Masuk
Tubuh Anya menegang melihat suaminya dengan bangga memperkenalkan seorang perempuan yang kini berdiri di samping suaminya sambil bergelayut manja.
“Dia siapa?” Suara Anya hampir tenggelam. “Tentu saja calon istriku. Siapa lagi, kamu bisa melihat sendiri bagaimana mesranya kami sekarang,” balas Kevin dengan santainya dan membelai wajah perempuan itu. “Apa Mas lupa kita masih suami istri dan Mas membawa perempuan lain ke rumah ini! Aku tidak terima!” “Tidak ada yang bisa melarangku terutama kamu, Anya! Seharusnya kamu sadar diri, kamu wanita mandul yang tidak berguna. Jadi, wajar aku mencari perempuan lain untuk mengandung anakku.” Tubuh Anya bergetar ia menatap kembali perempuan di samping suaminya.”Aku tidak mandul, Mas. Dokter bilang aku bisa hamil.” “Kalaupun bisa hamil, kenapa sampai dua tahun tidak hamil? Itu menandakan kamu memang mandul, Anya. Tidak perlu mengelak.” Kevin memilih pergi dengan kekasihnya dan masuk ke dalam kamar. Melihat itu Anya segera mengejar keduanya tapi sebelum ia mencegat, keduanya sudah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. “Mas! Buka pintunya, Mas!” Anya berteriak histeris diiringi dengan tangisan. Tapi Kevin tidak membukanya dan membiarkan Anya menangis tersedu-sedu di luar sana. Kedua tangan Anya terkepal kuat, hatinya semakin sakit dan hancur ketika suara desahan dan lenguhan terdengar samar-samar di dalam sana. “Kenapa kamu tega sekali padaku, Mas.” Anya mencengkram kuat perutnya kalaupun ia memang tidak bisa hamil seharusnya suaminya tidak sejahat itu menjalin hubungan dengan perempuan lain. Ia juga punya perasaan, bukan keinginannya seperti ini. Ia juga menginginkan anak. Tubuh Anya langsung jatuh meluruh ke lantai dan bersandar di depan pintu yang terus terdengar suara lenguhan keduanya, tanpa merasa bersalah dengan hubungan yang di mana Kevin masih berstatus suami Anya. Pukul delapan pagi… Kevin baru membuka pintu kamar dan tampak terkejut melihat Anya bersandar di pintu dan langsung jatuh tersungkur. Wajah perempuan itu terlihat pucat dengan mata yang bengkak, semalaman ia menangis dan tidak tidur sama sekali. Semalaman Anya berada di depan kamar, menunggu suaminya keluar. Anya dengan susah payah berdiri dan mendongak menatap suaminya. “Mas…” Anya menatap suaminya dengan suara sesegukan. Kevin menatap jijik dan mendorong Anya yang hampir jatuh tersungkur.”Aku semakin muak melihatmu. Sudah jelek, mandul!” “Tolong Mas, jangan seperti ini.” Anya menggenggam erat tangan Kevin, tapi laki-laki itu dengan cepat melepaskannya. “Sebaiknya kamu siapkan dirimu. Aku akan segera menceraikanmu.” Mendengar itu wajah pucat Anya langsung menegang.”Mas… tolong jangan ceraikan aku. Aku tidak mau, aku sangat mencintaimu, Mas.” Anya langsung memeluk suaminya, menangis terisak-isak. Tetapi usaha yang ia lakukan tidak ada gunanya. Ia langsung di dorong hingga jatuh terjungkal. “Dengar Anya, aku sudah sangat muak denganmu. Kamu tidak secantik dulu, jelek, mandul. Seharusnya aku tidak menikahimu. Kamu memang pantas aku ceraikan dan aku pun pantas mendapatkan perempuan yang lebih baik darimu.” Anya merangkak dan memeluk erat kaki suaminya, ia mendongak menatap penuh permohonan pada suaminya.”Mas aku tidak mau cerai. Sampai kapanpun aku tidak mau