Share

Episode 2

Author: Basreswara
last update Last Updated: 2021-05-30 13:49:42

***

Hana dan seorang laki-laki yang di panggilnya paman sedang berbincang serius, terlihat ada perdebatan kecil setelah itu. Terdengar si Paman berulang kali mengatakan hal yang sama, tetap saja perempuan berjilbab tak mengindahkannya.

“Adnan suami kamu, Han. Bahkan dia sangat berhak untuk tahu.”

“Tidak, Paman. Aku tidak ingin menyiakan waktu seperti papa dulu. Kebersamaannya dengan kami bisa dikatakan sedikit, waktunya dihabiskan untuk kemoterapi berlanjut radioterapi sampai…” istri Adnan tak sanggup melanjutkan.

“Resepkan saja obatnya paman, setidaknya memperpanjang waktu untukku membahagiakan Mas Adnan dan anak-anak meski sebentar.”

Pria itu menghela napas, tak mengerti maksud perempuan pemilik senyum manis ini.

“Kamu masih bisa sembuh, Han. Paman yang akan langsung menanganimu.” Suryo bersikekeh.

Hana terdiam, enggan melanjutkan obrolan mereka yang ujung-ujungnya pasti berdebat. Terpaksa laki-laki dengan teleponnya meminta seorang perawat membantu mengambilkan obat.

“Kamu sangat egois, Han. Orang diluaran sana berlomba-lomba ingin sembuh. Sedangkan kamu… Paman tak habis pikir.”

Istri Adnan pun terkekeh “Setiap orang punya hak memilih jalannya paman. Toh semuanya akan tahu bukan kalau pada akhirnya ini akan semakin parah dan meninggal.”

Suryo tersenyum getir, sedikit sakit mendengar langsung dari mulut mungil Hana. Namun, ia tetap bersikap layaknya dokter pada pasien.

.

.

Terbukanya pintu utama oleh Hana secara langsung menampakkan seorang pria gagah disana.

“Mas Adnan” lirih perempuan itu. Melangkah pelan menuju sang suami. Jujur saja, Hana sedikit takut melihat Adnan yang diam menatapnya.

Diluar dugaan, lelaki tampan merentangkan tangannya setelah melihat Hana bergidik takut. Senyum yang candu menyambut, membuat sepasang mata Hana berkaca. Bukannya marah, malah Adnan memberi sebuah pelukan.

“Kamu darimana?” lelaki itu bertanya pelan.

“Aku menemui Paman. Katanya Paman rindu denganku, Mas.”

Tak semudah itu bagi Adnan percaya, ia sangat tahu jika istrinya tidak meminta izin sebelum pergi pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Beberapa kali dia mengamati gerak dan gerik sang istri. Kemungkinan besar kecurigaannya benar.

“Anak-anak sudah tidur, Mas?” Hana melepaskan pelukan.

“Sudah. Dari tadi rewel manggil mama-nya terus.”

“Aku minta maaf, Mas. Bukan tidak ingin memberitahumu, tapi…” Adnan memegang bibir istrinya, menghentikan Hana berbicara.

“Ayo istirahat. wajah kamu terlihat lelah sekali.” Adnan mengamati wajah istrinya lalu mengantar Hana kekamar.

Tidak mudah bagi Adnan menunggu si istri mengatakan yang sebenarnya, sungguh sulit untuk mengabaikan apalagi melupakan. Sangat tidak mungkin. terkadang pria ini berpikir, kalau sang istri tak mempercayainya lagi. Karena lebih memilih diam daripada berbagi masalah.

Namun, bagaimana kalau dirinya berada di posisi Hana. Bisa saja melakukan hal yang sama bukan? Pikiran itu pun menghantuinya.

Dua sisi dari jiwanya bertolak belakang. Seolah berkelahi.

“Mas. Aku mau lihat Ayanna sama Anthea dulu.” Izin Hana sebelum tidur.

Sementara perempuan tadi menemui anaknya, Adnan pun meminta pihak rumah sakit tempatnya bertugas untuk merubah jadwal pagi menjadi siang.

Sekembalinya Hana dari kamar sebelah, bergegas ia berganti baju dengan bagian lengan lebih panjang. Tingkah itu tak lepas dari pandangan  pria yang seolah membaca disana. Tentu dirinya menaruh curiga. Entahlah… semenjak Hana mulai melanggar kebiasaan yang dilakukan, kecurigaan itu muncul.

