Share

Episode 7

Author: Basreswara
last update Last Updated: 2021-06-11 20:33:58

Kabar gembira sudah tersampaikan ke telinga Hana, juga keluarga Adnan. Bagaimana keluarga Wijaya bisa menyetujui pernikahan ini? di balik itu semua, ada perbincangan yang hanya diketahui pihak mertua dan menantu. Entah sejak kapan, pastinya Adnan tidak tahu.

Satu bulan lamanya, kondisi istri Adnan belum menunjukkan perubahan yang benar-benar menyatakan bahwa tubuh itu pulih. Namun, ia memaksa untuk ikut hadir dan melihat langsung pernikahan Arum dan sang suami.

Polesan lipstick bisa menutupi bibir pucatnya.

“Han. Kamu tidak masalah?” istri Wirahardi menatap lembut Hana, dirinya tampak tidak tega melihat perempuan baik sebagai menantunya ini.

“Aku baik-baik saja, Ma.” Sahut Hana menenangkan, kentara senyum palsu yang tercetak pada wajah putih itu.

Hana sangat tahu keluarga dari Adnan begitu menghargai dan menyayanginya, terlebih Wirahardi yang lembut ketika berbicara, menganggap layaknya Hana memang putri kandung keluarga mereka. Meski ada beberapa kerabat mereka menyesalkan keputusannya.

Merelakan suami demi kepentingan sendiri, kata yang terus menganggu istri Adnan.

‘Bodoh? Biarkan kata itu dilemparkan padaku. Bahkan kerabat sendiripun menjelekkanku. Mungkin aku kurang baik dimata mereka’ pikir Hana ketika melangkah menuju kamarnya. Bermaksud menemui sang suami.

Disaat pintu kamar terbuka -  menampilkan sosok laki-laki gagah di depan cermin. Hana mengulas senyum. Namun, fokusnya teralih pada dua gadis mungil yang mengenakan baju serupa. Ayanna dan Anthea cantik sekali.

Adnan dan Hana belum memulai percakapan, mereka memilih mengobrol dengan pikiran masing-masing. Satu hari lalu putri mereka genap tiga tahun, dan pernikahan sesuai rencana. Hana berkeringat, sedikit nyeri dibagian tertentu tubuhnya.

Lalu Adnan duduk pada tepian tempat tidur. Terlihat kesedihan bercampur rasa marah pada wajah yang terus menatap Hana. Hana pun enggan memandang Adnan di sana, ia takut tidak bisa menahan air mata. Seolah disibukkan dengan kedua anaknya yang mengoceh, bercerita ketika dijaga sang nenek dan kakek.

“Han. Apa kamu sudah memikirkannya lagi?” Adnan membuka suara. Ia masih tak habis pikir. Ide gila macam apa ini! dirinya tahu bagaimana sakitnya di madu.

Hana menoleh sesaat, kemudian mendekat. Duduk disamping Adnan yang sudah mengenakan pakaian pernikahan. Memegang tangan suaminya.

“Mas. Aku baik-baik saja. Pernikahan ini sudah aku pikirkan sejak lama. sebelum anak kita genap tiga tahun. Dan sesuai janjiku yang akan mencarikan perempuan terbaik untukmu.” Hana berusaha menahan air mata, sejak tadi mendorong ingin keluar.

“Arum perempuan baik, Mas. Terimalah dia sebagai istrimu juga.”

Adnan menghela napas. “Baiklah aku akan lakukan sesuai permintaanmu. Tapi satu hal. Aku tak bisa mencintainya sebagaimana aku mencintaimu.”

Obrolan mereka terhenti ketika suara pintu diketuk beberapa kali. Hana merasa lega, sedari tadi ia ingin istirahat barang sebentar. Tubuhnya mulai menunjukkan kelelahan. Sedikit berkeringat.

Seseorang memanggil pengantin pria untuk segera bersiap dan acara akan segera di mulai. lalu Hana menyuruh Adnan keluar lebih dulu, kemudian mengajak ke-dua putrinya keluar dari kamar.

Ikatan sakral berupa ijab qabul terdengar jelas di ucapkan pengantin laki-laki. Setelah itu barulah pengantin wanita menuruni tangga dalam balutan baju yang senada dengan Adnan. Arum adalah gadis cantik berumur 25 tahun. Seorang pemilik toko kue terbaik di desanya. Ia juga memiliki satu cabang lagi di kota.

