/ Romansa / Istri Rahasia Tuan Presdir / BAB 7. Kegilaan Adnan

공유

BAB 7. Kegilaan Adnan

작가: naftalenee
last update 최신 업데이트: 2023-06-01 13:31:34

Pertanyaan yang diucapkan Adnan dengan ekspresi tak terbaca itu membuat Suri terpaku. Suri seharusnya sudah tidak kaget lagi karena pria itu selalu memberikan kejutan-kejutan di luar ekspektasinya. Namun, yang terakhir ini... benar-benar sudah di luar logika!

"Aku bercanda, Ri."

Bisikan pria itu sontak mengembalikan fokus Suri pada wajah Adnan yang dekat sekali dengan wajahnya. Suri membelalak dan memundurkan kepala. Namun, itu tidak berguna. Posisinya saat ini tidak menguntungkan karena ia duduk di kursi, diperangkap Adnan dengan tubuhnya yang menggoda.

"A-apa yang kamu lakukan?" Suara yang keluar dari mulut Suri terdengar seperti tikus yang terjepit pintu.

Sudut bibir Adnan terangkat naik. Pria itu semakin mendekatkan wajah dan berbisik di telinga kiri Suri. "Menciummu?"

Suri membuang muka ke arah yang berlawanan dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Kedua tangannya mencengkeram meja di belakangnya kuat-kuat. Sebuah keajaiban Suri tidak langsung ambruk karena kedekatannya dengan seorang pria dengan pesona memikat begitu kuat yang melekat pada dirinya.

Adnan menegakkan tubuh dan mencubit pipi Suri dengan gemas. "Ekspresi kamu barusan udah kayak lihat hantu di siang bolong." Ia menurunkan tangan sebelum Suri sadar kalau pria itu lagi-lagi melakukan skinship yang tanpa persetujuan. Pria itu mendesah dan mundur selangkah, melebarkan jarak. "Harusnya aku foto dulu tadi, buat kenang-kenangan. Jarang-jarang aku melihat kamu jelek kayak tadi."

"Adnan!" Suri memukul lengan Adnan yang disambut kekehan kecil.

"Kamu pasti berpikir kalau aku sudah gila, benar kan?" 

"Ya Tuhan! Ini bukan saatnya bercanda!" geram Suri, yang lagi-lagi mencipta kekeh tipis di bibir Adnan.

Suri mengatur napas dan kelegaan membajirinya. Wanita itu benar-benar ketakutan saat Adnan impulsif membuat keputusan gila hanya untuk bisa bersamanya dan Andaru lebih lama.

Menggenggam kedua tangan Suri yang basah oleh keringat dingin, Adnan berkata, "Aku tahu betul kalau tawaranku tadi bukan jalan keluar dari masalah. Tapi kalau kamu menerima lamaranku, aku bisa saja melakukannya demi—"

Suri berdecak kesal, tetapi membiarkan tangannya terselimuti hangat dari genggaman pria di hadapannya. "Aku tidak mau berteman denganmu lagi kalau kamu terus membahas kegilaan kamu itu."

Tawa Adnan mengudara. "Wah, setelah berkali-kali melamarmu, status kita masih saja teman? Kamu kejam sekali, Suri."

Adnan mengucapkannya dengan suara ringan berbalut canda, yang justru membuat wajah Suri mendung. 

"Suri, dengar!" Adnan menguatkan genggaman. "Ada beberapa pilihan yang bisa kamu ambil dari situasi ini. Tapi, aku mohon. Di antara pilihan itu, jangan mengambil keputusan yang berakhir mendepakku dari hidupmu. Aku bersedia menjadi teman atau apa pun itu yang membuat kamu tetap nyaman tinggal di sisiku."

"Adnan...." Suri tak mampu berkata-kata. 

Mengapa pria semengagumkan Adnan bisa terjebak dengan dirinya, seorang janda beranak satu yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalu? 