“Han. Ayo sini.” Adnan menepuk sisi kasur disebelahnya, Setelah menaruh buku di atas nakas. Tanpa ragu Hana pun menghampiri. Tak lupa menyelipkan senyuman ketika melihat sang suami. Lalu berbaring memeluk tangan Pria disampingnya.

Lelaki itu membelai rambut Hana yang lembut, sesekali ia hirup wanginya. Belaian Adnan membuat pemilik rambut terhanyut, mata-nya tak sanggup lagi terjaga. Dan pada bagian akhir, Hana tertidur.

Demi menjawab kecurigaannya, ayah dari si kembar menyingsingkan lengan baju sang istri. Melihat ada memar pada bagian dekat siku. Karena kulit putih Hana, benar terlihat jelas bentuk lingkaran yang tidak sempurna. Sedikit kebiruan.

Tidak hanya pada satu tempat, Adnan menemukan beberapa lebam di bagian bahu depan. Kurang puas dengan apa yang ia lihat, ia membuka kerah baju Hana sampai menampakkan lebam-lebam yang lain.

Adnan tidak bisa membiarkan ini, sebagai dokter bedah ia memiliki kecurigaan pada kondisi dan keadaan yang di alami Hana. Namun, hati-nya terus berdo’a agar pendapat ini salah.

Memakan waktu jika menunggu besok menemui sang Paman, seorang dokter Onkologi yaitu spesialis dalam menangani kanker.

Laki-laki itu pun melangkah perlahan keluar, membawa ponsel untuk menghubungi pria yang ia panggil Paman. Terdengar Adnan membentak pria di seberang sana, meminta penjelasan sedetail mungkin. Sepertinya setelah Paman Suryo memberitahu kondisi Hana, Adnan tak dapat mengontrol emosinya.

Malam ini suami Hana langsung mengambil cuti selama tiga hari kedepan. Ia juga telah menelepon pihak rumah sakit.

Adnan tak dapat memejamkan matanya seperti biasa, pikirannya berkecamuk sambil berharap dan berdo’a untuk kesembuhan Hana. Pria berlatar dari keluarga yang tinggi akan agama, segera mengambil air sembahyang. Ia ingin sholat malam dan memohon untuk kesembuhan sang istri.

Sepenggal kisah Adnan. Dia di besarkan dari keluarga berada, ibu dan ayahnya begitu taat pada ajaran agama. Tak terkecuali Adnan. Menikahi Hana pun atas perjodohan ke-dua orang tua mereka. Sejak pertama kali mereka dipertemukan, Adnan langsung menaruh rasa ketertarikan pada senyum lembut meneduhkan gadis cantik bernama Hana.

Akhirnya, lelaki itu tertidur juga. Ternyata mengantuk memenangkan pertarungan dengan kekhawatiran. Ia memeluk sang istri begitu erat, seolah tak ingin waktu berlalu.

.

Waktu pagi menyambut sepasang suami istri di kediaman keluarga Adnan Wijaya. Posisinya masih memeluk pinggang Hana.

‘Tumben dia tidak bangun pagi seperti biasa’ pikir Adnan.

“Sayang. Kamu masih tertidur?” pertanyaan bodoh macam apa itu, Adnan merutuki mulutnya. Tentu saja Hana masih pulas kalau tubuh mungilnya belum beranjak.

Terlihat pergerakan kecil dari tangan Hana, segera pria itu membalikkan tubuh istrinya agar menghadap.

“Hana!” pekik Adnan cemas melihat darah keluar dari hidung sang istri. Detik berikutnya, mata sayu Hana berkedip lemah. Menuju arah pingsan.

Dengan cepat laki-laki ini menggendong Hana menuju mobil. Sembari membopong istrinya, Adnan meminta Bibi mengurus Ayanna dan Anthea. Bibi sangat terkejut dengan apa yang ia saksikan, tubuhnya melemas, matanya berkaca. Tak tega melihat majikan terbaiknya terkulai seperti tadi. Senyum ceria Hana seolah sirna.

Sesampainya dirumah sakit, Paman yang di telepon Adnan sebelum berangkat dari rumah dengan cepat mengambil alih perawatan ponakannya.

