"Sebentar, sebentar Mbak, otak aku lagi ngelag ini," kata Ratu meminta izin untuk ia menyesap minuman segarnya dulu.
Apa yang ditawarkan perempuan di hadapannya ini sungguh membuat kepala Ratu pening. Lima miliar? Serius ada orang yang berani membayarnya semahal itu untuk sebuah misi yang menurut Ratu sangat cetek. Rasanya gadis itu masih sulit mempercayainya, apa jangan-jangan Surya sedang berusaha menjualnya?
"Kenapa, kurang ya?" tanya wanita itu karena melihat lawan bicaranya temenung cukup lama.
"Ah, enggak, enggak, itu udah gede banget Mbak. Aku cuma lagi heran aja, masa Mbak rela bayar aku semahal itu cuma buat menggoda pria."
Wanita anggun berwajah tegas di hadapannya ini adalah klien yang diceritakan Surya semalam. Mereka mengatur janji temu di sebuah ruang privasi salah satu restoran guna mendiskusikan kerja sama di antara mereka. Wanita itu meminta Ratu melakukan sesuatu yang aneh, benar kata Surya, misi yang diembankan padanya kali ini sungguh berbeda dari misi-misi yang selalu Ratu jalankan selama tiga tahun terakhir.
"Masalahnya pria yang bakal kamu goda bukan pria biasa, Ratu. Dia adalah definisi dari manusia super nyebelin yang pernah ada di muka bumi. Tugasmu enggak akan mudah buat menaklukkan dia. Itulah mengapa aku menjanjikan bonus yang besar buat kamu. Kalau kamu setuju, sebagai uang muka aku bakal ngasih 500 juta dulu ke kamu."
Ratu dan Surya saling pandang dengan kelopak mata mengerjap beberapa kali. Mereka tidak mimpi, kan?
"Saya harap kamu setuju, berdasarkan informasi yang saya dapat dari teman saya dan juga mas Surya, katanya kamu ahli dalam bidang ini," ungkap wanita itu penuh harap, tangannya menggenggam tangan Ratu yang tadi tersimpan di atas meja.
"Ah, iya Mbak, saya setuju. Mbak tenang aja, pokoknya serahin masalah pria itu sama saya."
Sesilia mengembangkan senyum puas.
"Ini, data diri dan backround pria yang akan jadi target kamu. Pelajari betul-betul semua informasi yang ada di sana. Kalau kamu butuh apa-apa hubungi saya saja, nomor kontak saya ada di mas Surya."
Ratu menerima amplop itu dengan gesit, ia bahkan tak membiarkan Surya mengintip isinya meski sedikit.
"Berarti sekarang kita sudah bisa memulai proses tanda tangannya kan sebagai tanda sahnya kerja sama ini?" kata Surya yang disetujui oleh Sesilia dan Ratu.
Masing-masing pihak membaca tiap pasal dan poin yang ada di lembar kerja sama, setelah paham dan sepakat dengan isinya, kedua orang itu pun membubuhkan tanda tangan mereka di sana. Surya pun ikut menandatangani sebagai saksi.
"Baik, saya rasa pertemuan kita cukup untuk hari ini. Saya akan segera mengirim uang mukanya, tolong kamu kirim nomor rekening kamu ke kontak ini, ya."
"Ah, iya Mbak, terima kasih."
Sesilia berdiri kemudian diikuti Ratu dan Surya. Mereka saling berjabat tangan dan bertukar senyum.
"Semoga berhasil ya, Ratu. Saya menaruh harapan besar sama kamu."
"Iya, Mbak, terima kasih atas kepercayaannya. Saya janji akan berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan misi ini."
Selepas kepergian Sesilia, Ratu termenung agak lama, ia bahkan sampai mencubit pipinya sendiri untuk memastikan apakah ini benar-benar nyata atau hanya imajinasinya.
“Lo enggak mimpi, Tu. Si Mbaknya aja yang kelewat gila mau bayar semahal itu buat hal yang enggak jelas kayak gini,” jelas Surya yang mulai jengah melihat ekspresi keterkejutan Ratu yang berlebihan.
“Astaga, mujur banget hidup gue, ngebayangin dapat duit 5 miliar bikin otak gue beku. Lo kenal dari mana sih Ya sama mbak Sesil?”
“Dia kenalan teman gue, jadi ceritanya gini ... mbak Sesil itu lagi ada problem sama adiknya yang katanya super bermasalah. Dia seorang dokter, usianya sudah 34 tahun tapi masih jomlo. Nah, si mbak Sesil mau adiknya itu segera nikah cuma semua rencana perjodohan yang dia atur selalu berbuah kegagalan. Padahal cewek-cewek yang dikenalin ke adiknya itu kelas wahid semua.”
