"Lepaskan anak itu dan berikan pada dia," desis Elmer dengan menggeram. Matanya menatap nyalang pada Vena yang semakin di cekiknya hingga wanita itu hampir kehabisan napas."Iya, iya, aku berikan bayi ini. Tapi, aku mohon lepaskan dia." Lena segera menarik tangan Vena dan memberikan bayi itu kepadanya, lalu dengan cepat ia memeluk tubuh Elmer.Randy dan Doni yang akan bertindak menarik Elmer, mengurungkan niatnya karena Lena sudah bertindak lebih dulu."Sudah, lepaskan," bisik lembut Lena di telinga Elmer. Dengan kasar dan menyentak, ia melepas cengkeraman tangannya pada leher wanita itu, membuat Vena terbatuk."Bangsat kamu Elmer! Aku ga pernah takut sama kamu! Aku …." Randy dengan cepat menyambar tubuh Vena, memberikan bayinya pada Doni, lalu membungkam mulutnya dengan tangannya. Wajah Elmer masih sangat menakutkan dengan mata merah berkilat, seakan ia ingin menerkam Vena. Sedangkan Lena masih memeluknya erat dan dengan perlahan menuntun Elmer supaya pergi meninggalkan tempat it
Nyonya Merry memeluk erat putranya. "Kenapa kamu tidak tinggal di sini saja?" Ia menatapnya sedih."Kami punya rumah sendiri, Mi. Kami akan sering-sering berkunjung kemari," ucap Elmer tersenyum hangat pada Maminya.Lena melangkah maju dan mengulurkan tangannya pada Ibu mertuanya.Nyonya Merry mengulurkan tangannya ragu-ragu. Lena langung mencium punggung tangan wanita itu. Ia tersenyum datar pada Lena.Selanjutnya Lena menghampiri Tuan Dhanu dan juga mencium punggung tangannya. "Kami pulang, Pi."Pria paruh baya itu mengangguk dan tersenyum hangat. "Jaga terus keharmonisan rumah tangga kalian," ujarnya.Lena menoleh pada Elmer yang diam membeku. Jarinya sedikit menyolek suaminya dan memberi isyarat dengan mata. Dengan terpaksa, daripada ia harus mendengarkan Lena mengomel panjang lebar, ia melangkah maju dan ikut mencium punggung tangan Papinya dengan wajah datar dan dingin.Tuan Dhanu tersentak dan tak menyangka. Matanya berkabut menatap Elmer. Seumur hidup, putra bungsunya ini tid
Randy dan Doni sudah bisa membayangkan ketika Elmer mengetahui Alena di culik."Kendalikan diri Anda, Tuan. Dengan kemarahan tidak akan bisa menyelesaikan masalah," ucap Randy.Elmer menggeram. "Ini pasti ulah Vena. Wanita iblis itu tidak akan tinggal diam melihat Lena bahagia. Kenapa tidak kalian cari di villanya Davin?!""Anak buah saya sedang menuju kesana," sahut Randy."Aku akan pergi ke sana. Siapkan mobil dan senjataku," perintah Elmer.Randy dan Doni langsung lari keluar, di ikuti oleh Elmer yang wajahnya mulai beringas..Jimmy tersentak ketika melihat layar ponselnya. Gegas, ia menuju ruang kerja tuannya dan masuk tanpa mengetuk lebih dulu."Ma-maaf Tuan. Saya tidak tahu jika Tuan Kai ada di dalam.""Kenapa canggung, Jim? Semua rahasia rumah dan perusahaan, kamu tahu semuanya. Duduklah kemari bergabung bersama kami.""Kenapa wajah Abang gusar?" tanya Kaindra."Doni baru saja mengirim pesan bahwa Alena di culik."***Terlihat pergerakan pelan dari tangan Lena. Wanita itu men
Sebuah mobil mewah berhenti di depan sebuah kantor polisi. Keluar seorang laki-laki parlente yang tampak gagah dan berwibawa di usianya yang sudah memasuki senja.Di belakangnya, dua orang pria kekar dengan wajah sangar mengawal pria yang terlihat kaya raya itu."Ini Aiptu Bagas, Tuan. Yang menangani kasus Seno. Dan beliau ini mengijinkan Anda berbicara empat mata dengannya," ujar Jimmy."Nanti saya akan membawa Anda ke sebuah ruang khusus. Tapi, untuk sementara ini, Tuan Seno sedang menerima tamu. Apakah Anda bersedia menunggu?" "Ya, baik. Saya akan menunggu di sini. Terimakasih banyak atas kerjasamanya." Tuan Dhanu menyalami Aiptu Bagas.Tuan Dhanu duduk di sebuah bangku, sedangkan Jimmy keluar sebentar untuk menerima panggilan telepon.Pria paruh baya itu termenung sendirian. Ia memandang lalu lalang orang yang memasuki kantor polisi daerah ini.Sesaat sudut matanya seperti menangkap seseorang yang tidak asing baginya. Tidak jauh darinya, seorang pria tua berjalan dengan sedikit