Terbaring pucat tubuh Hana di ruangan sana, tak kuasa Adnan menahan isakan. Dunianya seakan runtuh melihat semua ini. Bahkan dia lupa dengan putri-putri kecilnya.

Sebuah tangan menepuk bahu ayah si kembar, segera ia menoleh.

“Ayo, Nan. Ada yang ingin paman bicarakan.” Ajak paman Suryo.

Suami Hana di persilahkan duduk, mereka telah tiba di ruangan kerja Suryo. Disinilah dia menjelaskan penyakit yang di derita Hana. Adnan telah mendapatkan detail yang ia inginkan.

“Ada satu hal…” imbuh Paman Suryo. Menghela napas.

“Hana tidak mau di rawat seperti yang kamu ucapkan, Nan. Dia ingin memberi banyak waktu untuk kalian bertiga. Kemarin dia dari sini meminta obat Pereda sakit dan penghambat penyebaran kanker. Mungkin kalau kau yang membujuknya, dia akan berubah pikiran.”

Adnan tertunduk lesu, tak banyak kata yang terlontar dari mulut kaku-nya. Ia bahkan tidak sanggup membuka mulut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti   Episode 29

    Dua makhluk kecil mengintip kemudian menyelinap melalui pintu. Si bungsu Anthea memberikan isyarat pada saudaranya. “Ssttt…” seiring Anthea menaruh telunjuk di depan mulut. Mereka bermaksud mengejutkan ayahnya. Adnan yang sedang mengikat dasi – bersiap akan bekerja – mendengar langkah pelan yang menapak bergantian. Perlahan pria itu menoleh, benar saja putri kembarnya sudah mengendap-endap mendekati. Berikutnya Adnan pula memberikan isyarat agar dua makhluk kecil ini tidak berisik. Persis apa yang dilakukan si bungsu tadi. “Mama lagi sakit.” Sembari menunjuk perempuan terlelap di tempat tidur. Arum terlihat menikmati dunia istirahatnya, seolah tenang. Bahkan pagi ini Adnan lebih dulu terbangun dan sudah bersiap-siap. Ucapan Adnan hanya berlaku beberapa saat saja, tak lama setelah itu si kembar mulai mengusik mamanya. Mereka juga saling menjahili di sebelah tubuh Arum yang masih memejamkan mata. “Thea, kamu jangan belisik.” Ayanna mengingatkan si bungsu, padahal suaranyalah sebag

  • Istri Pengganti   Episode 28

    Berulang kali Adnan membuat matanya terbuka lalu tertutup, ia sedang mengusahakan agar mengikuti lelapnya si kecil Ayanna. Tak ayal selama tiga puluh menit mata itu memperhatikan gerakan jarum jam dinding, benda yang berbentuk lucu bagi anak-anak.Pada akhirnya Adnan memilih ke dapur setelah merasa tenggorokannya kering. Ia menyesalkan dirinya yang tidak bisa tidur, sebab esok waktunya akan dikuras sedari pagi, mungkin sarapanpun bisa tertinggal seperti kala itu. Tak apalah kalau Arum menyiapkan bekal kembali, toh ia harus membiasakan diri dengan perhatian-perhatian kecil tersebut.Pria itu menoleh cepat setelah ada suara grasah-grusuh dan pekikan kecil dari luar. Samar-samar ia mendengar layaknya suara seorang perempuan.Ketika Adnan berdiri di ambang pintu, ia mendapati Arum tengah melompat-lompat hendak mengambil sesuatu. Rambut panjang sang istri tertiup angin memperlihatkan anting cantik tersemat di telinga. Hidung mancungnya terlilhat jelas dari samping.

