Share

Bab 2

Author: Rizu Key
last update Huling Na-update: 2025-05-06 23:13:02

Satu minggu berlalu, Jelita masih memejamkan matanya di ruang ICU. Selama itu, hanya Nilam, sang ibu, yang selalu menemaninya. Sementara ayah, adik, dan calon suaminya, entah ke mana.

"Eumhh…," lenguh Jelita pelan ketika akhirnya kesadarannya kembali, tetapi dia belum bisa membuka matanya dengan lebar.

"Lita, anakku sayang, akhirnya kamu sadar!" seru Nilam yang saat itu sedang duduk di samping ranjang Jelita. Dia tampak begitu gembira melihat anaknya kembali membuka mata.

"Mamah … Mamah di mana, kenapa ini gelap?" tanya Jelita lirih tangannya meraba-raba ke udara, sementara tubuhnya masih terbaring lemah.

"Lita...." kata Nilam dengan isak tangis. Dia menggenggam tangan putrinya dengan erat. "Lita kamu yang sabar ya, Nak. Dokter bilang, benturan di kepala kamu merusak saraf penglihatan kamu dan membuat kamu tidak bisa melihat lagi."

Jelita terdiam, semua ini benar-benar terjadi bersamaan dalam waktu singkat. Masalah perselingkuhan itu belum selesai diurus, lalu timbul fitnah tentang dirinya. Dan sekarang, dia dinyatakan buta?

"Nggak … ini pasti salah," gumam Jelita dengan pandangan kosong, air mata mengalir deras di ujung matanya.

*

Setelah diperbolehkan pulang, Jelita kembali harus berhadapan dengan ayah dan adiknya yang sama sekali tak memperdulikannya ketika dia di rumah sakit. Sang ayah masih saja marah besar padanya, sementara Jeni terus berpura-pura peduli. Namun, Jelita beruntung masih ada ibunya yang mau menemani.

"Pah... Mah... Aku mau kasih tahu sesuatu," ucap Jelita sembari menggenggam erat tongkat bantunya.

Kedua orang tuanya menatapnya. Jelita lalu melanjutkan, "Jeni waktu itu nggak pergi ke rumah sakit, dia ke apartemen Niko dan bercinta dengannya," ucapnya pelan, namun tegas.

"I-itu nggak benar, Pah, Mah. Aku nggak mungkin tega melakukannya," bantah Jeni.

"Jangan berdusta, Jen! Aku sudah merekam perbuatanmu itu!" Jelita segera mengeluarkan ponselnya dan segera menyerahkannya pada sang ayah.

"Tolong lihatlah video perselingkuhan mereka di ponselku, Pah. Aku nggak bohong," cicit Jelita.

Reno mengepalkan erat tangannya. Lalu tanpa diduga, pria itu malah membanting ponsel Jelita hingga layarnya pecah.

"P-Pah?" Jelita membulatkan kedua matanya tak percaya ketika mendengar suara ponselnya terbanting.

"Cukup, Lita! Papah nggak mau lagi dengar omong kosongmu ini. Keluarga Herlambang benar-benar marah sekarang!" bentak Reno.

"Pah, tenanglah. Kita bicarakan baik-baik," bujuk Nilam lembut.

"Diam, Mah! Ini semua gara-gara dia! Berani-beraninya dia mencuri dana perusahaan. Dan sekarang dia malah mengelak dan memfitnah adik kandungnya sendiri!" hardik Reno sembari menunjuk wajah Jelita.

Jelita mulai menangis. Dadanya sesak saat sang ayah tak mau mendengarkannya dan malah memojokkannya seperti ini.

"Asal kamu tahu, Lita. Saat kamu di rumah sakit, Niko menemui Papah dan menuntut ganti rugi yang besar. Bahkan keluarga Herlambang kecewa padamu," hardiknya lagi.

"Kalau begitu batalkan saja pernikahan ini, Pah. Aku nggak mau menikah dengan penipu dan pengkhianat sepertinya dia," sahut Jelita dengan suara bergetar.

"Memang seharusnya batal! Tapi, kita harus membayar kerugian yang besar itu. Sekarang sebaiknya kamu cari uang pengganti untuk menutupi kerugian ini!" bentak Reno tak peduli dengan keadaan putri sulungnya yang buta.

"Pah!" Nilam mencoba membela.

"Diam, Mah. Jangan membelanya!" bentak Reno pada sang istri. Nilam pun akhirnya diam.

"Pah!" Kali ini Jeni yang bersuara. Gadis itu mendekati ayahnya. "Pah, aku akan bantu Kak Lita cari uangnya."

"Dengar itu? Jeni bahkan mau membantumu yang tega memfitnahnya," ucap Reno kembali membanding-bandingkan kedua putrinya.