"Kamu tetap bisa mengunjungi kami sesekali, Nan." Suri kembali membahas tentang kemungkinan ia meninggalkan Indonesia dan memulai hidup baru di luar negeri. "Aku nggak akan memutus komunikasi denganmu. Kalau kamu nggak terganggu, aku akan kirimkan foto-foto dan video-video keseharian Andaru di tempat baru kami--"

"Cukup, Ri." Melepaskan genggaman tangannya dari Suri, Adnan ikut duduk di kursi tinggi tepat di sebelahnya. Tatapannya tidak lagi tertuju pada wanita itu. "Mendengar kamu lancar sekali mengatakannya, aku yakin kalau kamu sudah memikirkan rencana itu jauh sebelum hari ini. Apa aku salah?"

Wanita itu menahan napas. Adnan menebak dengan sangat tepat.

Meski tidak cukup yakin Pram akan mencarinya setelah ia minggat bertahun-tahun lalu, Suri tetap memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi di kemudian hari. Dan hari buruk itu benar-benar datang. Pram menemukan dirinya, sepaket dengan Andaru, saat Suri pikir sudah bisa mulai melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang mantan suaminya itu.

Suri tidak bisa melupakan saat Pram mengklaim dirinya sebagai 'milik' pria itu ketika berdebat sengit dengan Adnan tadi. Ditambah lagi tatapan posesif Pram yang tertuju padanya--sebelum Melisa datang menginterupsi--membuat Suri sadar... bahwa pria tidak akan melepaskannya dengan mudah.

"Ri, aku tidak bisa memaksamu untuk melakukan sesuatu yang hanya akan membebani kamu. Tapi... tidak bisakah kamu mempertimbangkan aku juga, sebelum kamu membuat keputusan?"

Meski tidak terlalu kentara, ada keputusasaan dalam bisik lirih pria itu.

"Aku selalu mempertimbangkan kamu, Nan. Karena kamu penting untukku dan Aru."

Adnan memutar tubuh. Menghadap Suri yang menunduk menatap jalinan tangan di atas pangkuannya. "Jadi, kamu akan tetap tinggal di sini?"

"Hanya sampai kebohongan kita terbongkar."

Seperti yang Suri tekankan sebelumnya, Pram bukanlah pria yang bodoh. Terbukti dengan kemampuannya mengembangkan perusahaan setelah menempati posisi sebagai CEO Danuarta Group. Pria itu akan mengorek segala hal yang mencurigakan.

Adnan menghela napas panjang. "Lalu sandiwara kita di depan Pram akan sia-sia? Dan skenario terburuknya, Pram akan meminta hak asuhnya atas Andaru. Kamu siap menghadapi itu?"

"Mau bagaimana lagi, Adnan? Dia ayah kandung Andaru. Walaupun aku membenci kenyataan itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa."

"Kamu bisa, kalau kamu mau," tukas Adnan.

"Maksud kamu?"

"Kamu bisa membuat Pram selamanya tidak mengetahui kebenaran tentang Andaru. Ini hanya tertulis di atas kertas. Tidak hanya mengamankan Andaru, tapi juga mengamankan kamu dari Pram." Adnan menatap Suri intens. Menghanyutkan Suri ke dalam pekatnya warna hitam mata pria itu. "Andaru harus punya akta kelahiran yang sah dengan nama kamu dan namaku sebagai orang tuanya. Karena sebuah akta kelahiran hanya bisa dibuat kalau ayah dan ibunya menikah, kita juga perlu surat nikah yang sah dan kartu keluarga."

Suri menggeleng tak habis pikir. "Nan, aku sudah bilang--"

"Aku belum selesai bicara, Ri. Dengarkan dulu." Adnan mengembuskan napas untuk mengurangi kegugupan yang singgah sekilas di wajahnya. "Sebagai seorang pebisnis, aku harus selalu berpikir realistis dan visioner untuk menghadapi hal-hal tak terduga dan nggak bisa dihindari, yang bisa saja terjadi di perusahaan. Saat kamu setuju untuk tinggal di Surabaya, di dekatku, aku pun otomatis memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depanmu dan Andaru. Aku nggak bisa diam dan bersantai-santai menunggu waktu di mana kamu akan kehilangan Andaru."

Suri mendengarkan dalam diam. Namun, tak dipungkiri, jantungnya berdetak kencang. Tangannya kembali berkeringat dingin karena gugup. Walaupun tak bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh Adnan selanjutnya, wanita itu mulai menduga kalau Adnan akan mengatakan hal yang tidak biasa.