cerai.” Meskipun begitu Anya tetap mendapatkan perlakuan yang sama, dikasari dan dihina habis-habisan oleh suaminya. Suasana rumah yang selalu sunyi dan tenang kini penuh kesedihan dan amarah yang tidak bisa direndam. Sikap suaminya yang selalu dingin dan enggan menyentuhnya, menjawab semua keresahan Anya beberapa bulan ini. Tapi ia tidak menyangka suaminya akan selingkuh dan berniat menceraikan dirinya dengan mudahnya perkara ia tidak kunjung hamil. • • Suara musik disko yang memekakkan telinga justru menjadi hiburan yang menyenangkan untuk para pengunjung yang ada di sana. Di tengah Euforia club yang semakin ramai oleh pengunjung, sosok Anya duduk termenung dengan tatapan kosong seperti mayat hidup. Dalam kondisi yang kacau dan perasaan yang hancur ia datang ke tempat ini. Tempat yang dulu selalu ia datangi dan menjadi tempat yang sangat dilarang suaminya untuk ia datangi. Entahlah, ia hanya melampiaskan apa yang bisa dilakukan untuk melupakan semuanya meskipun hanya sesaat. Ia langsung meminum wine yang langsung menyebar rasa pahit dalam mulutnya. Rasanya ia ingin muntah, tapi justru minuman ini membuatnya ingin meminumnya lebih banyak agar lebih jatuh dalam halusinasi yang membuat akalnya menipis. Sambil meneguk setiap minuman itu ia menangis seperti orang gila. Suara tangisannya terendam oleh suara musik yang semakin keras. Beberapa saat kemudian, ia mulai merasa mabuk dan kepala yang terasa pening. Ia bangkit dari kursi dan berjalan menuju toilet dengan langkah sempoyongan. Namun, ia justru menabrak seseorang dan hampir jatuh bila sepasang tangan tidak menangkap tubuhnya. Anya mendongak menatap laki-laki di hadapannya. Laki-laki berparas tampan dengan tubuh kokoh yang sempurna. Kedua tangannya mencengkram kemeja laki-laki itu. “Lihatlah, aku hancur sekali. Aku mandul, apakah perempuan mandul tidak boleh dicintai dan mendapatkan kebahagiaannya?” Anya menangkup wajah laki-laki itu yang tampak menegang sekaligus terkejut.”Apa wajahku sangat buruk , apa aku tidak secantik perempuan di luaran sana hingga pantas diselingkuhi suamiku?” Ia kembali merancau, mengeluarkan segala rasa sakit yang ia rasakan. Laki-laki itu hendak membuka suara, tapi Anya tanpa ragu memeluknya dan tiba-tiba langsung pingsan. Tubuhnya hampir jatuh ke lantai dan laki-laki itu untuk kedua kalinya langsung menahan tubuh ringkih tersebut. “Hey! Bangun!” Laki-laki itu menepuk-nepuk pipi Anya yang tak merespon sama sekali. Ia berdecih dan hendak meninggalkan perempuan itu di sini, karna ia pun tidak kenal dan tidak peduli. Namun, antara pikiran dan hatinya saling bertolak belakang. Dengan enggan, laki-laki itu akhirnya menggendong perempuan tersebut dan membawanya ke kamar di lantai atas club. Niatnya sederhana, meletakkannya di tempat aman, lalu pergi. Tapi rencana itu berantakan seketika. Begitu tubuh perempuan itu terbaring di atas kasur, matanya perlahan terbuka. Anya sadar. Tangannya refleks menahan lengan laki-laki itu, tepat sebelum tubuhnya nyaris jatuh menimpanya. Laki-laki itu tertegun, jarak mereka kini begitu dekat, bibir keduanya hampir bersentuhan. Ia bisa merasakan hembusan napas Anya yang bercampur aroma alkohol. "Bisakah kamu puaskan aku, biarkan aku merasakan milikmu. Suamiku sudah lama tidak