Istri Rahasia Tuan Presdir

Istri Rahasia Tuan Presdir

last update최신 업데이트 : 2024-04-27
에:  naftalenee연재 중
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
20 평가. 20 리뷰
62챕터
8.9K조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.

Setelah bertahun-tahun meninggalkan Jakarta, Pradnya Suri kembali ke kota yang banyak menorehkan luka itu bersama Andaru, anak semata wayangnya yang berusia 5 tahun. Keputusannya untuk menikahi Adnan Danuarta membuat hidup wanita itu dilanda banyak masalah. Puncaknya adalah saat Pramudya Danuarta, mantan suami sirinya, mengetahui sebuah fakta bahwa Andaru adalah darah dagingnya. Yang selama ini diakui Adnan sebagai anak kandung. Perang saudara antara Adnan dan Pramudya pun tak terelakkan. Namun, masalah tak hanya selesai sampai di situ. Suri lupa bahwa ketakutannya terhadap mantan suaminya tidak ada apa-apanya ketika ia akhirnya berhadapan dengan Prabu Danuarta. Kakek bengis gila yang membuat hidup Suri semakin menderita sejak menjadi bagian dari keluarga Danuarta. “Aku tidak bisa menjanjikan kehidupan bahagia selamanya, tapi kamu bisa memegang kata-kataku, Suri. Sesulit apa pun keadaan kita nanti, aku tidak akan pernah melepaskanmu.” - Adnan Danuarta “Kembalilah padaku, Suri! Atau kamu mau kita bertemu di pengadilan saja? Dan kita akan bisa menentukan secara adil, kira-kira siapa yang paling pantas mendapatkan hak asuh atas Andaru?” - Pramudya Danuarta

더 보기

1화

BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

"Maaf, Sayang.”

Suri menatap pria yang beberapa tahun terakhir ini menjadi suami sirinya. Pria yang biasanya begitu gagah nan memesona itu kini terlihat tak berkutik karena kemarahan Suri akibat permintaannya yang tidak masuk akal. 

“Maaf? Untuk apa?” Suri berdecih sengit. Matanya menyorotkan kobaran api kemarahan yang menggelegak.

“Suri, tolong mengerti.” Pram gentar. Suaranya gemetar. “Mas juga terpaksa melakukan ini." 

Suri tertawa sinis mendengar alasan Pram yang tidak masuk akal baginya. “Kamu terpaksa menerima perjodohan itu, lalu dengan sadar ingin menelantarkanku, begitu?" 

Pram mendongak dengan cepat dan memandangnya dengan pandangan tak percaya. Wajah Suri yang memiliki kulit cerah itu terlihat memerah. Ia terlalu marah dengan kabar yang diterimanya barusan.

Niatnya, setelah menyelesaikan sidang tesis dan dinyatakan lulus oleh para dosen siang tadi, Suri yang berdomisili di Yogyakarta itu langsung memesan tiket pesawat untuk pulang ke Jakarta. Setahun terakhir, mereka memang hidup berjauhan. Pram dengan pekerjaannya, sementara Suri menyelesaikan pendidikan S2-nya. Sebuah berita bahagia pun sudah Suri siapkan untuk Pram. Namun, semua hal yang telah ia siapkan nyatanya gagal, karena justru Pram-lah yang lebih dulu mengejutkannya. Pria itu meminta izin untuk menikahi wanita pilihan orangtuanya.

"Hanya itu satu-satunya cara supaya Mas dapat jatah warisan, Ri.” Pram menggenggam kedua tangan Suri erat-erat. Pria itu memberikan tatapan memelas yang nyaris membuat sang istri luluh. “Mas janji, Mas akan tetap jadi milikmu. Mas nggak akan menyentuh Melisa—" 

"B*jingan kamu, Mas!” 

Suri menyentak tangannya kuat-kuat dan bangkit dari sofa, membuat tubuh Pram hampir terjengkang. Sebagai seorang istri, Suri tidak terima. Ia telah sabar menanti janji sang suami untuk meresmikan pernikahan mereka yang selama ini disembunyikan dari siapa pun, termasuk bersedia untuk dinikahi siri oleh pria itu. Namun, nyatanya janji tersebut hanyalah janji. 