“I see, tapi menurut gue keputusan mbak Sesil tetap di luar nalar. Setajir apa sih orangnya sampai gampang banget mau bayar 5 miliar, sudah kayak mau beli permen.”
“Ah, banyak tanya lo. Harusnya lo bersyukur, ini kan kerjaan yang lo mau? Gampang, enggak ribet, aman tapi hasilnya banyak.”
“Iya juga, pokoknya nanti kalau gue dapat uang 5 miliar, 3 miliar gue bayarin utang, sisanya buat foya-foya, ha ha.”
Surya melempar gulungan tisu ke arah Ratu, otak gadis itu memang sulit diluruskan. Baru beberapa hari lalu Ratu uring-uringan memikirkan masalah hutang, sekarang dia sudah mulai menyusun rencana untuk menghabiskan uang yang bahkan wujudnya saja belum terlihat.
“Bangsul! Jijik banget, bekas upil lo, kan, itu?!”
“Daripada lo terus ngoceh enggak jelas, mending lo buka amplop itu, baca profil target baik-baik abis itu pikirin rencana buat ke depannya mau kayak gimana."
Ratu mendengus tapi ia tetap mengikuti perintah Surya, dengan gumaman pelan ia mengoceh, “Halah, ketimbang godain cowok doang mah gampang. Enggak perlu pakai strategi khusus, wajah sama tubuh bohai gue juga sudah cukup.”
Rasa percaya diri Ratu seperti aroma sayuran busuk yang tercampur air got bagi Surya, pria itu ingin muntah mendengarnya.
“Nah, come to Mommy sayang, mari kita lihat sebuluk apa dokter 34 tahun yang hobi menjomlo ini,” kata Ratu lagi sambil mengeluarkan selembar kertas dan beberapa lembar foto dari dalam amplop.
“Hm, namanya Rezandra Mahadewa, anjir berat banget namanya. Sudah dewa pakai maha lagi. Tipe nama orang songong, nih.”
“Cocok sih sama mukanya, ganteng gini. Ketiban durian runtuh lo, Tu. Lagi kelilit deadline utang eh dapat proyekan gede, targetnya cogan pula.”
Surya menggilir foto-foto Rezan, mulai dari yang memakai jas dokter, pakaian casual, sampai yang memakai suits mahal nan mentereng dari ujung rambut sampai ujung kaki—ala-ala CEO di kisah romansa. Ratu merampas selembar foto dari tangan Surya, ia penasaran dengan wajah targetnya. Begitu dilihat, ternyata Surya benar, pria bernama Rezandra itu memang tampan. Kening Ratu otomatis mengernyit, merasa sangat familiar dengan wajah tampan itu.
“Kok rasanya gue pernah lihat cowok ini, tapi di mana ya?”
“Perasaan lo kali.”
“Enggak Kuya, serius, wajahnya familier banget. Coba, sini foto-foto yang lain!” Surya langsung memberikan apa yang Ratu minta.
Ketika Ratu menerima satu potret Rezan menggunakan jas dokter, ingatan Ratu langsung terbang pada kejadian satu minggu lalu di rumah sakit Citra Medika. Adegan saat Ratu melompat, memeluk, dan bahkan sampai mencium paksa pria itu terputar jelas dalam benak Ratu. Mulut gadis itu menganga, matanya melotot lebar, jantung Ratu seketika berdebar tak karuan.
“Mampus, tamat riwayat gue, Ya!”
Surya yang tak mengerti hanya mampu merespons, “Kenapa?”
“Enggak bisa, Ya. Gue enggak bisa menerima pekerjaan ini.”
“Hah, maksud lo?”
“Enggak, enggak, pokoknya gue enggak mau berurusan sama cowok ini. Gue enggak mau ketemu dia, kita batalin saja kerja sama dengan mbak Sesilia.”
“Iya, tapi kenapa Ratu, jangan bikin gue bingung gini.”
Ratu yang panik lalu menatap Surya dengan pandangan dilema sekaligus miris.
"Image gue udah hancur di mata dia, Ya. Mana bisa gue godain dia buat tertarik sama gue.”
“Lo kenal dokter Rezandra?”
“Enggak kenal tapi gue sama dia udah ... ahhh, kenapa mesti dia sih targetnya, kenapa Kuya, kenapa???”
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se