"Apa sudah ada perkembangan?" Tuan Dhanu mendekat pada ranjang Elmer. Hatinya mencelos melihat keadaan putranya.Terdengar desahan kasar dari Kaindra. "Setiap dia tersadar, maka akan mengamuk. Makanya kami mengikat Elmer seperti ini, Pi""Apakah dokter Prasetyo belum datang?""Sudah pergi sejak satu jam yang lalu. Dia juga sangat prihatin dengan kondisi Elmer. Dan …." Kai terdiam sejenak untuk menarik napas panjang. "Video terbaru Alena baru saja dikirim. Mereka semakin menyiksanya.""Ya Tuhan. Mereka menyiksa Alena?" Mata tua Tuan Dhanu mengembun."Banyak lebam di tangan dan wajahnya, Pi. Tapi, Kai salut dengannya. Saat dia pingsan dan Vena menyiramnya dengan air, Lena hanya menatap dingin dan datar pada kembarannya itu. Tidak terlihat sama sekali raut ketakutannya," jelas Kai gusar."Tuan ...." Jimmy datang dan menghadap tuannya."Semua rumah yang di miliki oleh Seno sudah kami datangi semua dan nihil. Sepertinya mereka tahu jika kita akan mencari di salah satu rumah orang itu, mak
Sebuah mobil berhenti di pinggiran kota Jakarta. Tuan Dhanu dan Kaindra duduk termenung di pinggir sawah yang sejuk dan hijau seluas mata memandang."Si licik Vena menginginkan tujuh puluh persen saham Mahendra, untuk melepaskan Lena. Gila itu perempuan," geram Kai."Memang seperti itu keinginan mereka sejak awal. Menukar nyawa Lena dengan harta. Sungguh manusia-manusia biadab." Tuan Dhanu mengusap wajahnya kasar."Apa yang akan kita lakukan sekarang, Tuan?" Jimmy ikut menimpali."Kita berikan apa yang dia mau."Kaindra dan Jimmy terhenyak dan serempak menoleh ke arah pria paruh baya itu."Papi serius?""Lebih baik kita kehilangan harta, daripada dua nyawa. Papi tidak bisa melihat Elmer seperti itu. Rasanya sangat sakit. Papi lah penyebab Adikmu bisa menjadi sekarang. Dan Alena adalah penyelamat dan nyawanya sekarang. Gadis itu yang bisa mengerti, menerima Elmer apa adanya. Mencintainya dengan tulus. Jika terjadi apa-apa dengan Lena, maka Adikmu akan sangat menderita. Dia akan sepuluh
Setelah pintu terbuka, mereka masuk ke dalam sebuah halaman belakang yang lumayan luas. "Ini makamnya, Tuan." Randy menunjuk sebuah makam dengan sebuah penanda dari kayu bernama Sonya Verawati.Elmer berdiri dengan ekspresi dingin menatap makam itu."Seharusnya malam itu … aku langsung membunuhmu, dan bukan Vella. Sayang … akhirnya kamu membusuk di dalam sana, bukan berakhir dari tanganku."Kemudian ia menoleh ke arah rumah yang terang dan terdengar suara gelak tawa di dalamnya."Tenyata benar, mereka semua di sini." Elmer mendesis dengan mata berkilat kejam.Randy meneguk ludahnya getir. Ia segera mempersiapkan senjatanya untuk kemungkinan paling terburuk.."Lihatlah keluarga suamimu, Lena. Mereka tidak mau memberikan apa yang kami minta. Mereka lebih memilih melihatmu mati daripada melepas aset mereka." Vena tergelak bersama Angga."Nyawamu ternyata tidak ada harganya bagi si psikopat itu. Kamu sungguh bodoh … adikku sayang," ujar Angga menyorot nya nyalang.Alena hanya diam tak b
"Apa yang akan kita lakukan dengan mayat mereka?" Wajah Kaindra gusar dan cemas menatap mayat Davin dan Gurat.Elmer hampir saja membunuh Vena meski sudah di halangi oleh Lena. Doni segera menyuntikkan lagi obat padanya. Sedangkan Lena, wanita itu akhirnya jatuh tak sadarkan diri bersama Vena. Suara tangisan bayi mengagetkan mereka. Kai beranjak dari duduknya masuk ke dalam kamar dan menggendong bayi Vena."Sepertinya dia kelaparan, Tuan," ujar Tony. Pria setia itu segera membuatkan susu dalam botol dan segera memberian pada Kai. "Kasihan kamu, Nak. Sekarang kamu menjadi yatim," lirihnya sambil meminumkan susu pada bayi Kevin."Kita kuburkan mereka semua di belakang. Dan kamu Doni. Urus rumah ini agar menjadi milikku. Cari bagaimana caranya meski pemiliknya telah tewas," perintah Tuan Dhanu.Jimmy dan Randy segera memerintahkan para anak buahnya untuk menggali tanah di pekarangan belakang."Tuan, di belakang ada makam Sonya," lirih Jimmy membuatnya terhenyak.Gegas, pria paruh baya i