Pram kembali mendekati Suri.  "Suri, tolong—" 

"Sudahlah, Mas," sergah Suri yang mulai lelah. Wanita itu tahu, kalau inilah akhir dari penantian dan kesabarannya. Suri tahu, dirinya tidak akan pernah menang jika melawan orang tua Pram. Ditambah lagi, jika sang suami yang juga tak berani memperjuangkan pernikahan mereka. "Pembicaraan ini sama sekali nggak ada gunanya. Jadi, lebih baik kita berpisah saja." 

Suri bisa melihat wajah Pram memucat. Begitu kagetnya pria itu, sampai tubuhnya sedikit goyah karena tak menyangka permintaan yang barusan Suri layangkan. 

“Suri, ka-kamu??” tanya pria itu dengan wajah tak percayanya.

Suri dengan berani menatap nyalang pada Pram. "Kenapa kaget? Bukannya kamu memang bermaksud ingin cer—" 

"DIAM!" Pram bergerak ke arah Suri seperti kesetanan. Pria yang matanya mulai memerah itu bahkan mengguncang-guncang tubuh sang istri dengan rahangnya yang mengetat. "JANGAN PERNAH SEKALI-KALI KAMU BERANI MENYEBUT KATA ITU!" 

Suri memberontak dari cengkeraman tangan Pram yang kuat di kedua bahunya. Wajah terluka dan tidak percayanya ia tunjukkan pada Pram. Pria yang selama ini begitu lembut memperlakukannya, ternyata bisa berubah seperti serigala karena amarah. Saat tangan Pram akhirnya terlepas, tubuh Suri langsung meluruh ke lantai.

Napas Suri menjadi sesak. Ketakutan hinggap di wajahnya melihat Pram bertindak membabi buta.

Seolah sadar dengan reaksi di luar kontrolnya, Pram kemudian menetralkan wajahnya dan bergerak mendekati Suri yang meringkuk menatapnya. “Suri. Aku … aku nggak bermaksud … aku hanya kaget karena—"

"Jangan menyentuhku!” Suri menampik tangan Pram yang mencoba untuk meraihnya. “Apa yang aku katakan tadi juga bukan sekadar lelucon." Napas Suri tersengal usai mengatakan kalimat barusan. Seumur hidupnya, tidak pernah sekalipun ia bermimpi meminta cerai dari pria yang begitu dicintainya ini.

"Dua tahun, Suri. Bersabarlah dua tahun. Tunggu aku, setelahnya kita bisa kembali berjuang bersama-sama.” Pram memelas suara dan mimik frustrasinya. 

Suri menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lemah. Kesabarannya sudah tidak bisa diperpanjang lagi. Meski dua tahun bukan waktu lama, tetapi Suri sadar jika posisinya nanti akan serba salah dan lemah. Bagaimanapun, ia hanyalah istri siri yang bahkan tidak diketahui oleh orang tua Pram. Suri tidak sanggup berbagi suami, juga membohongi hati.

"Aku muak dengan janji-janji palsumu, Mas. Sekarang, pilihanmu hanya dua.” Suri menarik napasnya dalam-dalam dengan tatapan terfokus pada Pram. “Batalkan pernikahan itu dengan mengenalkanku pada orang tuamu, atau silakan nikahi dia dan ceraikan aku.” 

“Suri, aku mohon padamu. Aku tidak bisa memilih. Bagiku, kamu dan perintah orang tuaku sama pentingnya.”

Suri kembali berdecih mendengar jawaban Pram atas dua pilihan yang ia ajukan. "Aku atau warisanmu yang penting, Mas?" Dalam kepalanya, wanita itu yakin jika Pram memang lebih berat pada warisan yang dijanjikan akan turun pada pria itu jika ia mau menikahi Melisa. Namun, Suri tak menyangka … Pram ternyata begitu egois dan rakus. Pria itu ingin memiliki semuanya; harta warisan, juga dirinya. 