.

Satu per satu para tamu berpamitan sesudah bersalaman dengan sepasang suami istri yang baru menikah. Raut tak bahagia Adnan jelas terlihat, ia benar-benar ingin lekas selesai dan istirahat.

Sesekali Arum mencuri lirikan pada laki-laki disampingnya, sedang menatap sedih perempuan dan dua gadis kembar di sana. Selain Reyhan, Adnan merupakan laki-laki lain yang pernah sedekat ini dengannya. Ia pun mengikuti arah pandang Adnan, ternyata mengamati gerak-gerik Hana dan Wirahardi meladeni Ayanna dan Anthea. Tak jarang rasa bersalah menghampiri putri Pramono.

Perhelatan telah selesai, Arum mendatangi kamar yang disiapkan untuknya. Sementara itu, tuan rumah ini kembali ke kamar utama, di mana tempat Hana dan dirinya berbincang. Ketika Adnan melangkah, Hana menyusul. Ia juga ingin berpamitan.

Di kamar itu, perempuan cantik yang menyandang status istri pertama tengah membantu sang suami berganti pakaian.

“Mas. Aku dan anak-anak malam ini menginap di rumah ibu saja ya” Hana berkata pada suaminya, sembari membantu melipat dan merapikan pakaian pernikahan Adnan tadi.

“Tidak, Han. Ini rumah kita. Kenapa kamu menginap disana?” Perempuan berjilbab itu tak menjawab. Ia langsung meninggalkan Adnan di kamar. Menyisakan senyuman yang terus terlukis dalam bayangan putra Wijaya.

Semakin malam rumah tampak sepi. Keluarga Arum sudah berpamitan untuk pulang. Hana meminta pernikahan dilaksanakan di rumahnya, tidak ada yang tahu maksud keinginan putri Hasan. Biarlah… mungkin ini salah satu kebahagiaan untuknya.

Sementara Arum tengah sendirian di kamar sebelah, menunggu pria berstatus suaminya. Harapan besar putri Pramono adalah Adnan tak akan pernah muncul, apalagi malam ini… Arum enggan membayangkan.

Jika boleh bersuara dan berpendapat, Arum tidak ingin menerima perjodohan - bisa di katakan perjodohan sesat. Terlebih ia tak pernah mengenal bahkan melihat wajah Adnan.

Pukul telah menunjukkan angka sebelas, artinya malam semakin larut. Adnan tak kunjung menghampirinya. Arum sangat-sangat bersyukur, ia pikir tak perlu melakukan kewajiban sebagai istri. Ia juga berharap Adnan tak akan pernah meminta hak-nya.

‘Apa itu mungkin?’ sisi lain dalam dirinya seolah menepis. Mengacau bahwa Adnan tetaplah laki-laki pada umumnya.

.

.

Tinggallah pasangan pengantin baru - Adnan sedang memikirkan cara mereka berinteraksi kelak. Walaupun pernikahan ini agak terpaksa, setidaknya ia bisa menghargai gadis malang di kamar sebelah. Jujur saja, Adnan merasa bersalah. Ia seperti laki-laki perenggut anak gadis tak berdaya.

“Tidak. Dia sudah dua puluh lima tahun. Sewajarnya dia menikah” pria itu membenarkan. Ia pun beranjak - menemui perempuan kamar sebelah.

Seketika Arum mendengar derap langkah yang mendekat.

‘Sepertinya dia akan kesini’ benak putri Pramono.

Bergegas ia menarik selimut hingga hampir menutupi seluruh tubuh, ia akan berpura-pura tidur untuk menyelamatkan diri malam ini saja.

Ketika Adnan membuka pintu, kamar Arum sudah gelap dan hanya ada lampu tidur. Terlihat perempuan di sana telah terlelap.

“Besok saja aku membicarakannya” kemudian Adnan menutup pintu itu kembali.

Lenguhan dari gadis dibalik selimut seolah bersyukur, ia mengira Adnan akan pergi begitu saja. Akan tetapi, lelaki tersebut masih berdiri di depan pintu. Masih meyakinkan hatinya untuk berbicara sebentar kepada Arum.

Seketika pintu terbuka kembali, tak ada kesempatan bagi putri Pramono untuk bersembunyi atau pura-pura tidur. Wajahnya terkaget, sama halnya dengan Adnan. Pria itu tak tahu apa penyebab keterkejutan Arum.

