Share

Istri Kecil Om Dingin
Istri Kecil Om Dingin
Penulis: Saraswati_5

Bab 1. Awal

"Kamu harus menikah dengan Bos dari pamanmu!" ucap Alice.

Emily mengangkat wajahnya menatap Alice. "Tapi aku masih kuliah, Tan."

"Memangnya kenapa kalau masih kuliah! Kamu tidak ada pilihan lain! Menikah dengan Tuan Muda Axel atau pergi dari rumah ini!" bentak Alice.

Emily kembali menundukkan pandangannya. Dia tidak tahu akan seperti apa nasibnya nanti setelah ini. Kehidupannya selama ini sudah sangat hancur setelah kematian kedua orang tuanya akibat kecelakaan yang mereka alami. Karena itu, dia harus tinggal bersama keluarga tantenya yang tidak menyukai dirinya.

"Sudah! Sekarang kamu ke kamar dan persiapkan diri kamu! Besok akan ada orang dari keluarga Del Piero datang untuk mengurus semuanya dan membawa kamu ke mansion keluarga Tuan Del Piero."

Emily hanya menurut dan segera pergi ke kamarnya. Sifatnya yang penakut membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi saat ini dia sama sekali tidak mempunyai apa-apa.

"Ma. Apa tidak masalah Emily menikah dengan Tuan Muda Axel?" tanya Gunawan.

Alice menatap Gunawan dengan tatapan bertanya. "Memangnya kenapa? Tuan Muda Axel bahkan berani memberi mahar sebesar 1 milyar dan menaikkan jabatan Papa untuk jadi Manager. Kapan lagi coba kita punya kesempatan seperti ini."

Langkah kaki Emily langsung terhenti. Hatinya semakin hancur ketika mendengar Alice mengatakan hal itu. "Kenapa Tante bisa sekejam ini. Apa salahku?" gumam Emily di dalam hati sembari menahan bulir air mata yang siap jatuh kapan saja.

Gunawan mengembuskan napas panjang. "Mama 'kan tahu sendiri, usia Tuan Muda Axel itu hampir dua kali lipat dari usia Emily. Dia itu lebih pantas menjadi ayah dari Emily daripada suaminya. Dan lagi, apa Mama tidak tahu kabar tentang Tuan Muda Axel?"

Alice langsung menatap Gunawan dengan tajam. "Sudah! Lebih baik Papa nggak usah ikut campur. Ini semua itu urusan, Mama!"

Alice segera berbalik ke kamarnya. Akan tetapi, dia menjadi kesal ketika melihat Emily yang berdiri di anak tangga. "Kenapa kamu masih di situ, Emily! Cepat masuk ke kamar!"

Emily berbalik. "E-em, itu ada yang ketinggalan, Tan," ucap Emily sambil menunjuk tas kuliahnya yang masih ada di atas sofa.

"Cepat ambil dan masuk ke kamar!" bentak Alice.

"Ba-baik, Tan."

Emily segera berlari menuruni anak tangga untuk mengambil tasnya. Sementara Gunawan yang melihat Emily selalu dimarahi oleh Alice hanya bisa menatap keponakannya itu dengan tatapan kasihan.

Emily baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Seperti biasa dia hanya mengenakan bathrobe dan handuk yang dililitkan di kepalanya.

Niatnya dia ingin berjalan  menuju lemari untuk mengambil baju. Akan tetapi, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar.

BRAK!

Emily terperanjat ketika melihat Marcel yang bisa masuk ke kamarnya. Dia semakin takut ketika Marcel mendekat.

"Kak Marcel? Kak Marcel mau apa?" tanya Emily dengan suara ketakutan.

Marcel tidak menjawab dan terus mendekat ke arah Emily. Dia hanya tersenyum miring. Di detik selanjutnya, Marcel sudah membawa Emily ke pelukannya.

"Kak Marcel! Apa yang Kak Marcel lakukan? Lepasin aku!" ucap Emily sambil terus mencoba melepaskan diri dari Marcel. Namun, dia tidak bisa, tenaganya jauh di bawah Marcel.

"Jangan memberontak Emily dan diam saja. Aku hanya ingin memberimu kenang-kenangan sebelum kamu menikah dengan pria lemah seperti Axel," ucap Marcel dengan senyum miringnya.

Emily menatap Marcel tidak paham. "Maksud Kak Marcel?"

"Wah ... jadi Mama belum ngasih tahu kamu ya! Axel menikahi kamu itu karena dia itu penyuka sesama jenis."

"Apa?" Emily melebarkan kedua matanya.

Marcel kembali tersenyum miring. Dia sangat senang melihat Emily yang terkejut dengan kenyataan yang dia katakan. "Karena itu, aku ingin memberimu hadiah."

Emily menatap Marcel. "M-maksudnya?"

Marcel tersenyum miring. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Emily dan membisikkan sesuatu.

Emily langsung memberontak setelah mendengar ucapan Marcel. "Lepas, Kak! Aku tidak mau! Lepasin!" Teriak Emily sambil terus mencoba melepaskan diri dari Marcel.

"Sudahlah jangan memberontak, aku hanya ingin membuat kamu merasakan surga dunia," ucap Marcel yang mencoba melepaskan bathrobe yang dipakai oleh Emily.

"Jangan, Kak! Aku mohon," ucap Emily dengan air mata yang mengalir dari kedua matanya. "Tante, Om, tolong aku."