Keegoisan Pram yang enggan melepas Suri itu masih berlanjut, bahkan sampai kepada Pram yang mengungkit segala hal yang pernah ia berikan pada Suri.

"Jangan munafik, Ri!" Pram menatap Suri dengan aura sinis yang mulai memancar. "Selama ini, kamu juga ikut menikmati semua uang orang tuaku. Kamu pikir, biaya kuliahmu, nafkah yang kuberi ... Dari mana semua itu berasal kalau bukan dari orang tuaku?!"

Segala biaya yang pernah pria itu keluarkan sebagai nafkah pada istri kembali pria itu ungkit. Hal tersebut kembali memantik amarah Suri. Di saat hubungan meraka tengah di ujung tanduk, Pram justru mengungkit soal harta, bukan berjuang untuk perasaan yang ada di antara mereka berdua.

“Mas Pram tenang aja, aku bisa balikin uang yang Mas sebutkan barusan sekarang!” tegasnya.

Suri sudah bersiap akan hal ini. Ia tahu suaminya terbiasa hidup di bawah ketiak orang tua. Selama menjadi istri Pram, meski dimudahkan dalam soal keuangan, nyatanya Suri tidak sekali pun menyentuh uang itu. Wanita itu kemudian membuka tasnya guna mencari sebuah kartu yang menjadi tujuan Pram mentransfer segala kebutuhan.

Ketika merogoh isi tas tersebut, mata Suri tertuju pada satu benda pipih yang dibungkus pita merah muda yang sempat ia lupakan. Benda yang seharusnya jadi kejutan manis untuk Pram-nya. Namun, Suri mengurungkan diri menunjukkan benda pipih itu pada Pram dan segera meraih kartu ATM yang dicarinya. 

“Ini uangmu!” Suri melemparkan kartu ATM tersebut ke wajah Pram.

"Suri—" 

Ekspresi wajah Suri dingin, tak gentar menghadapi Pram yang terus menampilkan ekspresi memelas. Seolah kartu ATM itu belum cukup, Suri pun meraih ponselnya dan menggulirkan jarinya di atas layar. 

“Semua uang yang kamu berikan, ada di situ.” Dengan gemetar, kemudian ia tunjukkan layar ponsel Suri yang tengah berada di laman mobile banking, menunjukkan bukti transfer telah berhasil. “Termasuk uang nafkah yang kamu berikan padaku setahun terakhir ini.”

Setelahnya, tanpa peduli Pram yang masih membatu di hadapan, Suri pun memutar tubuhnya. Tak lupa, ia raih lagi koper yang tadi ia bawa. Saat langkah Suri makin mendekat ke arah pintu, Pram kembali berseru.

"Suri, tunggu!" 

Suri tidak menghentikan langkahnya. Ia terus berjalan menggeret serta koper menuju pintu keluar, saat kemudian terdengar suara dering panggilan masuk yang berasal dari ponsel pria itu. 

Suri menolehkan kepalanya, dan menemukan Pram tengah memaki si penelepon itu. Meski begitu, pria itu akhirnya tetap menjawab panggilan tersebut dengan suara lembut.

"Halo, Mel. Ada apa?" 

Suri tertawa miris dalam hati. Lihatlah bagaimana raut wajah Pram begitu cepat berubah. Wanita yang disebut Pram sebagai ‘Mel’ adalah calon istri barunya. Melihat senyuman yang pria itu berikan ketika menerima telepon dari wanita barunya, entah itu palsu atau bukan ... Kentara sekali pria itu tidak seenggan ucapannya dalam menolak pernikahan ia dan wanita barunya itu.

Dengan rasa kecewa dan marah yang begitu besar, Suri menutup pintu apartemen Pram. Keputusan yang diambil Suri kali ini sungguhlah tepat. Ia tidak ingin berjuang sendiri dan memilih meninggalkan Pram yang enggan berjuang. Dalam pikiran Suri, ia pun bertekad untuk mengasingkan dirinya sejauh mungkin dari pusaran masa lalu. Gedung apartemen ini, kota ini, juga hal-hal yang erat kaitannya dengan pria itu ... Sudah ia putuskan untuk ia lupakan.