“Ma-maaf. Apa saya mengganggu?” tanya Adnan, masih berdiri di tempat.

“Ada apa ya?” Arum juga merasa hawa asing nan canggung di sini.

“Itu, mmm… ada yang ingin saya bicarakan padamu.” Adnan tampak bingung. “Boleh saya sedikit mendekat? Saya masih berdiri kok, tidak bermaksud apa-apa. Sekedar nyaman saat bicara denganmu.” Jelas lelaki yang telah menjadi suaminya.

“Baiklah.”

Gadis yang masih berpakaian lengkap duduk di atas tempat tidur, menunggu Adnan memulai pembicaraan. Melihat dari gerak-gerik Adnan, ia juga begitu canggung, sama seperti Arum.

“Mmm… saya ingin mengajak…”

“Arum. Panggil Arum saja” potong putri Pramono. Adnan terlihat kebingungan memanggilnya.

“Arum. Saya ingin meminta bantuan padamu.” Wajah si istri serius, setia mendengarkan. ‘Aduh, aku tidak enak jadinya’ lagi-lagi Adnan bingung, menggaruk kepala belakang.

“Begini. Bisakah kamu berlaku layaknya istri di depan Hana? Ku pikir dia ingin melihat kita akur, bukan berarti kita musuhan. Maksud saya…” Adnan benar-benar seperti orang bodoh. Di mana keberaniannya selama ini. Mengucapkan nama penyakit saja yang lancar.

“Iya, saya mengerti.” Pungkas perempuan di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti   Episode 29

    Dua makhluk kecil mengintip kemudian menyelinap melalui pintu. Si bungsu Anthea memberikan isyarat pada saudaranya. “Ssttt…” seiring Anthea menaruh telunjuk di depan mulut. Mereka bermaksud mengejutkan ayahnya. Adnan yang sedang mengikat dasi – bersiap akan bekerja – mendengar langkah pelan yang menapak bergantian. Perlahan pria itu menoleh, benar saja putri kembarnya sudah mengendap-endap mendekati. Berikutnya Adnan pula memberikan isyarat agar dua makhluk kecil ini tidak berisik. Persis apa yang dilakukan si bungsu tadi. “Mama lagi sakit.” Sembari menunjuk perempuan terlelap di tempat tidur. Arum terlihat menikmati dunia istirahatnya, seolah tenang. Bahkan pagi ini Adnan lebih dulu terbangun dan sudah bersiap-siap. Ucapan Adnan hanya berlaku beberapa saat saja, tak lama setelah itu si kembar mulai mengusik mamanya. Mereka juga saling menjahili di sebelah tubuh Arum yang masih memejamkan mata. “Thea, kamu jangan belisik.” Ayanna mengingatkan si bungsu, padahal suaranyalah sebag

  • Istri Pengganti   Episode 28

    Berulang kali Adnan membuat matanya terbuka lalu tertutup, ia sedang mengusahakan agar mengikuti lelapnya si kecil Ayanna. Tak ayal selama tiga puluh menit mata itu memperhatikan gerakan jarum jam dinding, benda yang berbentuk lucu bagi anak-anak.Pada akhirnya Adnan memilih ke dapur setelah merasa tenggorokannya kering. Ia menyesalkan dirinya yang tidak bisa tidur, sebab esok waktunya akan dikuras sedari pagi, mungkin sarapanpun bisa tertinggal seperti kala itu. Tak apalah kalau Arum menyiapkan bekal kembali, toh ia harus membiasakan diri dengan perhatian-perhatian kecil tersebut.Pria itu menoleh cepat setelah ada suara grasah-grusuh dan pekikan kecil dari luar. Samar-samar ia mendengar layaknya suara seorang perempuan.Ketika Adnan berdiri di ambang pintu, ia mendapati Arum tengah melompat-lompat hendak mengambil sesuatu. Rambut panjang sang istri tertiup angin memperlihatkan anting cantik tersemat di telinga. Hidung mancungnya terlilhat jelas dari samping.