Dan beberapa detik kemudian, Suri nyaris terjengkang saat Adnan melemparkan bom tepat di depan wajahnya. "Suri... sebenarnya... aku sudah menyiapkan berkas-berkas itu beberapa minggu setelah kamu melahirkan Andaru."

naftalenee

Orang gilaaaa🤣🤣🤣 Adnan kalau udah bertindak beneran nggak main-main ya. Emang kalo udah bucin tuh ada aja jalan buat menghalalkan segala cara🤣🤣🤣

| 좋아요
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Putry Ismayanti
mantaapp sekali adnan
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Istri Rahasia Tuan Presdir    BAB 62. Trending Topic

    "Waktunya makan malam." Suri mendongak sekilas dari laptop yang ada di hadapannya--ia sedang merapikan agenda untuk esok hari. Menatap sesosok pria beriris hitam legam yang muncul di pintu kamarnya, wanita itu menjawab, "Sebentar lagi aku turun." Adnan mengangguk kecil dan pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Suri menghela napas. Hubungannya dengan sang suami belum membaik sejak pindah ke rumah Prabu seminggu yang lalu. Ia masih marah karena dipaksa pindah. Sementara Adnan menyimpan kecewa karena dirinya meminta pisah kamar. Menyusul Adnan tak lama kemudian, Suri menemukan tiga sosok laki-laki berbeda generasi yang telah duduk menempati meja makan besar. Di kepala meja, duduk sang tuan rumah. Diapit oleh Adnan di sisi kanan dan Andaru di sisi kiri. Suri masih bisa menangkap obrolan sang tuan rumah dengan Andaru tentang acara ulang tahun sekolahnya yang akan diadakan akhir minggu ini. Terdengar suara Adnan yang menimpali. "Mama!" Selalu, hanya Andaru yang akan menyapanya dengan ri

  • Istri Rahasia Tuan Presdir    BAB 61. Sendiri-sendiri Saja

    Sudah lebih dari dua jam sejak Adnan membawa Andaru pergi. Tidak ada kabar apa pun setelahnya. Karena Suri tidak berusaha menanyakannya lewat telepon meskipun ia ingin sekali. Dan tampaknya Adnan juga tidak terpikir untuk mengabarkan apa-apa tentang pertemuan pertama Andaru dengan Prabu Danuarta tanpa dirinya itu.'Ya Tuhan, kenapa mereka lama sekali?' batin Suri yang ke sekian kali.Dengan hati yang gelisah, diremas-remasnya ujung baju yang ia kenakan hingga kusut. Suri menyesali pilihannya untuk tidak ikut serta dan sekarang hanya bisa menunggu kepulangan anak dan suaminya dalam harap-harap cemas.Ketika kesabaran tinggal seujung kuku dan yang ditunggu masih tak kunjung datang, Suri membulatkan tekad untuk menyusul mereka sebentar lagi.Suara samar dari pintu yang dibuka membuat Suri yang sejak tadi mondar-mandir di ruang tamu bergegas menyongsong ke arah pintu.Wanita itu mengernyitkan kening. Kebingungan melihat Adnan datang sendirian. Padahal, tadi berangkat bertiga dengan Andaru

  • Istri Rahasia Tuan Presdir    BAB 60. Bukan Aib

    Membawa Andaru bertemu Prabu sebenarnya belum ada dalam agenda Adnan dalam waktu dekat. Awalnya, Adnan ingin lebih dulu mengantongi restu sebelum memperkenalkan Andaru--cicit pertama di keluarga Danuarta --kepada sang Kakek.Tetapi Suri malah mengacaukan semuanya. Tindakan Suri tempo hari membuat Adnan terlampau kecewa. Biasanya, tanpa kata maaf pun kekesalannya mudah mereda. Tetapi kali ini lain. Rasanya terlalu menyakitkan mendengar dengan telinganya sendiri ketika Suri bicara di depan Kakek, berniat mencampakkan dirinya demi menyelamatkan diri. Adnan mungkin sebenarnya sudah tahu kalau selama ini Suri belum benar-benar memberikan hatinya. Kapan saja Duri bisa berubah pikiran dan meninggalkan dirinya. Adnan hanya tidak mengira kalau waktu itu datang begitu cepat. Semakin ia merasa terkhianati karena Suri telah sempat berjanji tentang berjuang bersama menghadapi Prabu Danuarta."Andaru.. anak itu benar darah dagingmu?" tanya Prabu."Kakek juga butuh bukti tes DNA atau bagaimana?" A

