"Kalau kamu bisa mendekati dan menjadikan Rena pacarmu, aku akan menaikkan gajimu dua kali lipat."
Alvin sukses membuat Barra ternganga."Kenapa?""Kamu tidak percaya padaku? Bukankah barusan kamu minta naik gaji?" kata Alvin pada sahabatnya, Barra Hendra Prayoga.Perusahaan ini adalah milik keluarga Alvin. Tapi sekarang dia yang dipercaya memegang kendali untuk memimpinnya. Jadi segala keputusan ada di tangan Alvin. Termasuk menaikkan gaji dan jabatan Barra. Barra hanya seorang supervisor saja. Tapi karena mereka berteman sejak sekolah, mereka terlihat sangat akrab. Meskipun sekarang mereka adalah atasan dan bawahan."Kamu pasti bercanda kan, Bos?" Barra menatap manik mata Alvin.Tapi Barra tidak menemukan satupun keraguan disana. Apalagi Barra sangat tahu, sahabatnya itu tidak pernah main-main dengan omongannya."Aku beri waktu untukmu selama tiga bulan. Bila kamu berhasil, dengan segera akan kutepati janjiku." Kembali Alvin menyampaikan tawarannya."Bagaimana bila sebelum tiga bulan, aku malah bisa menikahinya?" tawar Barra."Pilih jabatan manager mana yang kamu mau," kata Alvin tegas.Kali ini sepertinya Alvin benar-benar serius."Baiklah. Aku akan membuktikan padamu. Akan kunikahi Rena Puspitasari dalam waktu kurang dari tiga bulan. Dan setelah itu, aku menginginkanmu mengangkat aku menjadi manager keuangan," kata Barra penuh percaya diri.Dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki Barra, Alvin pun menyetujui perjanjian itu karena yakin akan potensi yang dimiliki lelaki ini. Barra pasti bisa menjalankan tugasnya sebanyak manager keuangan nantinya bila dia berhasil memenuhi tantangan yang di berikan Alvin.Tak lama pintu diketuk dari luar.Masuk seorang wanita, sekretaris pribadi Alvin. Berwajah cantik, bertubuh mungil. Senyumnya sangat menawan hati siapa pun yang melihatnya.Walaupun beberapa hari ini, senyuman itu seperti memudar dari wajah indahnya.Dia adalah Rena Puspitasari, wanita yang sedang jadi topik pembicaraan dua lelaki ini. Dan juga orang yang di jadikan taruhan oleh dua lelaki tampan ini. Alvin pernah menaruh hati padanya. Lima tahun lalu dia mengungkapkan isi hatinya pertama kali pada gadis itu.Tapi siapa sangka, Alvin lelaki yang bisa dikatakan sempurna itu, ditolak mentah-mentah oleh Rena sang sekretaris.Apa sih yang Alvin tidak punya. Mungkin bagi gadis lain, Alvin adalah idaman kaum hawa. Tapi tidak bagi Rena. Waktu itu Bram adalah lelaki satu-satunya yang ada dihatinya. Alvin pun tahu apa yang jadi alasan Rena menolaknya.Tidak sekali dua kali Alvin mencoba agar Rena menerimanya. Baik dengan cara halus maupun kasar. Tapi tetap saja hati gadis itu tidak tergoyahkan.Tapi penolakan Rena itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya. Kinerjanya sangat baik. Bahkan Alvin tidak ada apa-apanya bila tanpa bantuan dari Rena. Jadi tidak ada alasan untuk Alvin memecatnya, karena ditolak cintanya oleh gadis itu.Sampai akhirnya Alvin harus menerima perjodohan dari orang tuanya, demi kemajuan bisnisnya. Tapi Alvin adalah lelaki setia. Dia tidak menduakan istrinya. Walaupun wanita yang bertahta dihatinya tetaplah Rena.Seminggu ini dia kehilangan senyum Rena. Wanita itu berubah semenjak ayahnya jatuh sakit. Alvin pikir itu yang membuat Rena jarang tersenyum, walaupun Alvin selalu membuat guyonan agar Rena mau sedikit saja menyunggingkan senyum untuknya. Tapi sepertinya hal itu mustahil terjadi.Tak lama gosip yang berkembang, adalah