dari tadi kamu berbicara terus, siapa pria yang duduk disana?" tanya Desti menoleh ke Faresta sekilas."Diaaaaa." Sere terlihat bingung menjawab ia sesekali menoleh ke arah dimana Faresta duduk.Mengerti kebingungan calon istrinya, ia bangkit mendekati brankar. "Saya calon suami anak Ibu, sebentar lagi kami menikah. Tolong restui pernikahan kami berdua," jelas Faresta tanpa gugup sedikitpun, ia sangat lugas mengucapkannya."Menikah? kenapa kamu tidak bilang dengan Ibu," tegur Desti menatap butuh penjelasan kepada putrinya."Ini mendadak Bu," ucap Sere spontan tidak tau harus mengucapkan apa."Heee, mendadak?" tanya Desti kebingung."Semoga Ibu cepat sembuh, agar dihari pernikahan kami anda hadir," tutur Faresta mengalihkan topik."Semoga aja, tapiiiiii. Walau Ibu tidak bisa hadir doa Ibu selalu untukmu, Ibu mer