Home / Rumah Tangga / Istri Bayangan Tuan Arogan / Bab 3 Tamu Tak Diundang

Share

Bab 3 Tamu Tak Diundang

Author: Miss han
last update Last Updated: 2025-03-09 15:40:50

Suara langkah Aidan terdengar beradu dengan lantai. Pintu kamar itu masih tertutup, tiba-tiba menyusup perasaan aneh ke dalam dirinya. Bukan kepedulian, bukan juga rasa khawatir, tetapi lebih kepada dorongan tak terjelaskan yang membuatnya ingin tahu apa yang terjadi dengan gadis yang kemarin ia nikahi.

Saat tangannya menyentuh kenop pintu, Aidan sempat ragu. Namun, hanya sepersekian detik, ia pun mendorong pintu perlahan.

Cahaya kamar temaram. Rania duduk di lantai, di dekat meja rias. Di sekelilingnya, beberapa benda berserakan. Aidan memperhatikan wajahnya yang pucat, matanya menatap lurus ke satu benda yang ada di tangannya.

“Kamu kenapa?” tanya Aidan yang penasaran dengan apa yang Rania lakukan.

Gadis itu buru-buru menyembunyikan benda yang tadi dipegangnya, dan berdiri. Saat ia berdiri terdengar suara rintihan yang keluar dari mulut Rania. Ia memijat kakinya perlahan.

“Ada apa?” tanya Aidan sekali lagi.

“Ah, tidak apa-apa tadi aku mau menyimpan pakaianku di dalam lemari, tapi ada yang terjatuh dari atas. Aku kaget dan terjatuh,” ucap Rania sekenanya.

“Oh.” Hanya itu yang Aidan ucapkan sebelum akhirnya ia melangkah memberikan semua pakaiannya yang ada di lemari.

“Lho, kok?” tanya Rania terkejut dengan ulah Aidan.

“Mulai malam ini aku tidur di kamar sebelah. Kamar ini bebas kamu gunakan. Besok aku akan menyuruh orang untuk memindahkan barangku.”

Rania membeku mendengar ucapan Aidan. Ia tidak pernah menyangka pria di hadapannya sama sekali tidak ingin bersama.

“Tidak bisakah, kita sekamar saja?” ucap Rania perlahan, tapi masih dapat didengar Aidan.

Aidan menghentikan pekerjaan dan melangkah mendekat Rania. Ia mengkis jarak hingga menyisakan beberapa sentimeter saja. “Kamu menggodaku? Maumu, kan, kita sekamar dan aku khilaf?”

Rania melebarkan matanya, ia sangat menyesal dengan kata-kata yang barusan diucapkan. Sungguh tidak ada niat ia menggoda Aidan. Tanpa aba-aba, ia mendorong tubuh Aidan.

“Enak aja, enggak ada aku goda kamu! Udah pindahkan aja barangmu!” Rania berusaha bersikap biasa saja, tetapi jantungnya berdetak lebih cepat saat berdekatan dengan Rania.

“Oke, karena kita sudah di sini dan sedang membahasnya aku akan tetapkan peraturan!” tutur Aidan mantap.

“Peraturan apa?” Rania mengernyitkan dahinya tidak percaya pria di hadapannya berbicara banyak biasanya sepatah dua patah kata saja yang keluar dari mulut Aidan.

“Oke, mulai hari ini kita akan tidur di kamar masing-masing. Tidak boleh mencampuri urusan masing-masing, termasuk bertanya kemana perginya, sedang apa atau sesuatu yang menjurus ke arah terlalu ingin tahu. Selama kamu menjadi istriku, kamu tidak boleh jalan dengan pria manapun, semua untuk menjaga nama baik keluarga. Dan tidak boleh pulang lebih dari pukul 23.00.”

“Kayak peraturan kosan,” celetuk Rania.

“Oiya satu lagi! Kita harus berakting sebagai pasangan saat berada di depan keluargaku.”

“Dilihat-lihat semua peraturan menguntungkanmu, apa benefitnya buatku?”

“Jika kau menurut, saat kita bercerai, aku akan memberimu rumah dan uang tunjangan. Kau akan jadi orang kaya, dan tidak ada lagi sepupumu yang akan merendahkanmu.”

Deg. Rania seperti tersadarkan sesuatu saat Aidan mengingatkan tentang perlakuan buruk sepupunya saat ia masih menumpang di rumah bibinya. Tawaran yang menggiurkan, setidaknya ia tidak perlu berkorban banyak. Cukup menjalani peran sebagai istri yang baik dan hidup tenang di rumah Aidan.