  • Istri Rahasia Tuan Presdir    BAB 59. Kecewanya Seorang Adnan

    Suri tidak begitu kaget mengetahui Adnan marah padanya sampai berhari-hari setelah apa yang terjadi di rumah Prabu Danuarta. Saat dalam keadaan terpojok kemarin, pikiran negatif mengambil alih akal sehatnya hingga berpikir bahwa meninggalkan Adnan adalah pilihan paling tepat. Itu sama saja dengan mengulangi siklus yang sama ketika ia dihadapkan pada situasi sulit dulu.Bedanya, ketika bersama Pram, ia benar-benar tidak yakin bisa menggantungkan harapannya. Sedangkan bersama Adnan, ada harapan-harapan yang menunggu diwujudkan. Sebab, mereka sudah berjanji untuk saling memperjuangkan."Suri, hari ini saya mau makan siang dengan Adnan. Tolong reservasi tempat di restoran biasa, ya," pinta Farah yang menghubungi lewat telepon di meja kerja."Maaf, Bu, apa saya juga perlu menghubungi Pak Adnan terlebih dahulu untuk--""Oh, nggak perlu. Saya udah ngabarin Adnan, kok."Suri hampir mendesah kecewa. Tadinya, ia mau memanfaatkan kesempatan untuk bicara dengan Adnan setelah beberapa hari terakhi

  • Istri Rahasia Tuan Presdir    BAB 58. Perlawanan

    "Ri, kamu keluar dulu," ucap Adnan dengan suara bergetar menahan amarah. "Biar aku yang bicara--" "Enggak, kamu yang keluar, Nan." "Ri...." "Tolong, Nan. Sebentar saja. Biar aku yang bicara sama kakek kamu," tukas Suri tegas. "Janji sama aku, kamu nggak akan masuk dulu sampai aku keluar dari ruangan ini." Ia melepas genggaman tangan Adnan dan bergeser lebih maju. Mengabaikan kekagetan yang tergambar di wajah suaminya. "Berapa banyak yang Adnan tawarkan padamu? Saya bisa kasih yang jauh lebih banyak kalau kamu meninggalkan anak bodoh itu," ucap Prabu Danuarta dingin. Keangkuhannya membuat Suri bergidik. "Adnan tidak menawarkan apa pun selain kehidupan rumah tangga yang--" "Jangan membual tentang hal-hal seperti cinta dan kebahagiaan di depan muka saya," decih Prabu Danuarta. "Sebut saja nominal yang kamu mau, saya bisa langsung mengirimkannya detik ini juga." "Anda mungkin sulit untuk percaya, tapi saya menikah dengan Adnan bukan karena melihat harta yang keluarganya miliki," b

  • Istri Rahasia Tuan Presdir    BAB 57. Wanita Simpanan

    "Kalau sedang marah, Kakek memang kadang agak merepotkan," ujar Adnan ketika menyadari ada kekagetan yang tergambar di wajah istrinya. 'Agak, katanya?' Di mata Suri, ini sudah di luar nalar. Banyak pecahan beling yang berasal dari guci-guci yang dibanting, bertebaran di mana-mana ketika mereka memasuki rumah megah Prabu Danuarta. Suasana di rumah itu terasa mencekam. Rasanya seperti memasuki TKP setelah ada sebuah kejadian yang mengerikan. Keduanya sudah tiba di ruangan lain yang tidak jauh berbeda dengan keadaan di ruang tamu tadi. Masih tidak ada siapa-siapa di sana. "Siapa yang menghuni rumah ini selain Kakek, Nan?" "Asisten rumah tangga." Suri menoleh dengan cepat. "Maksudmu... selama ini Kakek sendirian?" Membayangkan seseorang yang sudah sepuh tinggal di sebuah rumah megah tanpa keluarganya membuat perasaan Suri campur aduk. Pria tua itu pasti sangat kesepian. Adnan tersenyum tipis. "Itu yang sebenarnya mau aku bahas sama kamu juga. Aku masih harus tinggal di sini sampa

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status