Lift yang membawa Suri turun dari lantai kamar Pram telah sampai di lobi. Saat pintu terbuka, Suri dengan pandangannya yang hanya melihat ke bawah, berjalan tanpa tenaga. Namun, langkah lemahnya tiba-tiba berhenti saat sepasang sepatu pantofel pria yang mengilat dan berhenti di hadapannya dan menghalangi jalan keluar.

"Butuh bantuanku, Nona?" tanya pria itu dengan suara baritone-nya.

Suri sontak mendongak mendengar suara yang tidak asing di telinganya dan terpaku melihat sosok di hadapannya. Dengan air mata yang tergenang di pelupuk mata, ingatannya kembali ke masa lalu. Pria ini... yang pernah begitu kukuh melarangnya untuk menerima pinangan Pram setahun lalu.

"Adnan?"

펼치기
다음 화 보기
다운로드

최신 챕터

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글

user avatar
Rosemala
semangat lanjut kak
2024-01-19 18:02:07
0
user avatar
Lidia Rahmat
semangat kak
2024-01-19 14:32:02
0
user avatar
Maia82
Ceritanya seru thor
2024-01-19 08:12:20
0
user avatar
Ayaya Malila
tim Adnan doong, keren banget.
2024-01-19 06:36:23
0
user avatar
Rianoir
keren, lanjut kak
2024-01-18 22:02:09
0
user avatar
Rika Jhon
Recomen buat dibaca,bagus
2024-01-18 17:16:53
0
user avatar
Filanditha
Selalu menunggu update...️
2024-01-18 16:06:16
0
user avatar
Saraswati_5
bagus dan buat penasaran ceritanya.
2024-01-18 15:46:01
0
user avatar
Auphi
waduh, seru ini perang antar saudara. Kira-kira siapa yang menang ya? update jangan lama-lama ya Thor
2024-01-18 14:40:07
0
user avatar
Liya Mardina
seruuu, tiap babnya bikin candu ....
2024-01-18 14:14:29
0
user avatar
naftalenee
Mohon maaf belum ada bab baru yang bisa di update. Semoga secepatnya bisa update lagi ya^^
2023-08-09 19:35:15
0
user avatar
Mawar Hitam
lanjutannya mana kok lama
2023-07-31 16:03:18
0
user avatar
Mawar Hitam
authornya ngilang kemana sihhhhh
2023-07-31 16:02:27
0
user avatar
Saturnus
Jangan lama-lama donggg
2023-06-16 14:52:54
1
user avatar
Saturnus
Lanjutannya mana nih, thorrrrrr
2023-06-16 14:52:34
1
  • 1
  • 2
62 챕터
BAB 1. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
"Maaf, Sayang.” Suri menatap pria yang beberapa tahun terakhir ini menjadi suami sirinya. Pria yang biasanya begitu gagah nan memesona itu kini terlihat tak berkutik karena kemarahan Suri akibat permintaannya yang tidak masuk akal. “Maaf? Untuk apa?” Suri berdecih sengit. Matanya menyorotkan kobaran api kemarahan yang menggelegak. “Suri, tolong mengerti.” Pram gentar. Suaranya gemetar. “Mas juga terpaksa melakukan ini." Suri tertawa sinis mendengar alasan Pram yang tidak masuk akal baginya. “Kamu terpaksa menerima perjodohan itu, lalu dengan sadar ingin menelantarkanku, begitu?" Pram mendongak dengan cepat dan memandangnya dengan pandangan tak percaya. Wajah Suri yang memiliki kulit cerah itu terlihat memerah. Ia terlalu marah dengan kabar yang diterimanya barusan. Niatnya, setelah menyelesaikan sidang tesis dan dinyatakan lulus oleh para dosen siang tadi, Suri yang berdomisili di Yogyakarta itu langsung memesan tiket pesawat untuk pulang ke Jakarta. Setahun terakhir, mereka m
last update최신 업데이트 : 2023-04-12
더 보기
BAB 2. Papa untuk Andaru