“Baik, sampai kapan?” tanya Rania tanpa berpikir panjang lagi.

“Sampai kakek menyerahkan perusahaannya padaku. Oke?”

Rania menatap Aidan dengan wajah tidak percaya, kini ia tahu jika pria itu menikahinya hanya untuk mendapatkan perusahaan. Saat Rania sedang berpikir, Aidan keluar kamar yang nantinya akan ditempati Rania.

Tidak beberapa lama, pria itu kembali dengan selembar kertas yang terdapat materai di bagian bawahnya.

“Tanda tangani ini!”

Dahi Rania mengernyit, ia membaca kertas yang diberikan Aidan. Sungguh ia ingin tertawa dan juga menangis bersamaan. Aidan sangat berniat untuk melakukan pernikahan bohongan dengannya. Baiklah, ia pun mulai sekarang akan melakukan hal yang sama.

Segera saja Rania menumbuhkan tanda tangannya di atas materai itu dan menyerahkan kembali pada Aidan.

“Good! Gadis pintar!” puji Aidan.

“Oiya, aku ada permintaan?” ucap Rania tiba-tiba.

“Apa?” Raut wajah Aidan berubah cemas tiba-tiba.

“Izinkan aku menggunakan dapur semauku!” pinta Rania. Ia yang hobi masak sangat tidak bisa hidup tanpa dapur.

“Hanya itu?”

Rania mengangguk.

“Aku pikir permintaan serius, ternyata hanya dapur. Pakailah semua bagian rumah ini sesukamu, toh kelak rumah ini akan jadi milikmu! Bahkan akan aku penuhi semua permintaanmu asal bukan berkaitan dengan tugas sebagai suami.”

Mata Rania melebar, ia tidak salah dengar, kan, dengan apa yang barusan Aidan ucapkan?

“Tapi kamu normalkan?” celetuk Rania tiba-tiba.

Aidan mendelik. “Aku normallah!”

Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Aidan kembali ke kamarnya yang berada di sebelah. Meninggalkan Rania yang terkikih geli melihat respon Aidan. Ia tahu pria bertubuh atletis dan berlesung pipi itu normal, buktinya ia menemukan foto Aidan bersama wanita yang tempo hari datang ke pernikahan mereka.

“Setidaknya aku hidup dengan nyaman tanpa gangguan sepupuku yang menyebalkan itu,” gumam Rania.

“Baiklah Aidan aku akan tetap menjalankan kewajibanku sebagai istri tanpa perlu bermain perasaan denganmu.” Tambahnya lagi sambil mematikan lampu kamar dan bersiap untuk tidur.

***

Keesokan harinya, cuaca mendung menggantung di langit. Rania sibuk membersihkan dapur setelah memasak ketika suara bel rumah berbunyi. Ia mengernyit. Selama beberapa hari tinggal di rumah itu, belum pernah ada yang datang. Hanya kemarin pekerja rumah tangga yang dipekerjakan Aidan untuk membantu memindahkan barang Aidan ke kamar sebelah.

“Siapa, sih?” gumam Rania.

Rania melangkah menuju pintu dan membukanya perlahan. Sekejap, napasnya tertahan. Di hadapannya, seorang wanita berdiri dengan anggun. Rambut panjangnya tergerai sempurna, riasan wajahnya tampak paripurna, dan senyumnya tipis, tetapi menusuk.

Larissa.

Bahkan tanpa mengenalnya pun, Rania bisa menebak siapa wanita ini. Namanya pernah disebut Aidan beberapa kali kemarin saat menerima telepon yang tidak sengaja Rania dengar.

“Aku bisa masuk?” Suara Larissa lembut, tetapi penuh superioritas.

Rania tidak bergerak. Jantungnya berdetak lebih cepat dari yang seharusnya. Tanpa menunggu jawaban, Larissa melewatinya begitu saja, berjalan ke dalam rumah dengan langkah percaya diri. Rania menggigit bibirnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum menutup pintu. Ia beberapa kali mengatur napas agar tidak emosi dengan tingkah tamunya pagi ini.

Saat ia berbalik, Larissa sudah berdiri di tengah ruang tamu, menelusuri setiap sudut rumah dengan tatapan penuh penilaian.

“Rumah ini tidak banyak berubah,” gumamnya.