  • Istri Pengganti   Episode 27

    Tumpukan buku medis ber-cover bagian-bagian tubuh manusia yang akan membelenggu seorang dokter bedah. Secangkir kopi sepertinya hampir habis, lain pula kacamata bertengger setia untuk mata pria itu. Kabarnya besok Adnan akan melakukan pengoperasian pada seorang anak laki-laki, sekitar umur Sembilan tahun. Dia beranjak dari kursinya hanya ketika ke kamar mandi kemudian melakukan aktivitas yang sama kembali. Setelah ucapan yang berbau ejekan dari teman-temannya, terselip bayangan wajah Arum kala tersenyum di saat menonton acara favoritenya. Yang tak lain acara mingguan seorang akademisi. Mungkin gadis itu telah memutuskan pengabdiannya pada laki-laki pemilik tawa yang menundukkan. Hanya saja, kata per kata dari seorang dosen muda tak bisa lenyap sembarangan. Dokter yang di benamkan oleh buku-buku medis menyampaikan kekalahannya, dia sudah ambruk tertidur. Adnan terlelap sambil duduk, sampai tak menyadari ada orang lain menghampiri. Arum tampak bingung, pasti su

  • Istri Pengganti   Episode 26

    “Bisa saya membantu bapak memilih kue?” salah satu karyawan toko kue milik Arumi menawarkan pada laki-laki yang baru tiba, sosok itu seperti tidak mengerti dengan makanan tersebut. “Apa saya bisa bertemu pemilik toko kue ini?” “Maaf, pak. Pemilik toko sangat jarang berkunjung, mungkin hanya sekali dalam dua minggu.” “Bisakah kamu telepon? Saya ada beberapa urusan, katakan padanya kalau saya temannya.” Pinta Reyhan. Pria itu sendirian mengunjungi toko kue yang dia cari-cari cukup lama, pernah menanyakan perihal ini kepada ayah Pramono, dan tentu saja hasilnya tidak ada. Mengingat masa pertemuan Reyhan dan perempuan penakluknya, di saat akhir pekan selalu dia sempatkan mengunjungi Arum dengan penuh senyuman. Gadis pertama yang bisa membuat dosen muda luluh lantah. Toko kue di desa Arum adalah tempat mereka bersama, meski si gadis tidak tahu maksud kedatangan laki-laki ini tiap minggu, dia selalu menyambut ramah. Pria itu selalu duduk pad

  • Istri Pengganti   Episode 25

    “Papa juga tidur di sini, ya.” Ajak Ayanna melihat ayahnya baru muncul. Sorot mata Arum lalu beralih kearah pintu, menangkap laki-laki berkaos putih longgar. Sepertinya itu baju kesukaan Adnan, hampir tiap malam si istri memperhatikan. Raut tampan lelaki di sana kebingungan, dia harus mengiyakan atau menolak. “Papa ada kerjaan, sayang.” Alasan klasik demi menghalau kecanggungan terhadap Arumi. Adnan berbalik cepat. “Ana, sama mama saja, Anthea juga di sini kok.” Perempuan tersebut mengerti gerak-gerik pria itu. Ayah anak-anak masih mendengar ucapan si istri, tanpa arah di terus melangkah lalu menuju ruang keluarga – menyalakan televisi untuk mengusir kesunyian. Dia mengganti-ganti channel satu ke channel lainnya demi menghilangkan kebosanan. Adnan juga terkaget ketika melihat Arum bersama si kembar. Tuan rumah berbaring di atas sofa sambil mendengar ocehan televisi, berusaha menutup mata, ada sedikit rasa mengantuk rupanya. Kemudian ia

  • Istri Pengganti   Episode 24

    “Papa.” Suara kecil mampu membangunkan pria yang tak sengaja tertidur pada sisi hospital bed. “Sayang, mau minum? Atau Ayanna mau yang lain? Badan Ana (Ayanna) ada yang sakit?” Si kecil Adnan menyingkirkan selimut tebal dari tubuhnya, “Gerah, Pa. Ana gak mau pakai selimut.” Masih terdengar jelas ucapan lemah dari putri sulungnya. “Ana mau duduk.” Permintaan gadis mungil, dia terlihat sulit bergerak. Dengan sigap seorang ayah memindahkan anaknya untuk bersandar pada kepala ranjang, lalu secara otomatis bed electric tersebut perlahan bergerak melengkung, agar gadis kecil itu merasa nyaman. Ayanna menatap ruangan yang hanya di isi benda-benda dan fasilitas lainnya, seolah mata sayu putri Adnan mencari seseorang. “Mama?” bocah di atas ranjang bertanya, lekat memandang mata yang mirip dengannya, netra Adnan. “Papa panggil mama dulu, ya.” Dijawab anggukan singkat sang anak. Selang satu menit, lelaki tadi datang ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status