"Mama! Papa Adnan udah datang!" Teriakan nyaring dari seorang bocah berusia lima tahun itu terdengar begitu lantang. Suri yang mendengar panggilan menggelitik itu lagi-lagi dibuat merengut. Andaru, atau Aru yang ia lahirkan dengan penuh perjuangan lima tahun lalu terus saja menyebut Adnan dengan sebutan Papa, meski berulang kali Suri telah peringati. "Om Adnan, Aru. Bukan Papa!" Suri memperingati anak semata wayangnya lagi. Adnan, pria baik hati itu memang tidak pernah marah atau melarang Aru memanggilnya papa. Namun, Suri-lah yang tidak enak hati, sebab nyatanya mereka memang bukanlah sepasang suami istri. Sayang, bocah itu agaknya lebih patuh pada Adnan, sebab detik berikutnya ia masih saja menyerukan hal yang sama. "Papa Adnan!" Senyum tipis tercetak di bibir Suri. Tak ia pungkiri, melihat Andaru tetap mendapatkan sosok ayah dari Adnan memang sebuah hal yang patut ia syukuri. Namun, ada rasa bersalah dalam diri Suri ketika melihat senyum anaknya itu. Lima tahun lalu, jika bu
last update최신 업데이트 : 2023-04-12
더 보기
BAB 3. Firasat
"Masih mikirin soal lamaranku kemarin?" Suri tersentak kaget saat mendengar Adnan tahu-tahu bersuara sambil menyentuh sebelah pundaknya. Dengan lemah, wanita itu menggeleng. Lamaran Adnan beberapa hari lalu tidak terlalu ia pikirkan. Toh, pria itu tidak memaksanya menerima dan malah memberinya waktu untuk berpikir dengan bijak. Meski tetap saja, beban memberikan jawaban itu tidak bisa dienyahkan begitu saja dari pikiran, karena Suri tahu ... Adnan pun diam-diam menunggu. "Dari tadi perasaanku nggak enak mikirin Aru." Suri berujar lemah sambil mengaduk-aduk makan siangnya yang sudah dingin itu. Adnan kemudian menarik bangku di hadapannya. "Bukannya dia sekolah?" Adnan berujar usai melihat jam di pergelangan tangannya. Suri mengangguk. Biasanya, Andaru memang sudah pulang sekolah di saat Suri sudah memasuki jam makan siang. Bocah itu kemudian akan ia jemput untuk kemudian ikut ke kantor dan lanjut dititipkan ke daycare. Namun kali ini, sekolah anaknya itu tengah melakukan kegiatan ke
last update최신 업데이트 : 2023-04-12
더 보기
BAB 4. Ketakutan Suri
"Kamu yakin nggak mau ke dokter, Ri? Kamu pucat banget, lho. Aku khawatir kamu tiba-tiba pingsan," ujar Adnan saat pintu lift sepenuhnya menutup dan bergerak turun, memerangkap dirinya bersama Suri di dalamnya. Pria berpenampilan rapi dan necis itu meneliti wajah Suri dengan ekspresi khawatir. "Aku nggak sakit," tukas Suri seraya menepis dengan halus tangan Adnan yang terangkat untuk menyentuh keningnya. Terkadang, Adnan bisa sangat berlebihan saat berurusan dengan kesehatan dirinya. "Tapi kita perlu bicara, Adnan. Ini penting," desak wanita itu seraya menahan luapan emosi yang mengentak-entak dada. Kesabaran yang ditahan-tahannya sejak pagi tadi sudah berada diambang batas. Suri tidak bisa menunggu lebih lama lagi hingga jam pulang kerja nanti untuk bicara dengan Adnan perihal temuannya pagi tadi. "Ada apa, Ri? Kamu baik-baik saja, kan?" Wanita berambut panjang yang dikuncir kuda itu membuang napas untuk menetralkan ekspresi di wajah yang sudah tak karuan sebelum mengatakan, "A
last update최신 업데이트 : 2023-04-12
더 보기
BAB 5. Kebohongan