Rena ditinggal menikah oleh sang pacar, Bram. Yang selama ini menjadi satu-satunya lelaki yang menjadi pacar Rena.Tentu saja hati Alvin marah. Bagaimana bisa laki-laki yang selama ini dibela mati-matian oleh Rena malah mencampakkannya.Alvin ingin membahagiakan Rena. Karena tidak mungkin dia menghancurkan rumah tangganya, Alvin mencoba cara lain.Tapi Alvin mempunyai ide yang menurutnya sangat masuk akal. Alvin ingin Rena melupakan masa lalunya yang buruk dengan lelaki yang tepat. Dan dia adalah Barra.Sahabatnya ini masih jomblo. Dia pekerja keras, hingga kadang melupakan kebutuhan asmaranya. Alvin tahu, Barra lelaki yang tepat untuk Rena. Disamping mereka sudah kenal, Barra juga sangat baik dan menghormati wanita. Itu sepengetahuan Alvin.Tapi apakah Barra bisa menaklukkan hati seorang Rena yang sedang terluka..⭐⭐Ditunggu saran dan komentarnya."Mas Barra, tolong ...." Rena berteriak sekuat tenaga. Ternyata Rena bermimpi. Saat ini dia berada di atas tempat tidurnya di rumah ibunya.Sejak tragedi opor beracun itu, Rena dan Barra mengungsi ke rumah Bu Diana. Hal ini sebagai antisipasi dari serangan lain yang ditujukan untuk menghancurkan mereka.'Astaghfirullah ... Ternyata aku bermimpi. Tapi kenapa semua tampak nyata? Silvia memegang pisau berlumuran darah seperti itu. Apa artinya dia juga yang sudah mengirim opor beracun itu ke rumah dan menyebabkan Imah dan ibu meninggal?' Rena bicara dalam hati.Rena bangun dan langsung mencuci mukanya ke kamar mandi."Hai, Ren ... Sini duduk, kita sarapan pagi dulu, ya?" Bu Diana yang sudah bersiap di atas meja makan memanggil Rena yang baru turun dari kamarnya."Iya, Bu.""Mana Barra?" tanya Bu Diana. "Tadi pagi berangkat dinas ke luar kota, Bu," jawab Rena."Oh, begitu. Bagaimana dengan kandunganmu? Apakah sudah periksa dan USG ke dokter?" tanya Ibu lagi."Belum, Bu. Karena rencanan
Ternyata setelah penyelidikan polisi, diketahui kalau Imah meninggal karena keracunan.Yang paling membuat Rena syok dan menyalahkan diri sendiri adalah Imah dan mertuanya keracunan makanan yang diberikannya.Ya ... Seporsi opor ayam yang Rena terima dari seorang ojek online yang mengatasnamakan suaminya. Rena kira makanan itu benar-benar dikirim oleh suaminya, Barra. Karena Barra yang tahu kalau Rena sangat menyukai opor ayam di saat kehamilannya ini.Tapi sekarang polisi sedang menyelidiki siapa pengirim paket beracun itu. Termasuk memeriksa semua CCTV yang berada di kompleks perumahan ini.Kabar baik yang diterima mereka hari ini adalah polisi sudah mengetahui sopir ojek online yang mengantarkan paket itu ke rumah Rena.Dan sekarang orang tersebut sedang dalam pengajaran.Rena dan Barra berharap polisi segera menangkapnya dan juga mengetahui apa motifnya mengantarkan makanan itu ke rumah mereka."Bagaimana ini, Mas? Ibu belum sadar sampai sekarang malahan dokter baru saja mengat
"Imah ... Imah ...."Tak ada sahutan dari orang yang dipanggil. Rena kembali memutari dapur, tak ada juga sosok Imah disana. Setelah menghabiskan air satu gelas air, Rena kembali ke ruang tamu, tapi rumah tampak lengang seperti tidak ada penghuninya.'Kemana Imah? Apa mungkin dia membawa ibu jalan-jalan keluar? Tapi rasanya tidak mungkin hari masih siang dan cuaca panas menyengat seperti ini,' batin Rena.Akhirnya Rena menuju kamar Imah. Rena pikir Imah dan Bu Asih tidur siang.Sekilas Rena melihat pintu terbuka sedikit. Ada kaki Imah di depan pintu. Rena pun tidak habis pikir, kenapa Imah harus tidur di lantai.Perlahan-lahan Rena mendorong pintu tapi sepertinya berat, karena terhalang badan Imah yang melintang di depan pintu.Akhirnya Rena berinisiatif memegang kaki Imah untuk membangunnya."Imah ... Bangun ... Kenapa kamu tidur di depan pintu?"Tapi Imah tak kunjung bangun. Rena juga mendengar suara dengkuran yang sangat kasar. Sebelumnya Rena belum pernah mendengar Imah atau Bu As