Rania menelan ludah. “Cari siapa?”

Larissa menoleh, tatapannya seolah menyelidik. “Aku hanya ingin bertemu Aidan, ada, kan, dia di dalam?”

Seakan namanya dipanggil, suara langkah terdengar dari arah tangga. Aidan muncul dengan kaus santai dan celana panjang, matanya langsung tertuju pada tamu tak terduga itu.

Larissa tersenyum, dan tanpa ragu, ia melangkah mendekat lalu memeluk Aidan. Jantung Rania seakan berhenti berdetak menyaksikan drama pagi itu. Pemandangan di depannya seperti tinju keras.

Larissa merengkuh Aidan dengan erat, seolah kehadirannya di sini sudah menjadi bagian yang tidak perlu dipertanyakan. Lalu Aidan, ia diam. Ia tidak mendorong Larissa menjauh.

Rania menundukkan kepalanya, berusaha menahan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Entah perasaan apa, ia sendiri tidak mengerti. Rania pun memilih berbalik pergi meninggalkan keduanya. Namun, suara Larissa membuatnya menghentikan langkah.

“Aku masih mencintaimu, Aidan.”

Rania menutup mata dan mulutnya bersamaan.

“Hueeek!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 45 Kakutan Kalina

    Rania yang telah tidur tiba-tiba terbangun karena mimpi buruk. Rania duduk di ujung ranjang dengan pandangan kosong. Tangannya gemetar, dan untuk sesaat ia merasa seperti kembali menjadi gadis remaja yang hanya bisa menahan air mata di pojok kamar, saat Kalina kembali memanggilnya “anak titipan,” “si yatim,” atau “anak pengganti” yang katanya telah mencuri kasih sayang tantenya.Aidan yang belum tidur segera bangkit dan memberikan segelas air pada istrinya. “Yang … are you okey?”Rania mengangguk pelan, tetapi air matanya mulai jatuh tanpa bisa dicegah. “Dulu aku pikir semua itu udah selesai, Mas. Tapi ternyata … dia masih marah. Padahal itu bukan mauku.”“Hey, kamu kenapa?” Aidan mendekat dan memeluk bahunya, membiarkannya menangis sejenak.“Akiu mimpi Kalian, Mas.”“Okey, itu hanya mimpi, Yang. Ada yang mau kamu ceritain biar lega?”Rania terdiam sejenak, ia mencoba mengatur napasnya dan bersandar pada dada Aidan.“Ak

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 44 Gosip

    Hubungan Aidan dan Rania terus membaik, bahkan keduanya sekarang lebih sering menghabiskan waktu berdua. Meskipun terkadang Aidan tampak melamun, tetapi kehadirannya dan pengakuan Aidan yang mulai mencintai Rania, membuat gadis itu berbunga-bunga. Keduanya mulai bisa menerima satu sama lain.Seperti hari ini, suasana ruang tamu rumah Aidan dan Rania pagi itu cukup tenang. Rania menata bunga di vas kaca kecil di meja, sementara Aidan duduk di sofa membaca laporan kerja dari tablet.“Mas, bisa enggak kalau lagi libur itu enggak usah sambil kerja?” tanya Rania saat melihat Aidan yang terlalu fokus pada benda tipis di pangkuannya. “Sedikit lagi, Yang,” ucap Aidan lembut.Namun, ketenangan itu buyar saat suara bel rumah terdengar dipencet berulang kali.Rania bergegas membuka pintu. Betapa terkejutnya ia melihat Kalina berdiri di depan rumah, mengenakan blazer krem dan celana panjang hitam, wajahnya merah pa

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 43 Ancaman

    Rania masih duduk di sudut kafe bersama Reza setelah pertemuan dengan klien selesai. Suasana kafe yang semula tenang, mulai terlihat ramai dengan pengunjung yang berdatangan. Jam pulang kantor kafe-kafe mulai penuh dengan karyawan yang ingin melepas penat sebelum pulang. Reza meletakkan cangkir kopinya yang tinggal setengah. Tatapannya kembali menyelidik ke arah Rania.“Ran,” ucapnya pelan. “Aku cuma mau pastikan. Kalina yang kamu maksud tadi itu, Kalina yang dulu sering kamu ceritain. Sepupu yang sering ngebully kamu di rumah?”Rania mengangguk pelan, sambil memainkan sendok kecil di piring dessert-nya.“Iya. Dia, cukup bikin hari-hariku berat waktu SMA bahkan hingga sekarang, Mas.”Reza mengernyit, wajahnya terlihat bersalah. “Ya ampun, Ran. Aku enggak tahu kalau kamu pernah sesulit itu karena sahabatku. Aku minta maaf.”“Kenapa Mas Reza minta maaf? Kan, Kalina yang salah!”“Iya, aku sebagai sahabatnya enggak nyangka aja Kalina yang lembut bisa sebar-barb itu. Nanti aku bilangin d

