Share

ketiga

"Kau sudah datang?"

Nathaniel menaikkan dagunya, menggerakkan kedua ujung bibirnya yang kaku ke belakang untuk menghindari kekhawatiran yang mungkin dirasakan istrinya. Terlalu banyak yang Angela pikirkan akhir-akhir ini dan itu membuat kondisi tubuhnya menurun.

Angela berusaha keras menyembunyikannya, namun Nathaniel selalu mendapat laporan mengenai apapun yang terjadi pada gadis itu dari perawat yang menjaganya.

"Ya, Aku sudah pulang”, jawab Nathaniel singkat. Dia lalu melontarkan kalimat tanya. “Nurse Shintia sudah tidak ada di rumah?"

Angela mengangguk pelan. Kemudian, wanita itu memajukan alat yang menggantikan fungsi kakinya di hadapan Nathaniel. Pria yang duduk di ruang tamu rumah kecil mereka itu tampak kacau karena dia dengan tak lazim memijit keningnya berulang.

" Mau kubuatkan teh hangat?", tawar Angela lembut.

Nathaniel menggenggam tangan Angela yang hendak bertolak menuju dapur. "Tak usah, aku tidak apa-apa. Mungkin aku hanya sedikit kelelahan karena meeting tadi. Kau sudah makan?"

" Sebelum pulang Nurse Shintia sudah menyiapkan makan malam untuk kita. Kau mandilah, aku akan menyiapkan meja", tutur gadis itu lembut.

Nathaniel mengecup dahi istrinya sesaat kemudian menatap mata sayu kesukaannya penuh kasih sayang. "Tidak perlu. Kau duduk saja disini. Jangan lakukan apapun. Aku yang akan menyiapkannya nanti".

Raut wajah Angela berubah murung. Dia merasa jika dia adalah istri yang paling tak berguna di dunia ini. Bahkan melakukan hal sepele seperti itu saja terasa begitu menyulitkan baginya? Bagaimana bisa lelaki yang memiliki segalanya seperti Nathaniel lebih memilih dirinya yang cacat dibandingkan banyak wanita-wanita cantik yang mengejar cinta lelaki itu?

"Biarkan aku melakukannya. Setidaknya, walaupun tubuhku tidak sempurna, aku bisa melakukan sesuatu untuk melayani suamiku".

Kali ini Nathaniel tidak membantah. melihat wajah istrinya berubah sedih karena perkataannya tadi cukup membuatnya resah. "Baiklah kalau kau memaksa, aku tak bisa menolak. Kau harus berjanji melakukan semuanya dengan hati-hati. Mengerti?"

Angela mengangguk semangat.

Nathaniel melakukan rutinitas membersihkan diri dengan cepat. Lelaki itu tak mau jika Angela terlalu lama sendirian berkutat dengan barang-barang pecah belah. Dia khawatir terjadi sesuatu pada istrinya. Setelah bergegas keluar dari kamar mereka, Nathaniel menghembuskan nafas lega karena dia melihat Angela sudah duduk rapi di kursi rodanya setelah menyelesaikan semua yang ingin dilakukannya tadi.

Namun, Nathaniel terkesiap mengamati pandangan istrinya yang tak fokus. Nathaniel tahu, pikiran negatif selalu membayangi Angela akhir-akhir ini. Entah kenapa Angela seringkali mengulang permintaannya untuk mencarikan rahim untuk anak mereka sambil penuh permohonan.

Itulah mengapa Nathaniel memberanikan diri untuk kembali menyambangi gadis yang pernah menjadi bagian dari hidupnya dan berubah sangat membenci pria itu hanya untuk memenuhi keinginan Angela.

"Apa kau sudah menemuinya?", ujar gadis itu penuh tanya tepat setelah Nathaniel mengambil tempat yang kosong di meja makan.

Nathaniel menatap wajah cantik istrinya lalu menundukkan kepalanya untuk mengalihkan perasaan yang muncul ketika istrinya mengungkap pertanyaan tentang pertemuannya dengan gadis yang pernah dicampakkannya itu kemarin.

"Aku sudah menemuinya", gumamnya pelan untuk menjawab rasa penasaran istrinya. Nathaniel tak membalas perkataan istrinya itu dengan lugas, karena dia benar-benar tak tahu apa yang harus dikatakannya.

"Bagaimana?” jawab wanita itu antusias.

“Apa dia.......bersedia?", tanya Angela lagi.

Wanita itu ragu dengan pertanyaannya kali ini. Angela tak tahu harus bagaimana bersikap jika dia mendengar kata 'ya' terucap dari bibir Nathaniel. Haruskah dia senang? Ataukah merasa sedih, karena harus membagi suami yang sangat dicintainya itu dengan wanita lain?

Nathaniel memutar otak, memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan penolakan yang diterimanya kemarin. Haruskah dia jujur jika Lyra membentaknya bahkan mengusirnya dengan kasar sewaktu dia menceritakan segalanya?

Tidak mungkin.

Angela pasti akan sangat kecewa bila dia mengungkapkan kebenaran itu.

Jadi, Nathaniel hanya berani mengungkapkan rasa penyesalannya dengan meminta maaf.

" Maafkan aku.......", ucapnya lirih.

Angela merasa hatinya sedikit sesak mengingat hanya wanita itulah satu-satunya harapan mereka sekarang. Dia tak bisa mencarikan wanita lain untuk suaminya dan membebaskan Nathaniel untuk memilih siapapun yang diinginkannya untuk menjadi orang ketiga dalam pernikahan mereka.

Walaupun merasa ada goresan di hatinya yang membuat dirinya perih, Angela mencoba mengalihkan pikirannya memikirkan bahwa ini demi kebahagiaan rumah tangga mereka. Jadi dia harus setidaknya ikut berusaha meyakinkan wanita itu juga.

"Nathaniel, bisakah kau memberikan alamat Lyra padaku? Kurasa akan lebih baik jika aku juga dating menemuinya."

*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status