Marcel tersenyum sinis. "Tidak akan ada yang menolong kamu Emily! Mama dan Papa sudah berada di kamar mereka! Jadi lebih baik kamu jangan buang-buang tenagamu untuk itu. Lebih baik kamu gunakan tenagamu untuk melayaniku," ucap Marcel sambil mulai aksinya.

Emily hanya bisa menangis, ingin melawan tetapi tenaganya sudah habis. "Ya Allah, tolong hamba-Mu ini." Mohon Emily di dalam hati.

Ceklek!

Pintu kamar Emily terbuka dan terlihat di sana ada Alice. "Astaga, Marcel!" Alice sangat terkejut ketika melihat Marcel sedang melakukan hal tidak senonoh pada Emily.

Alice segera menarik Marcel dan membawanya keluar dari kamar Emily. Meninggalkan Emily yang sedang menangis dengan penampilan yang tidak pantas untuk dilihat.

Keesokan harinya. Sesuai dengan rencana pengawal kepercayaan keluarga Del Piero datang untuk mengurus pernikahan Tuan Muda Axel dengan Emily. Karena kekuasaan yang dimiliki keluarga Del Piero, pernikahan mereka dilakukan hanya melalui berkas-berkas saja dan ketika sudah selesai Emily langsung dibawa ke mansion milik keluarga Del Piero.

Emily menatap keadaan mansion mewah itu. Entah sudah berapa kali dia berdecak kagum pada mansion itu, sungguh ini pertama kali Emily menginjakkan kakinya di tempat seindah dan semewah itu. "Astaga, ini sih lebih tepat disebut istana," gumam Emily pelan.

"Mari, Nona. Saya akan mengantar Nona ke kamar Tuan Del Piero," ucap seorang pelayan wanita yang masih cukup muda yang bernama Chrisa.

Emily mengangguk dan mengikuti langkah pelayanan itu. Namun, langkahnya terhenti ketika ada suara seseorang yang seperti memanggil dia.

"Hei, kamu!"

Emily dan pelayan itu menoleh. "Anda memanggil saya, Nyonya?" tanya Chrisa sambil menundukkan kepalanya.

"Siapa yang memanggil kamu, aku memanggil dia." Vera menunjuk Emily. Dia mendekat ke arah Emily dan memeluk Emily.

"Jangan berpikir setelah kamu menjadi istri dari keponakan aku, kamu akan menjadi Nyonya di sini. Di sini hanya ada satu Nyonya dan itu aku!" bisik Vera sambil menekankan kata-katanya.

"Maaf, Nyonya. Nona Emily harus ke kamar Tuan Besar."

Vera melepas pelukannya. "Aku hanya ingin memeluk istri Axel, apa tidak boleh!"

"Boleh, Nyonya. Tapi Nona sudah ditunggu."

Vera mencebikkan bibirnya. "Ya udah sana!"

Di waktu yang sama di tempat yang berbeda. Seorang pria masuk ke dalam ruangan atasannya. Dia menunduk hormat. "Istri Anda sudah sampai di mansion dan saat ini sedang bersama Tuan Besar."

"Lalu?"

"Apa Anda tidak ingin menemuinya?" tanya Maxime.

"Untuk apa menemui dia, dia hanya alat untukku agar bisnis ini tidak jatuh ke tangan Alfa."

Maxime hanya diam. Dia adalah orang yang paling tahu akan hal itu. Dia juga yang paling tahu seperti apa sifat tuan mudanya.

"Jadi apa Anda tidak akan pulang?"

"Tidak! Siapkan apartemenku, aku akan tinggal di sana."

"Baik, Tuan Muda."

Satu bulan kemudian. Emily melakukan aktivitas seperti biasa. Selama satu bulan itu, Emily sama sekali belum pernah bertemu dengan suaminya. Namun, walau seperti itu Emily tidak merasa sedih.

Apalagi Tuan Del Piero memperlakukan dia seperti cucu sendiri, para pelayan di sana juga bersikap baik padanya. Walaupun tidak semua bersikap baik kepadanya. Seperti Vera dan Alfa, mereka tidak pernah bersikap baik kepada Emily.

Emily masuk ke dalam kamarnya setelah pulang kuliah. Tidak lama pintu kamarnya diketuk.

"Masuk."

Pintu kamar Emily terbuka, memperlihatkan Chrisa di sana. "Anda ditunggu Tuan Besar di ruang kerjanya, Nona?"

"Tumben? Biasanya Opa ada di kamarnya."

"Saya tidak tahu, Nona."

"Baiklah, aku akan segera ke sana."

Emily berjalan bersama Chrisa. Sampai di depan ruangan Tuan Del Piero, Chrisa membuka pintu tersebut dan mempersilakan Emily untuk masuk. "Opa memanggilku?" tanya Emily mendekat ke arah Tuan Del Piero, tidak menyadari ada orang lain di ruangan itu.

"Iya, duduk sini, sayang."

"CK!" Orang yang ada di dekat jendela berdecak ketika mendengar Tuan Del Piero memperlakukan Emily seperti itu.

Emily menoleh dan betapa terkejutnya dia ketika dia melihat orang di dekat jendela di belakangnya. "Dia?"

Komen (21)
goodnovel comment avatar
Da Chan
mantap bgt, jadi penasaran
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Siap-siap kamu bucin Axel hahahaha
goodnovel comment avatar
Halimah Ema
Duh, Emily kasihan deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status