"Kamu jangan khawatir. Aku sudah tidak berhubungan dengan Silvia lagi. Aku sudah menutup komunikasi dengannya. Tapi Kamu jangan marah, karena aku tetap harus memenuhi tanggung jawabku pada anak yang sekarang dalam pengasuhan orang tua Silvia," ucap Barra."Lalu kenapa kamu tidak mengambil anak itu saja, Mas. Dia bisa hidup bersama kita di sini," saran Rena. "Keluarganya tidak akan memberikan Randi untuk kuambil. Karena Silvia itu anak satu-satunya. Jadi bagi neneknya, cucunya itu adalah harapan satu-satunya untuk menjadi teman mereka di hari tua." "Kadang aku merasa sedih. Waktu aku susah, aku benar-benar tidak bisa berjumpa dengan Randi. Tapi kalau aku datang membawa uang yang banyak, mereka mau mempertemukan aku dengan anakku itu."Huft ... Ternyata berliku-liku juga jalan hidup yang dialami suamiku ini. sebagai istri aku harus mendukungnya untuk tetap menafkahi anak dari istri pertamanya itu' batin Rena.Meskipun mereka tidak bersama lagi, tapi kebutuhan anak tetap harus ditanggu
'Astaga ... aku tidak salah baca. ini alamat rumah Rena. apa aku harus tetap mengantar paket itu ke sana? Lalu kalau Rena sendiri yang menerimanya, aku harus bagaimana?' batin Bram.Ini masih hari pertamanya menjalani training bekerja sebagai kurir. Tapi dia harus mengalami cobaan berat seperti ini. Sudah setengah hari Bram bekerja dan semuanya aman-aman saja. Tiba saat mengantarkan salah satu paket yang ternyata itu beralamat di rumah Rena. Rumah yang seharusnya menjadi miliknya dan Rena.Tapi karena Bram yang sudah berkhianat akhirnya rumah itu menjadi milik Rena seutuhnya. Dan di rumah itu juga Bram melakukan penghianatan bersama istrinya Lila. Wanita yang sekarang tidak tahu di mana rimbanya.Bram berhenti di ujung jalan. Dari tempatnya sekarang, Bram sudah bisa melihat bentuk rumah itu. Lelaki ini tampak ragu meneruskan atau putar balik. Kalau dia putar balik itu artinya Bram gagal menjalankan pekerjaannya hari ini. Tapi kalau dia tetap meneruskan dan menyampaikan paket itu kep
Hari ini Rena sepertinya mendapatkan hidup yang baru. Rena melihat keseriusan Barra untuk memulai lembaran baru dihidup mereka. Untuk membuktikan keseriusannya itu, Barra mengajak Rena untuk tinggal sendiri terpisah dari Bu Diana. Pilihannya adalah ke rumah Rena yang disana ada Bu Asih, mertua Rena yang diurus oleh Imah. Malam itu juga mereka langsung pindah kesana.Bu Asih sangat bahagia melihat anak dan menantunya rujuk kembali. Hal ini terlihat dari raut wajah beliau. Meskipun beliau tidak bisa bicara, tapi beliau tahu dan bisa mendengar apa yang disampaikan keduanya.Barra juga menceritakan kalau dirinya sudah berpisah dari Silvia dan lebih memilih Rena. Dari cerita Barra itu, Rena tahu kalau Silvia tidak menyayangi dan tidak pernah mengurus mertuanya. Silvia tidak mau hidup susah. Dia hanya mau dengan Barra ketika Barra sudah kaya, punya uang dan jabatan bagus. Makanya tidak heran Silvia mau menerima Rena saat itu menjadi madunya.Tapi karena dulu Barra cinta mati pada Silvia, m