menyentuhku.” "Saya tidak akan menyentuhmu apalagi menanamkan benih saya di rahimmu. Apalagi pada perempuan bersuami.” "Tolong, sekali saja lakukan ini.” Anya merengek dan mengalungkan tangannya di leher laki-laki itu.”Aku akan membayar mahal.” “Aku mandul, mau beberapa kali pun kita berhubungan aku tidak akan hamil,” ucap Anya dengan suara yang tak jelas karna mabuk, tapi laki-laki itu bisa memahaminya. “Baiklah bila kamu yang memintanya lebih dulu. Jadi, jangan menyesal!”Suara berisik yang mengganggu membuat Kevin yang tengah tertidur terbangun. Ia melirik ke kamar mandi dan melihat Anya baru keluar dari sana dengan wajah yang tampak pucat.Meskipun begitu ia memilih untuk kembali melanjutkan tidurnya, namun sentuhan lembut di lengannya membuatnya berdecak dan kembali membuka matanya.“Mas, kepalaku pusing. Bisa tolong pijat kepalaku sebentar. Aku juga muntah-muntah sejak tadi,” adu Anya dengan rengekan manja.“Tinggal minum obat kalau pusing, kenapa manja sekali!” Anya tampak terkejut dengan bentakan suaminya.”Mas, aku sedang hamil.”“Lalu, aku harus memanjakanmu begitu karna hamil?”Kevin memilih kembali tidur dan mengeratkan selimut di tubuhnya. Anya terdiam sambil menahan pedih dalam benaknya. Ia bangkit dan melangkah keluar sambil memegangi perutnya yang masih terasa bergejolak.“Kenapa Mas Kevin masih kasar padaku? Apa kehamilan ini tidak membuatnya bahagia?” gumamnya pilu. Anya berusaha menenangkan perasaannya dan segera melakukan kegiatan da
“Mas Kevin.” Suara Anya terdengar lirih dan hampir tak terdengar. Senyuman getir terbit di bibirnya yang pucat.“Aku datang ke sini bukan untuk pulang,” ucap Kevin sambil melangkah masuk ke dalam rumah. Ia meletakkan map di tangannya ke meja.“Kamu harus tanda tangani surat cerai ini agar perceraian kita cepat diproses,” tekannya.“Mas… berapa kali aku bilang, aku tidak mau cerai. Mas, kan, tahu, aku hanya punya kamu. Aku tidak punya siapa-siapa selain Mas.”“Aku tidak peduli. Kamu tidak bisa memberikan apa yang aku inginkan, jadi lebih baik kita cerai. Ibuku pun mendukung keputusanku ini.”Anya tertunduk, tangannya menyentuh perutnya dan sesuatu terbesit dalam pikirannya.“Kalau aku bisa hamil, apa Mas tidak akan menceraikanku?” tanya Anya dengan suara gemetar.Kevin tersenyum meremehkan.”Yakin bisa hamil?”Anya berbalik dan melangkah masuk ke dalam toilet membuat Kevin mengernyit keningnya. Tidak lama perempuan itu kembali dan menyodorkan dua benda pipih yang dengan ragu Kevin ambi
Kelopak mata perempuan itu perlahan terbuka, samar-samar ia melihat bayangan dua orang yang tengah memperhatikannya. Begitu matanya terbuka sempurna, ia terkejut melihat dua laki-laki yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Salah satunya laki-laki yang terakhir kali bersamanya di lift sampai akhirnya ia pingsan.Anya bangun dari pembaringannya di sofa, tapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Karna ia merasa lemas dan pusing.Ia kembali menatap laki-laki di hadapannya dan ruangan yang tampak asing baginya. Perlahan ia menundukkan kepalanya, tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Tapi ia ingin keluar dari tempat ini.“Kamu hamil.”Mata Anya membesar dan kembali mendongak menatap laki-laki bermata grey green itu.“Apa Anda sudah merasa gejala kehamilan ini sebelumnya? Atau dari minggu belakangan ini?” tanya laki-laki satunya, yang diyakini seorang dokter yang dipanggil datang ke sini.Anya memegang perutnya dan menggeleng lemah.”Saya tidak hamil.” Suara pelan dan hati-ha
