Share

Istri Cantik Tuan Dominic
Istri Cantik Tuan Dominic
Author: Yuanitaaw (Ig: _Yuanitaaw)

1. Janji Suci dan Penolakan

Serena Williams menatap pantulan cermin. Menunjukkan wajah cantiknya yang dibalut make up cantik hasil dari penata rias terkenal. Juga rambut hitamnya yang dicepol sederhana dengan tambahan mahkota mewah membuatnya tampak anggun. Jangan lupakan betapa cantik gaun yang ia pakai. Gaun putih dengan payet berpotongan rendah pada dadanya itu sengaja dibuat agar leher jenjangnya terekspos dengan baik. Payet yang mengelilingi bagian pinggangnya terbentuk sempurna. Serena terlihat begitu menawan saat menuruni tangga yang menghubungkan tempat acara dengan kamar yang ia pesan.

Dadanya berdesir ketika melihat ballroom yang ditata dengan berbagai bunga-bunga yang cantik. Ada satu kue bertingkat berukuran besar yang dihias dengan namanya berdampingan dengan nama seseorang yang hari ini akan resmi menjadi suaminya, Aarav Dominic.

Ya! Hari ini ia akan menikah. Dengan sosok pria yang hanya ditemuinya beberapa hari sebelum pernikahan ini dimulai. Pernikahan yang akan ia jalani tidaklah didasarkan pada cinta. Namun kesalahpahaman yang nyatanya membuat mereka terikat dalam sebuah hubungan yang Serena sendiri tidak inginkan.

Aarav... Pria itu bahkan tidak terlihat di manapun. Bahkan saat Serena dirias tadi. Pria itu tidak menunjukkan wajahnya sedikitpun. Entah di mana pria itu berada. Hanya Tuhan yang tahu.

Masih lekang dalam ingatan Serena ketika kesalahpahaman itu terjadi, Aarav marah besar. Pria yang kabarnya irit bicara dan miskin senyum itu semakin menunjukkan kebengisannya. Ia bahkan sempat mengancam Serena.

"Kupastikan pernikahan ini tidak akan mudah bagimu!" katanya kala itu.

Dan kini, ia yakin pernikahannya memang tidak mudah. Banyak hal yang akan terjadi. Terlebih ketika ia tahu Aarav akan membencinya setelah pernikahan mereka resmi dilaksanakan.

"Nyonya?!" kata pelayan yang membantunya memasang gaun tadi.

Serena menoleh. "Ya?"

"Saya menemukan catatan ini di atas meja rias... Mungkin Tuan meninggalkannya untuk anda..."

Serena meraih catatan tersebut lalu membukanya. Dalam catatan yang dibungkus amplop berwarna biru terang itu terselip sebuah foto. Serena terbelalak ketika melihat Aarav sedang berpose memeluk seorang wanita seksi dengan pemandangan langit kota London yang indah. Wajah Serena memerah. Bagaimana bisa ia menemukan foto calon suaminya bersama wanita lain dihari pernikahannya?

Serena lantas membuka lipatan kertas yang juga berada dalam amplop tersebut. Ada catatan kecil dari kertas dan tinta yang sengaja ditulis oleh Aarav.

"Kau pasti berpikir jika aku akan menjadikanmu ratu, kan? Jangan bermimpi, Gundik. Kau hanya pelayan!!!"

Aarav

Kalimat yang ditulis dengan sangat jelas itu mau tidak mau membuat kaki Serena mendadak selemah agar-agar. Ia nyaris jatuh ke belakang, seolah kakinya tidak mampu menopang berat tubuhnya. Serena pias. Keringat dingin mengucur deras dari dahinya.

Gundik? Pelayan?

Jadi selama ini itukah anggapan Aarav terhadapnya?

"Nyonya?! Kau tidak apa?!" tanya pelayan tadi. Ia tampak khawatir melihat tubuh Serena yang berubah sekering keripik.

Serena menggeleng. "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja..." serunya dengan tubuh yang gemetar. Ia benar-benar ketakutan.

Pintu ballroom terbuka. Menampakkan sesosok tubuh jangkung dengan mata setajam elang dan sedalam batu onyx sedang berjalan masuk.

"Di sana Tuan Dominic sudah datang. Sebentar lagi upacara pernikahan akan dilaksanakan!" bisik pelayan tadi dengan penuh arti. "Selamat ya, Nyonya. Saya yakin, kau adalah wanita yang sangat beruntung di dunia ini karena sudah menaklukkan pria sedingin Tuan Dominic!" tambahnya girang.

Pelayan ini pasti tidak tahu jika dalam surat yang ia berikan pada Serena tadi, Aarav mengancamnya. Pria itu bahkan terang-terangan menunjukkan fotonya dengan seorang gadis cantik dan seksi yang dipeluknya. Dan apa katanya? Wanita paling beruntung? Serena yakin setelah ini hidupnya pasti akan seperti di neraka.