Jelita meremas tangannya sendiri. Dia tak menyangka ayahnya justru lebih percaya pada adiknya.

"Papah tenang aja. Aku akan bantu. Dan soal perjodohan ini, aku akan membujuk keluarga Herlambang agar tidak membatalkannya demi nama baik keluarga kita," lanjut Jeni mencoba meyakinkan.

"Kalau begitu Papah percaya padamu," kata Reno berubah lembut. Jeni yang duduk di sebelahnya, menyeringai tipis sembari menatap kakaknya.

*

Malam itu keluarga Herlambang datang. Jelita duduk di antara mereka, menahan gemetar dan sesak di dada. Kini dia tak punya lagi bukti perselingkuhan di antara tunangan dan juga adiknya.

"Kami ke sini untuk membahas pernikahan," ujar ayah Niko.

Jelita menahan napas.

"Saya sangat kecewa karena ternyata Jelita berselingkuh. Ini buktinya," ucap Niko yang kemudian mengeluarkan selembar foto di mana Jelita tengah berpelukan dengan seorang pria misterius.

Reno meraih foto tersebut. Dia dan Nilam sontak terkejut saat melihatnya. Tanpa pikir panjang—

Plak!

"Berani-beraninya kamu selingkuh!" bentak Reno sembari menampar pipi Jelita.

Jelita memegangi pipinya yang perih.

"Aku nggak selingkuh, Pah. Justru mereka yang berselingkuh!" teriaknya putus asa.

"Diam!" hardik Reno.

Semua orang mulai menatap tajam ke arah si gadis buta yang kini mulai menangis lagi. Nilam pun mencoba menenangkan putrinya.

"Karena itu, saya tidak akan menikahinya," kata Niko tenang. "Saya juga tidak bisa menikahi orang buta."

Mendengar itu, hati Jelita terasa semakin teriris. Air matanya pun semakin membanjiri wajah cantiknya.

"Saya mengerti perasaan Nak Niko. Kami benar-benar minta maaf kepada Nak Niko dan keluarga Herlambang," ucap Reno dengan putus asa. Dia yakin betul, pernikahan antara keluarganya dengan keluarga Herlambang tidak akan ada harapan lagi.

"Namun, karena undangan sudah tersebar luas dan pernikahan ini karena perjodohan di antara keluarga Herlambang dan Wijaya, maka saya akan tetap menikah dengan putri keluarga Wijaya, yaitu Jeni," kata Niko lagi. Dia menatap Jeni sejenak, lalu tersenyum tipis. "Ini demi menjaga nama baik kedua keluarga. Tapi, Jelita tetap harus mengganti kerugian perusahaan kami."

Meskipun Jelita sudah menduga hal ini, tetapi hatinya tetap merasa terkejut dan semakin sesak. Dia benar-benar tidak menyangka adiknya akan melakukan ini pada dirinya. Namun, saat ini dia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan menerima semua tuduhan itu.

Reno sedikit terkejut mendengar ucapan Niko, tetapi setelah itu dia mengangguk pelan, merasa cukup bersyukur denan itu. "Terima kasih, Nak Niko. Kamu benar-benar pria bijak."

Jelita hanya bisa diam. Dia sudah tak tahu lagi harus berbuat apa.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 5

    Malam itu terasa sunyi. Jelita terbaring lemas di atas ranjang besar yang empuk. Namun hatinya terombang-ambing dalam kegelisahan.Tanpa dia sadari, dari sudut gelap ruangan, sepasang mata mengamatinya dalam diam. Royal duduk tenang di kursi panjang, memegang tablet dengan cahaya remang yang memantul pada wajahnya yang dingin. Namun perhatiannya tak benar-benar tertuju pada laporan di tangannya. Ia hanya menunggu. Menunggu saat gadis itu sadar."Emmmhh ...." Jelita melenguh pelan, perlahan membuka matanya yang langsung disambut oleh kegelapan pekat."Kenapa aku masih nggak bisa melihat dunia ini…?" bisiknya lirih, hampir seperti rintihan.Suara itu membuat Royal menoleh ke arah ranjang."Kamu sudah bangun?" suara baritonnya memecah keheningan malam, membuat tubuh Jelita menegang seketika."Tu-Tuan?" Suara Jelita bergetar, tubuhnya terduduk panik, mencoba menjauhi arah suara.Langkah Royal mendekat, tenang dan lambat. Ia kemudian duduk di pinggir ranjang, tepat di samping Jelita."Kena

