Share

Bab 2. Syarat

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-12 13:34:55

"Jadi, kamu ingin meminjam uang kepada saya?" tanya Gunawan---bos Airy.

"Maaf, Pak Gunawan, kalau saya sudah lancang. Tapi saya saat ini sedang membutuhkan bantuan dari Bapak. Dan saya harap, kiranya Bapak ingin bermurah hati untuk membantu saya," ucap Airy menundukkan kepalanya.

"Kalau boleh tahu, apa yang membuat kamu memiliki keberanian kepada saya?" tanya Gunawan.

"Emm ..." Airy menggigit bibirnya. "Kakak saya kondisinya kritis di rumah sakit. Dan dokter menyarankan harus dioperasi. Biaya operasi tersebut memakan biaya 750 juta."

"Kakakmu sakit apa?" tanya Gunawan.

"Gagal ginjal, Pak. Saya mohon bantuannya, Pak. Saya tidak tahu lagi harus meminjam kepada siapa."

Airy harap-harap cemas melihat Gunawan yang tetap diam tanpa jawaban. Ia memainkan kesepuluh jarinya dengan dada yang berdebar. Ia memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman ke perusahaan setelah mengalami pikiran buntu. Jika seandainya Gunawan menolak memberikan bantuan, Airy tidak tahu harus kemana lagi.

"Bagaimana, Pak? Apakah boleh?" tanya Airy tidak sabar.

 Jantung Airy berdebar kencang melihat Gunawan menatapnya dengan raut wajah yang tidak bersahabat. Sepertinya tidak ada harapan untuk Airy meminta bantuan kepada pria paruh baya yang merupakan bosnya. Entah ia harus mencari bantuan ke mana lagi.

"Saya permisi, Pak. Maaf sudah mengganggu waktu Bapak." Airy menghormat dan membalikkan badan dan bersiap untuk pergi.

"Tunggu, Airy!" cegah Gunawan.

Langkah Airy terhenti. Perlahan ia membalikkan badannya. Airy menatap bingung terhadap Gunawan.

"Saya kan belum menjawab pertanyaan kamu," cetus Gunawan.

 Airy berpikir, karena Gunawan tidak kunjung menjawab, dan menatapnya dengan tatapan yang tidak nyaman, Airy menyimpulkan bahwa Gunawan tidak mau membantu. Mungkin Gunawan berpikir sejenak, karena merasa kasihan, atau apa, Airy tidak tahu.

"Saya akan membantu untuk operasi kakakmu," ujar pria paruh baya itu.

"Benarkah, Pak?" tanya Airy tidak percaya.

Gunawan mengangguk. "Iya. Saya tidak bohong."

"Terima kasih, Pak," ucap Airy penuh haru.

Airy sangat bersyukur keajaiban datang membantu dirinya di dalam kesulitan seperti sekarang. Ia berjanji dalam hati akan membalas kebaikan bosnya tersebut. Awalnya ia hampir menyerah. Namun, Tuhan memberikan kejutan.

"Di rumah sakit mana kakakmu dirawat?" tanya Gunawan.

"Di rumah sakit, MHBD," beritahu Airy.

"Baik. Nanti malam, saya akan ke sana." 

"Sekali lagi terima kasih, Pak."

"Hm. Kembalilah bekerja!"

Airy keluar dari ruangan kerja Gunawan dengan diiringi napas lega. Ia sangat bersyukur Tuhan memberikan jalan yang mudah. Airy berharap, dengan bantuan dari Gunawan bisa menjadi jalan untuk Kak Wina menuju kesembuhan.

Airy memutuskan untuk kembali bekerja. Ia tidak merasa pusing lagi memikirkan biaya ataupun donor untuk ginjal sang kakak. Gunawan mengatakan kepada Airy, bahwa pria paruh baya itu akan mengurus semuanya.

Ketika menjelang sore tiba, Airy telah menyelesaikan pekerjaannya. Pekerjaan bersih-bersih digantikan oleh teman Airy yang bekerja shift malam. Airy memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

Gunawan menepati janjinya Airy untuk datang ke rumah sakit yang telah diberitahukan oleh Airy pada malam hari. Saat Gunawan tiba, Airy dan Ratih, duduk di kursi tunggu depan ruang Wina dirawat.

"Airy!" panggil Gunawan.

Airy beringsut dari duduknya, dan mendekat. "Ya, Pak?"