"Andaru anak gue." Tak hanya Pram yang terkejut mendengar pernyataan Adnan yang baru saja muncul dari lift, Suri juga menunjukkan reaksi yang sama. Namun, keterkejutan Suri tak berlangsung lama karena melihat senyum menenangkan yang disuguhkan Adnan untuknya. Hanya sekilas, hingga Suri nyaris mengira dirinya salah lihat. Detik selanjutnya, Suri segera sadar kalau Adnan sedang mencoba menyelamatkan dirinya dari Pram. "Anak lo... sama Suri?" Setelah bisa menguasai diri, Pram mengalihkan pandangannya kepada Andaru yang sedang melonjak-lonjak senang karena kedatangan Adnan—dengan mudah melupakan keberadaannya. Lalu tatapan tajamnya berpindah kepada Suri. "Ri... apa itu benar?" Tenggorokan Suri terasa perih karena ditodong pertanyaan itu. Ia mengalami dilema yang datang di saat yang tidak tepat. Dan sekali lagi, Adnan dengan tanggap menarik dirinya dari krisis. Pria itu mengambil alih dengan menjawab, "Ya. Andaru adalah buah cinta kami berdua." 'Buah cin...ta?' Astaga! Jantung Suri
last update최신 업데이트 : 2023-04-12
더 보기
BAB 6. Situasi Sulit
"Kalau kamu kehabisan stok wanita untuk diajak bermain-main, aku bisa mengenalkan beberapa untukmu, Adnan." Melisa melipat tangan di dada dan mengangkat dagu sedikit lebih tinggi. Pose yang seharusnya biasa saja itu menjadi tampak berbeda. Tak hanya menampilkan keanggunan yang paripurna, Melisa seolah ingin menunjukkan bahwa wanita itulah yang berkuasa di sana, saat tatapannya bertemu dengan mata Suri. Ujung bibir Melisa tertarik ke atas saat matanya mulai menilai penampilan Suri dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tatapan jijik dan remeh di wajah ayunya terlampau jelas. "Tipe wanita seperti apa yang kamu sukai—" "Hai, Mel. Aku dengar dari Pram kalau kamu sempat dirawat di rumah sakit. Senang melihatmu sudah sehat kembali." Adnan menyela dengan tenang. Namun, Suri bisa merasakan sekelebat emosi dalam suara pria itu yang bergetar. "Maaf, aku nggak sempat ke Jakarta untuk menjenguk kamu. Banyak urusan penting di sini yang nggak bisa kutinggalkan." Suri terpaku. Apakah selama ini st
last update최신 업데이트 : 2023-05-29
더 보기
BAB 7. Kegilaan Adnan
Pertanyaan yang diucapkan Adnan dengan ekspresi tak terbaca itu membuat Suri terpaku. Suri seharusnya sudah tidak kaget lagi karena pria itu selalu memberikan kejutan-kejutan di luar ekspektasinya. Namun, yang terakhir ini... benar-benar sudah di luar logika! "Aku bercanda, Ri." Bisikan pria itu sontak mengembalikan fokus Suri pada wajah Adnan yang dekat sekali dengan wajahnya. Suri membelalak dan memundurkan kepala. Namun, itu tidak berguna. Posisinya saat ini tidak menguntungkan karena ia duduk di kursi, diperangkap Adnan dengan tubuhnya yang menggoda. "A-apa yang kamu lakukan?" Suara yang keluar dari mulut Suri terdengar seperti tikus yang terjepit pintu. Sudut bibir Adnan terangkat naik. Pria itu semakin mendekatkan wajah dan berbisik di telinga kiri Suri. "Menciummu?" Suri membuang muka ke arah yang berlawanan dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Kedua tangannya mencengkeram meja di belakangnya kuat-kuat. Sebuah keajaiban Suri tidak langsung ambruk karena kedekatannya dengan
last update최신 업데이트 : 2023-06-01
더 보기
BAB 8. Rencana Berbahaya