"Ayo, Nyonya! Upacara pernikahan akan segera berlangsung!" pelayan tadi membantu mengangkat gaun besar Serena. Di atas sana sudah ada Aarav yang berdiri untuk melakukan janji suci pernikahan. Serena disambut oleh sang ayah, Adam Williams.

"Selamat, putriku... Ayah senang kau menemukan cinta sejatimu!" seru Adam. Ia lantas meraih tangan Serena dan membawanya melangkah menuju Aarav yang sudah menunggunya.

Saat berjalan beriringan bersama sang ayah, Serena bisa melihat Aarav sedang menatapnya dengan tatapan tajam. Tidak ada pandangan lembut dan penuh cinta seperti yang biasa ditunjukkan pasangan-pasangan lain. Yang dilihat Serena hanyalah tatapan penuh kebencian yang nyata dari sosok pria di hadapannya.

"Kuberikan putriku padamu, Nak Aarav. Kuharap kau akan menjaganya, mencintainya, dan akan selalu bersamanya dalam suka maupun duka..." seru Adam Williams, lalu menyerahkan tangan Serena dalam genggaman Aarav.

Pria itu tersenyum. "Tentu, Sir. Saya akan menjaga putri anda dengan sepenuh hati dan tidak akan pernah melepaskannya sedetikpun!"

Tidak akan melapaskannya sedikitpun...

Apakah itu artinya Aarav tidak akan melepaskannya dari penderitaan walaupun hanya untuk sedetik?

Ketika Aarav mengatakan hal tersebut, Serena merasakan tangan pria itu meremas tangannya dengan begitu keras hingga Serena nyaris terpekik. Namun ia menahan diri untuk tidak bersuara. Sebagai gantinya, Serena hanya bisa tersenyum.

Sepeninggal ayahnya, ia dan Aarav berada dalam mimbar pernikahan. Aarav menatapnya sedetik, lalu menggumamkan kalimat yang hanya mampu didengar oleh Serena.

"Gaun itu sangat mahal, kau tahu? Tapi sayangnya, tubuh kotormu tidak pantas mengenakan gaun rancangan desainer terkenal!"

Kalimat itu menusuk Serena. Ada air mata yang mendadak ingin keluar dari matanya. Namun sekuat tenaga Serena berusaha menahannya dan menggantinya dengan senyum. "Aku senang kau memilihkan gaun cantik ini, Tuan Dominic. Aku sangat terkesan..." jawabnya lembut. Sejak awal ia sama sekali tidak ingin menjadikan Aarav sebagai rivalnya. Karena percuma saja. Pria itu pasti akan dengan mudah menghancurkannya. Jadi alih-alih membuatnya sebagai saingan, ia lebih memilih tunduk dalam perintah Aarav. Mungkin dengan begitu, hidupnya tidak akan terlalu sulit.

Aarav berdecih. "Maaf saja kalau kau berpikiran begitu, Tuan Puteri. Sayangnya, aku sama sekali tidak memiliki waktu untuk melakukannya. Kalau bukan karena ibuku yang memilihkan gaun itu, aku pasti sudah menyobeknya dari beberapa jam yang lalu!"

Seperti ditampar, wajah Serena berubah semerah tomat. Sejujurnya ia ingin sekali menampar pria dihadapannya ini. Namun ia tidak bisa, bagaimanapun juga ia memiliki banyak hutang budi pada keluarga pria itu. "Kalau begitu, aku akan berterima kasih pada ibu sesudah acara ini selesai..." jawabnya.

Geram karena kalimat menyakitkannya tetap tidak membuat Serena jengah, Aarav lantas melemparkan bom molotovnya di depan Serena. "Omong-omong, apa kau sudah baca dan lihat suratku tadi?"

Serena kembali pias.

"Ah, kau pasti belum tahu siapa dia, kan? Dia Evelyn Gultom. Kau pasti pernah mendengar namanya. Dia model papan atas, kalau boleh kutambahkan. Dia tidak berasal dari kelas rendahan yang bersedia memberikan tubuhnya untuk membayar hutang sepertimu. Dan kau tahu, seharusnya dia adalah wanita yang berdiri di sampingku saat ini untuk kunikahi. Bukan kau!"

Evelyn Gultom... Serena terhenyak. Pantas saja, ia seolah pernah melihat wanita itu dalam foto tadi. Tidak! Serena tidak boleh terlihat lemah di hadapan Aarav. Jika tidak, pria itu akan dengan mudah menghajar hatinya hingga babak belur. "Dia wanita yang cantik..." gumam Serena.

"Benar sekali! Dan nanti malam aku akan menghabiskan malam pertamaku dengannya."

Serena menoleh.

"Bagiku, dia adalah istriku. Bukan kau, jadi harus bagaimana?"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status