"Mari kita bicara sebentar!" ujar Gunawan kemudian menjauh dari tempat Airy menunggu.

Gunawan berjalan ke salah satu sudut ruangan, dengan diikuti Airy yang mengekor di belakangnya. Tak lama kemudian, Ramli, asisten Gunawan datang sambil membawa sebuah map berisi dokumen. Airy memperhatikan wajah Gunawan yang menampilkan ekspresi serius.

"Bagaimana, Pak?" tanya Airy.

Entah mengapa hatinya sedikit was-was melihat ekspresi serius yang ditampilkan oleh Gunawan. Ia takut jika pria paruh baya itu akan membatalkan membantu operasi Kak Wina. Jika Gunawan menggagalkan, maka Airy akan kesulitan mencari bantuan lagi.

"Saya akan bantu kamu. Tetapi ini tidak gratis," tutur pria paruh baya itu.

Airy terdiam sejenak, kemudian berkata, "Baik. Saya mengerti, Pak. Bapak boleh memotong gaji saya untuk melunasi hutang."

"Ada persyaratan yang harus kamu tanda tangani. Dan kamu tidak boleh menolaknya," tegas Gunawan.

Airy menatap Gunawan dengan kening berkerut. "Persyaratan apa, Pak?"

"Saya butuh balas budi kamu," jawab Gunawan.

"Persyaratan apapun itu, dan balas budi apapun yang harus kamu lakukan, apakah kamu bersedia? Apakah kamu tidak keberatan karena ini menyangkut masa depan kamu?"

"Saya sudah janji kepada diri saya sendiri, akan melakukan apapun untuk kakak saya bisa sembuh, Pak," ucap Airy tanpa keraguan.

"Kamu yakin?" tanya Gunawan memastikan 

Airy mengangguk. "Yakin, Pak."

Gunawan kemudian beralih menatap Ramli yang berdiri tak jauh dari mereka berdua. Gunawan, kemudian memberi isyarat lewat mata kepada sang asisten. Ramli yang paham, kemudian mendekati Airy, dan memberikan sebuah map untuk dibaca oleh gadis itu.

"Silakan dibaca, Nona!" ujar Ramli.

Perlahan-lahan, Airy membuka map tersebut. Gadis itu mencoba meresapi barisan tinta hitam yang tertulis rapi di sana. Seketika matanya melebar membaca poin yang mengejutkan.

"I-ini ... tidak salah, Pak?" tanya Airy dengan suara bergetar.

"Tidak." Gunawan menggeleng.

Airy memejamkan matanya erat. "Apakah tidak ada persyaratan yang lain, Pak?" 

"Bukankah kamu tadi bilang, kalau kamu akan melakukan apapun demi Kakakmu bisa sembuh? Bukankah kamu tadi mengatakan, persyaratan apapun yang saya ajukan, kamu akan menyetujuinya?" telak Gunawan.

"Tapi bukan harus menikah dengan cucu bapak," protes Airy.

Airy tak lupa beberapa saat yang lalu mengatakan bersedia melakukan apapun untuk melakukan balas budi kepada Gunawan. Tetapi, Airy begitu terkejut melihat syarat yang harus dijalani. Menikah dengan cucu dari Gunawan. Ini benar-benar di luar dugaannya.

"Jika kamu keberatan, tidak apa-apa," kata Gunawan.

"Tapi ..." Gunawan menggantung kalimatnya.

"Maaf saya tidak bisa membantu kamu. Dokter yang menangani kakakmu, akan saya suruh untuk menghentikan tindakannya."

Airy membeku mendengar penuturan Gunawan. Gunawan tidak bermain-main dengan kata-katanya. Terlebih lagi dengan penolakan yang di ucapkan oleh Airy.

Gunawan kemudian beralih menatap asistennya. "Pak Ramli! Minta kepada Dokter Joshua untuk menghentikan tindakannya. Ini perintah dari saya."

Ramli mengangguk. "Baik, Pak. Akan saya temui dokter Joshua."

Selama beberapa detik Airy membisu tak tahu harus berbicara apa. Ia dalam kebingungan yang mendera hati. Dengan rasa khawatir akan kehilangan kakak tercinta, ia harus menuruti apa yang diajukan oleh Gunawan. Ketika Ramli mulai berjalan satu langkah akan meninggalkan mereka berdua, Airy mengambil sikap dengan cepat.

"Saya bersedia, Pak," ucap Airy dengan suara bergetar.