  • Istri Pengganti   Episode 27

    Tumpukan buku medis ber-cover bagian-bagian tubuh manusia yang akan membelenggu seorang dokter bedah. Secangkir kopi sepertinya hampir habis, lain pula kacamata bertengger setia untuk mata pria itu. Kabarnya besok Adnan akan melakukan pengoperasian pada seorang anak laki-laki, sekitar umur Sembilan tahun. Dia beranjak dari kursinya hanya ketika ke kamar mandi kemudian melakukan aktivitas yang sama kembali. Setelah ucapan yang berbau ejekan dari teman-temannya, terselip bayangan wajah Arum kala tersenyum di saat menonton acara favoritenya. Yang tak lain acara mingguan seorang akademisi. Mungkin gadis itu telah memutuskan pengabdiannya pada laki-laki pemilik tawa yang menundukkan. Hanya saja, kata per kata dari seorang dosen muda tak bisa lenyap sembarangan. Dokter yang di benamkan oleh buku-buku medis menyampaikan kekalahannya, dia sudah ambruk tertidur. Adnan terlelap sambil duduk, sampai tak menyadari ada orang lain menghampiri. Arum tampak bingung, pasti su

  • Istri Pengganti   Episode 26

    “Bisa saya membantu bapak memilih kue?” salah satu karyawan toko kue milik Arumi menawarkan pada laki-laki yang baru tiba, sosok itu seperti tidak mengerti dengan makanan tersebut. “Apa saya bisa bertemu pemilik toko kue ini?” “Maaf, pak. Pemilik toko sangat jarang berkunjung, mungkin hanya sekali dalam dua minggu.” “Bisakah kamu telepon? Saya ada beberapa urusan, katakan padanya kalau saya temannya.” Pinta Reyhan. Pria itu sendirian mengunjungi toko kue yang dia cari-cari cukup lama, pernah menanyakan perihal ini kepada ayah Pramono, dan tentu saja hasilnya tidak ada. Mengingat masa pertemuan Reyhan dan perempuan penakluknya, di saat akhir pekan selalu dia sempatkan mengunjungi Arum dengan penuh senyuman. Gadis pertama yang bisa membuat dosen muda luluh lantah. Toko kue di desa Arum adalah tempat mereka bersama, meski si gadis tidak tahu maksud kedatangan laki-laki ini tiap minggu, dia selalu menyambut ramah. Pria itu selalu duduk pad

  • Istri Pengganti   Episode 25

    “Papa juga tidur di sini, ya.” Ajak Ayanna melihat ayahnya baru muncul. Sorot mata Arum lalu beralih kearah pintu, menangkap laki-laki berkaos putih longgar. Sepertinya itu baju kesukaan Adnan, hampir tiap malam si istri memperhatikan. Raut tampan lelaki di sana kebingungan, dia harus mengiyakan atau menolak. “Papa ada kerjaan, sayang.” Alasan klasik demi menghalau kecanggungan terhadap Arumi. Adnan berbalik cepat. “Ana, sama mama saja, Anthea juga di sini kok.” Perempuan tersebut mengerti gerak-gerik pria itu. Ayah anak-anak masih mendengar ucapan si istri, tanpa arah di terus melangkah lalu menuju ruang keluarga – menyalakan televisi untuk mengusir kesunyian. Dia mengganti-ganti channel satu ke channel lainnya demi menghilangkan kebosanan. Adnan juga terkaget ketika melihat Arum bersama si kembar. Tuan rumah berbaring di atas sofa sambil mendengar ocehan televisi, berusaha menutup mata, ada sedikit rasa mengantuk rupanya. Kemudian ia

  • Istri Pengganti   Episode 24

    “Papa.” Suara kecil mampu membangunkan pria yang tak sengaja tertidur pada sisi hospital bed. “Sayang, mau minum? Atau Ayanna mau yang lain? Badan Ana (Ayanna) ada yang sakit?” Si kecil Adnan menyingkirkan selimut tebal dari tubuhnya, “Gerah, Pa. Ana gak mau pakai selimut.” Masih terdengar jelas ucapan lemah dari putri sulungnya. “Ana mau duduk.” Permintaan gadis mungil, dia terlihat sulit bergerak. Dengan sigap seorang ayah memindahkan anaknya untuk bersandar pada kepala ranjang, lalu secara otomatis bed electric tersebut perlahan bergerak melengkung, agar gadis kecil itu merasa nyaman. Ayanna menatap ruangan yang hanya di isi benda-benda dan fasilitas lainnya, seolah mata sayu putri Adnan mencari seseorang. “Mama?” bocah di atas ranjang bertanya, lekat memandang mata yang mirip dengannya, netra Adnan. “Papa panggil mama dulu, ya.” Dijawab anggukan singkat sang anak. Selang satu menit, lelaki tadi datang ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status