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Anya datang lebih pagi ke perusahaan besar yang ada di pusat kota. Ia melangkah memasuki area perusahaan dan di sana ia melihat Ayu sudah menunggu dirinya.Ia tersenyum dan semakin mempercepat langkahnya.“Aku kira kamu akan datang lebih lambat dariku,” ucap Anya begitu sampai menghampiri Ayu.“Tentu saja tidak. Aku sengaja berangkat pagi saat tahu kamu hari ini masuk bekerja.”“Setelah ini apakah aku akan langsung melakukan tugasku?”“Tentu saja, biasanya setiap tugas akan diatur oleh leader yang akan mengawasi pekerjaan kita. Kamu tenang saja, pekerjaannya tidak berat.”Anya mengangguk. Mereka berdua pun masuk ke dalam perusahaan yang mulai ramai oleh karyawan yang berdatangan. Ketika Ayu menggiringnya memasuki lobi langkahnya terhenti ketika dua orang laki-laki melewati mereka berdua. Ayu membungkuk singkat pada dua laki-laki itu.Melihat itu, sejenak Anya memandangi wajah dua lelaki itu yang melangkah dengan ekspresi tegas dan datar. Hanya
Satu bulan kemudian…Anya dibuat gelisah dan semakin digantung oleh suaminya sendiri yang jarang pulang ke rumah, bahkan suaminya sudah menghentikan kiriman uang ke rekeningnya. Bagaimana bisa ia memenuhi kebutuhannya bila suaminya sendiri hilang entah ke mana.Untuk kesekian kalinya ia menelpon suaminya yang selalu tidak mengangkat. Ia menggigit ujung jarinya. “Mas, tolong angkat sebentar saja,” gumam Anya lirih.Semuanya sia-sia, beberapa kali ia menelpon, namun telponnya tidak pernah diangkat. Ia duduk di kursi dengan hati yang resah. “Aku harus bagaimana? Kenapa mas Kevin bersikap seperti ini padaku? Apa dia memang tidak ingin bersamamu lagi?”Anya menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya. Antara menangisi nasib dirinya dan sikap suaminya yang kejam.Bahkan uang simpanannya sudah mulai menipis, ia tidak mungkin hanya mengharapkan uang pemberian suaminya yang belum tentu akan memberikan uang bulan ini. Suaminya benar-benar berubah dan tentu setelah berhubungan dengan perempu
Alis laki-laki itu berkerut, tidak mengerti dengan keberanian perempuan di depannya. Namun, sebelum ia memulainya, bibir lembut itu tiba-tiba menyentuh bibirnya lebih dulu. Seketika darahnya berdesir, sensasi panas menjalar cepat ke seluruh tubuhnya.Ia terdiam, menahan gejolak yang mulai menguasai dirinya. Ada pergulatan di matanya antara menolak dan menjauh. Tapi pada akhirnya, godaan itu terlalu kuat. Ia menunduk, membalas kecupan itu dengan dalam, sementara Anya memejamkan mata, membiarkan pikirannya melayang membayangkan suaminya, lah, yang saat ini tengah mencumbu dan mengecupi lehernya.Kedua tangan Anya langsung membuka kancing laki-laki itu yang sibuk mencumbu dadanya. Ada rasa bahagia dalam benaknya seakan ia termakan mentah-mentah dengan halusinasinya sendiri. Ia terlalu merindukan sentuhan suaminya dan kenikmatan seperti ini.Sampai suara desahan keras tidak bisa Anya rendam ketika milik laki-laki itu menembus liangnya, besar dan sangat sesak dalam tubuhnya. Rasanya Anya