Gunawan menoleh menatap Airy, dan tersenyum penuh kemenangan. "Baik. Segeralah tanda tangan!" 

Dengan tangan bergetar, Airy memantapkan hati untuk membubuhkan tanda tangan di atas dokumen yang ia pegang. Sebuah coretan sudah ia goreskan di atas materai. Dengan demikian, perjanjian telah disepakati antara kedua belah pihak.

"Sudah, Pak." Airy menyerahkan map kepada Ramli.

"Pak Ramli! Beritahu dokter segera lakukan tindakan operasi!" perintah Gunawan. 

"Baik, Pak!" Ramli kemudian melangkah pergi untuk menemui dokter. 

Setelah Ramli melangkah jauh, Gunawan menatap wanita yang sebentar lagi akan menjadi cucu menantunya. Ia menghela napas melihat Airy dengan wajah tertekan. Pria paruh baya yang telah beruban itu, mengerti akan suasana hati Airy. 

Airy, mencoba menahan gemuruh yang ada di hati. Tak pernah sedikitpun ia berpikir untuk merelakan hidupnya demi sang kakak. Babak baru akan dimulai sebentar lagi.

"Apakah keputusan ini benar?" batin Airy.

.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 100. Hamil

    Sudah 3 bulan berlalu semenjak meninggalnya tetua Arlyansyah, Ferdinand kini sudah bisa bangkit dan mengikhlaskan kepergian sang kakek. Sebelumnya, pria itu begitu terpuruk karena kehilangan sosok yang selama ini menjadi pelindung dan pengganti orang tuanya. Walaupun terlihat cuek dan tidak peduli, sejujurnya pria berhati dingin itu merasakan kehilangan yang amat dalam. Tetapi di samping keterpurukannya, ada seorang wanita yang sangat dicintai oleh Ferdinand. Dan wanita itu membuat Ferdinand cepat bangkit dan melupakan semua masalah yang ada. Sesuai dengan permintaannya, Ferdinand tidak mengizinkan Airy untuk pergi dari perusahaan itu. Airy tetap ia biarkan bekerja karena Ferdinand tak mau jauh dari sisi wanitanya.Airy menjadi wakil CEO di bawah kepemimpinan Ferdinand. Tetapi, Airy meminta kepada suaminya untuk mundur jika mereka berdua memiliki anak, karena Airy ingin menghabiskan waktu bersama anak. Dan Ferdinand, selain menuruti kemauan istrinya, ia memberikan 60% saham atas nama

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 99. Pembunuh Di Masa Lalu

    "Seseorang siapa yang kamu minta tolong untuk menyelidiki?" Ferdinand masuk ke kamar dan mendekati Airy."Mas sudah pulang?" Airy terkejut dengan kehadiran sang suami berada di kamarnya, kemudian meletakkan ponselnya. Ia kemudian berhambur ke pelukan pria itu. Ferdinand balas merengkuh tubuh istrinya dan menghujani ciuman di pucuk kepala Airy."Tadi aku marah-marah ke Dicky karena kamu tidak kunjung keluar dari sana. Kamu adalah orang berpengaruh yang disegani. Tidak mungkin polisi berani berbuat buruk kepadamu. Tapi masalahnya kenapa kamu cukup lama berada sana?" Airy mengerutkan bibirnya kesal."Apakah istriku ini sedang merajuk suaminya tak kunjung pulang?" Ferdinand tersenyum miring menggoda Airy.Airy berdecak kesal. "Apa sih? Aku lelah harus berada di situasi yang benar-benar membuatku pusing. Aku dan para dewan direksi dituntut untuk menstabilkan saham perusahaan yang hampir anjlok karena kamu ditahan. Belum lagi aku juga harus mengurus perusahaan yang ada di luar kota. Kamu

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 98. Siapa Pembunuhnya?