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 4

    Suasana ruangan itu sunyi, mencekam, hanya terdengar deru pelan dari mesin pendingin udara yang menghembuskan udara dingin ke seluruh ruangan. Lampu gantung besar menggantung dari langit-langit menyinari ruang kerja dengan cahaya temaram, menciptakan kesan yang elegan dan juga mewah. Sementara lantai ruangan itu sama seperti ruangan yang lainnya yang terbuat dari marmer hitam mengkilap.Di tengah ruangan itu, seorang pria duduk tenang di kursi kulit hitam megah, membelakangi jendela tinggi yang tertutup tirai tebal. Siluetnya tampak tegas, dingin, memancarkan aura kekuasaan yang tak terbantahkan. Setelan jas hitam yang membalut tubuh tingginya berpadu sempurna dengan kemeja abu-abu, membuatnya terlihat semakin misterius."Nona, silakan melangkah dua langkah ke depan." Suara Zain terdengar jelas namun pelan, membimbing Jelita dengan nada hati-hati.Jelita menelan ludah. Ia meremas roknya lebih erat. Tanpa tongkat bantunya, dia tentu saja kesulitan. Kemudian dia melangkah seperti yang d

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 3

    Pagi itu, saat sarapan, Jelita kembali duduk sendirian. Tak ada yang membantu meski dia jelas kesulitan. Bahkan para asisten rumah tangga dilarang mendekat."Aku bantu ya, Kak?" ucap Jeni dengan senyum palsunya."Biarkan saja. Dia buta, bukan lumpuh," sahut Reno dingin.Jelita hanya menarik napas pelan. Tapi suasana berubah saat seorang ART masuk tergesa-gesa. "Maaf, Pak. Ada tamu.""Siapa?" tanya Reno."Namanya Pak Zain. Katanya ingin membicarakan urusan penting dengan Anda," jawab ART itu.Reno langsung beranjak ke ruang tamu. Di sana, seorang pria muda berjas rapi sudah duduk menunggunya."Selamat pagi, Pak Reno," sapa Zain sopan. "Langsung saja pada intinya, saya datang mewakili atasan saya untuk menyampaikan bahwa beliau setuju ingin membantu menyelesaikan krisis keuangan perusahaan Anda."Mata Reno membulat. "A-Anda serius?"Zain mengangguk. Dia adalah salah satu utusan dari seseorang yang paling berpengaruh dan disegani di kota tersebut."Tuan kami bersedia menutup semua kerugi

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 2

    Satu minggu berlalu, Jelita masih memejamkan matanya di ruang ICU. Selama itu, hanya Nilam, sang ibu, yang selalu menemaninya. Sementara ayah, adik, dan calon suaminya, entah ke mana. "Eumhh…," lenguh Jelita pelan ketika akhirnya kesadarannya kembali, tetapi dia belum bisa membuka matanya dengan lebar. "Lita, anakku sayang, akhirnya kamu sadar!" seru Nilam yang saat itu sedang duduk di samping ranjang Jelita. Dia tampak begitu gembira melihat anaknya kembali membuka mata. "Mamah … Mamah di mana, kenapa ini gelap?" tanya Jelita lirih tangannya meraba-raba ke udara, sementara tubuhnya masih terbaring lemah. "Lita...." kata Nilam dengan isak tangis. Dia menggenggam tangan putrinya dengan erat. "Lita kamu yang sabar ya, Nak. Dokter bilang, benturan di kepala kamu merusak saraf penglihatan kamu dan membuat kamu tidak bisa melihat lagi." Jelita terdiam, semua ini benar-benar terjadi bersamaan dalam waktu singkat. Masalah perselingkuhan itu belum selesai diurus, lalu timbul fitnah tent

  • Istri Buta Kesayangan Bos Besar   Bab 1

    "Kalian benar-benar keterlaluan!" bentak seorang gadis cantik dengan kedua mata berkaca-kaca. Dia baru saja memergoki dan berhasil merekam calon suaminya yang sedang bercinta dengan adik kandungnya sendiri. "Kak… ini nggak seperti yang Kak Lita pikirkan…," ucap Jeni gelagapan. "Kamu keterlaluan, Jen! Aku nggak nyangka kamu rebut calon suami kakakmu sendiri!" hardik Jelita Maharani Wijaya. Niko Herlambang, yang disebut sebagai tunangan Jelita, segera turun dari tempat tidur, sementara Jeni buru-buru menutupi tubuhnya dengan selimut. Jelita memalingkan wajah, jijik melihat keduanya. "Lita, aku bisa jelasin ini semua…," kata Niko tergesa. Namun, Jelita sudah kepalang muak, dan langsung berkata, "Sudahlah, sekarang kita putus. Pernikahan kita batal!" Niko semakin panik, dia segera mendekati Jelita dan memohon, "Nggak, jangan batalin pernikahan kita. Aku benar-benar mencintaimu, tapi kali ini aku khilaf. Maafin aku, Lita." Perkataan itu membuat Jeni mengernyitkan dahi. Dia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status