Dada Suri terasa sesak. Ia harus berpegangan pada ujung meja untuk menahan tubuhnya yang oleng sesaat karena tidak siap mendengar pernyataan gila yang diucapkan Adnan. "Aku... aku benar-benar nggak ngerti apa yang sedang kamu bicarakan, Nan." Getar dalam suaranya menunjukkan emosi campur aduk yang telah ditekan kuat-kuat, tetapi tak lagi bisa wanita itu sembunyikan. Hanya dalam kurun waktu dua hari, ia dibuat olahraga jantung berkali-kali. Patut diacungi jempol karena Suri masih belum tumbang juga akibat terlalu banyak menerima kejutan. Kemunculan Pram dan pertemuannya dengan Andaru mungkin memang sudah takdir yang tak bisa dihindari lagi. Namun, tentang apa yang dilakukan Adnan... itu sangat di luar dugaan. Pria itu benar-benar tega karena menambah satu beban pikiran baru di kepala Suri tanpa membiarkannya istirahat sejenak saja. Sulit menolerir tindakan gila Adnan. Memanipulasi data diri tak hanya miliknya sendiri, tetapi juga milik Suri dan Andaru yang terdaftar di Dukcapil. Bag
last update최신 업데이트 : 2023-06-01
더 보기
BAB 9. Bukti (1)
"Aru benar-benar nggak papa diantar Miss Dina dan Om Wirya ke sekolah?" Suri tak bisa berhenti bergerak gusar di tempat duduknya sejak Dina—pengasuh baru yang akan menjaga Andaru—datang sepuluh menit lalu bersama asisten pribadi Adnan yang berpenampilan serba hitam. Bocah laki-laki yang sedang melahap sarapannya dengan tumis brokoli dan sosis itu mengangguk-angguk. "Mama sama Papa Adnan sibuk kerja buat beli mainan yang banyak buat Aru, kan?" Dengan adanya situasi yang memaksa Suri untuk fokus pada masalahnya dengan mantan suaminya, ia tidak punya pilihan selain menyetujui usul Adnan menyewa pengasuh untuk Andaru. Dina adalah yang terbaik di antara enam kandidat yang dipilih oleh Wirya—atas persetujuan Adnan. Selama bertahun-tahun bekerja untuk Adnan, tidak pernah sekalipun Suri mendengar pria itu mengeluh atau menegur Wirya atas hasil pekerjaannya. Itu artinya, Wirya selalu mengerjakan tugasnya dengan baik. Seharusnya, tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Namun, sebagai seorang
last update최신 업데이트 : 2023-06-02
더 보기
BAB 10. Bukti (2)
Menginjakkan kaki di rumah sakit membuat Suri pusing dan mendadak mual karena terlalu cemas. Sementara itu, kepercayaan diri Adnan yang begitu yakin rencananya berjalan dengan lancar sama sekali tidak membantu Suri untuk bisa tenang. "Harusnya aku nggak makan dulu tadi. Aku rasanya mau muntah," panik Suri mencengkeram tas jinjing di tangan kanannya. Kakinya terasa lemas untuk diajak melangkah, seolah-olah bisa membuatnya jatuh kapan saja. "Kalau kamu nggak makan, kamu udah ambruk dari tadi, Ri." Dan Adnan masih bisa-bisanya bercanda dalam situasi serius seperti sekarang ini. "Seharusnya aku nggak mengizinkanmu merealisasikan rencana gilamu, Nan!" Adnan hanya tertawa dan terus melangkah dengan tenang. Sementara Suri sudah nyaris pingsan karena tekanan emosi yang membuncah di dadanya. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi beberapa detik kemudian. Suri bisa terkena serangan jantung sebelum sempat melihat hasil tes DNA yang dilakukan Adnan, Pram, dan Andaru beberapa ha
last update최신 업데이트 : 2023-06-03
더 보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status