    "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Kakek meninggal?"Airy berhadapan dengan Ramli dan memberondong beberapa pertanyaan kepada pria paruh baya itu. Kabar meninggalnya Gunawan yang merupakan ketua klan Arlyansyah, menyebar dengan cepat ke seluruh pelosok negeri. Airy bahkan terkejut tidak percaya dengan apa yang ia dengar."Bukankah Pak Ramli selalu mengabarkan kondisinya kepadaku dan juga suamiku, kalau kakek keadaannya semakin membaik? Bukannya sadar, kenapa malah ...,"Airy tidak bisa berkata-kata lagi. Meskipun ia jarang menjenguk kakek mertuanya itu, ia selalu memantau kondisinya. Ia selalu mendapat kabar bahwa Gunawan kondisinya semakin baik dan menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Tetapi sekarang, malah Kakek Ferdinand meninggal."Apa Mas Ferdinand sudah tahu?" tanya Airy."Sudah. Setelah mengabari kamu, saya juga mengabari suamimu."Seorang dokter berusia paruh baya, mendekati Ramli dan Airy. "Tuan!" Airy menghadangnya dengan beberapa pertanyaan. "Dokter! Apa yang sebenarnya t

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 97. Menolak Kerjasama

    "Apakah saya tidak salah dengar? Kalian meminta agar kami menerima ajakan kerjasama dari kalian?"Airy tak berniat untuk mengambil map yang diberikan oleh asisten Yudha padanya. Ia enggan membaca dokumen proposal kerjasama yang ditawarkan oleh pria itu. Namun menerima ajakan kerjasama dari klan Syamil, bukanlah langkah yang tepat. Walaupun Ferdinand sepenuhnya mempercayakan keadaan perusahaan padanya, ia tak berani mengambil keputusan ini. Jika ia nekat mengambilnya meskipun akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar, Ferdinand pasti akan murka dan menyalahkan dirinya habis-habisan. Hubungannya dengan Ferdinand sudah membaik. Ia tak mau terjadi masalah besar lagi dan memburuk lagi hubungan mereka.Ferdinand jika sudah marah, begitu mengerikan baginya. Aneh saja orang yang terlibat dendam kesumat malah mengajak kerjasama atas dasar keuntungan. Kecuali jika kedua klan memang sudah berdamai dengan tulus tanpa ada dendam satu sama lain, akan lain lagi ceritanya.Airy mencoba menerka-

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 96. Proposal Kerjasama

    "Bagaimana mungkin kamu tidak tahu pria itu melakukan tes DNA secara diam-diam?"Yudha marah kepada Nadine. Karena wanita itu dinilainya begitu bodoh. Semua itu disebabkan karena ia mendengar cerita dari Nadine yang tidak mengetahui bahwa Ferdinand melakukan tes DNA secara diam-diam kepada dia dan janinnya."Aku tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Aku ditipu," sahut Nadine."Itu artinya ..., kamu memang bodoh," cela Yudha ."Apa?! Aku bodoh?" Nadine mengulangi apa yang dikatakan oleh Yudha saat mencela.Nadine tertawa terbahak-bahak mendengarkan ucapan Yudha yang mengatakan dirinya bodoh. Pria itu memang suka bicara sembarangan. Seolah sudah menjadi orang yang paling pintar saja. Nadine tidak suka jika ada orang yang menyebut dirinya bodoh meskipun itu sebuah kebenaran."Kamu 'kan juga punya banyak orang yang diminta untuk mengawasi Ferdinand. Kenapa kamu juga tidak tahu kalau dia melakukan tes DNA? Katanya kamu mengawasi gerak-gerik nya? Mana hasilnya?" cerca Nadine dengan mar

  • Istri Penebus Hutang CEO Dingin    Bab 95. Terguncang

    "Apa maksudmu menghubungi aku dan memberitahuku bahwa kamu sudah melahirkan?" tanya Airy dengan tatapan sinis.Nadine menatap nyalang Airy. "Di mana Ferdinand? Kenapa kamu malah yang datang? Aku mengharapkan Ayah anakku yang datang. Bukan kamu." Airy menatap datar Nadine yang menampilkan raut wajah marah. Sepertinya Nadine tidak tahu bahwa Ferdinand sedang mengalami masalah. Sehingga meminta seorang untuk menghubungi Ferdinand agar pria itu datang ke sini. Tetapi yang datang malah Airy, dan tentu saja Nadine merasa marah.Tadi setelah seseorang datang ke perusahaan, Airy enggan datang sebenarnya. Memang orang yang diutus oleh Nadine berniat untuk mencari Ferdinand dan membawa suaminya datang ke sini. "Mungkin kamu lupa kalau Ferdinand sedang ditahan atas kesalahan yang belum tentu ia perbuat," celetuk Airy.Nadine terkejut mendengar ucapan dari Airy. Dan Airy dapat melihat ekspresi keterkejutan itu. Berarti memang Nadine benar-benar tak tahu tentang Ferdinand. Airy mengalihkan pand

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status