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 42 Hamil

    Pagi datang lebih cepat dari yang Rania harapkan. Setelah kemarin dihabiskan dengan suasana hangat bersama Aidan. Saling mengenal dan membangun hubungan keduanya yang mulai berwarna, meskipun Aidan masih terlihat cuek. Kini ia kembali harus menghadapi dunia kerja. Dunia di mana segala ketegangan bisa terjadi, termasuk bertemu Reza, sosok yang kini dicurigai Aidan.Rania menyiapkan dirinya dengan lebih hati-hati pagi itu. Ia mengenakan blouse putih gading, rok hitam selutut, dan syal tipis berwarna biru muda. Make up-nya sederhana, hanya polesan tipis agar tampak segar. Saat berangkat, Aidan hanya menatapnya singkat dari meja makan, tapi dari sorot matanya, ada kekhawatiran dan sedikit cemburu.“Mas, aku berangkat ya. Doain lancar.”Aidan mengangguk. “Ya.”Rania mengecup punggung tangan Aidan, mulai pagi itu ia akan diantar jemput oleh sopir pribadi Aidan.Di kantor, semuanya terlihat seperti biasa. Reza yang biasanya santai, pagi ini sudah duduk di ruang meeting sambil menatap laptop.

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 41 Kerjasama

    “Oke kalau itu keputusan kamu,” jawab Aidan dengan wajah terlihat lebih bersahabat. “Kaarena kamu hari ini sudah aku buat bete, jadi aku akan kasih kamu treatment sebelum tidur.”“Treatment?” tanya Aidan sambil mengerutkan dahi.“Iya, Treatment. Malam ini aku pastikan kamu relaks dan tidur cepat,” ucap Rania sambil mengeringkan mata.Aidan menahan senyumnya. Ia sudah tidak marah, tetapi gengsi mengakuinya jadi ia hanya terdiam pasrah ketika Rania mulai melakukan treatment. Rania berdiri dan menarik tangan Aidan untuk ikut berdiri. “Ganti baju dulu, nanti aku siapin air hangat buat pijat. Badan kamu pasti pegal karena selama ini jagain aku.”Aidan mengikutinya ke kamar mandi. Setelah beberapa menit, ia keluar dengan kaos santai. Rania sudah menunggu di tepi ranjang, memegang minyak pijat dan handuk hangat.Rania mulai memijat perlahan pundak dan punggung Aidan. Sentuhannya lembut, penuh perhatian. Sesekali ia meniup pelan kulit leher Aidan, membuat pria itu memejamkan mata dan menghe

  • Istri Bayangan Tuan Arogan   Bab 40 Salah Paham

    “Reza?” gumam Rania pelan, seolah tak percaya dengan sosok yang baru saja lewat.Pria bertubuh tegap itu menoleh cepat, lalu tersenyum dengan mata berbinar saat melihat Rania. “Ran!” sapanya sambil berjalan mendekat. Tatapannya hangat, tetapi sedikit terkejut saat melihat Aidan duduk di hadapan Rania.“Hai, Pak Reza.” Rania menyambut dengan senyum ramah.Aidan hanya menatap Reza sekilas, kemudian kembali ke makanannya tanpa memberi sapaan. Sorot matanya jelas menunjukkan ketidaksukaan, dagu yang mengeras dan jemari mencengkeram garpu sedikit lebih kuat dari biasanya.Reza berdiri di samping meja, lalu melirik ke arah tangan Rania yang kini tanpa perban. “Oh, hari ini kamu lepas perban. Gimana tangannya kata Dokter?”“Masih agak nyeri sih, tapi udah jauh lebih baik,” jawab Rania.Reza mengangguk. “Baguslah. Padahal tadinya aku mau nemenin kamu ke dokter, tapi maaf, ada meeting hari ini. Tuh, anak-anak ada di sana mau makan siang.” Rania hendak menjawab, tetapi Aidan memotong lebih dul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status