Share

Istri Sah Dan Wanita Panti Pijat by AMELIA
Istri Sah Dan Wanita Panti Pijat by AMELIA
Penulis: Amelia

1.Sumpah!!

"Aku sumpahkan, hidupmu akan selamanya seperti itu, MENUMPANG!" umpat seorang pria bernama Candra pada mantan istrinya lewat pesan singkat.

"Kita lihat, sumpahmu atau sumpahku yang akan terkabulkan!" imbuh Candra tanpa hentinya mencaci maki seseorang yang telah ia khianati.

"Apa aku ada menyumpahimu?"

"Dari awal kita menikah bahkan sampai detik ini, justru kamu yang kerap mencaci maki dan menyumpahiku," jawab Amel.

"Dan asal kamu tau, sebanyak apa pun harta yang dimiliki seseorang akan musnah dalam sekejab mata jika dia berprilaku sombong dan suka merendahkan orang lain!" timpal Amel menambahkan.

Lebih dari 60 menit, Candra dan Amel saling berbalas pesan. Tak sedikit hinaan yang di lontarkan Candra pada Amel.

Rasa sesak di dada Amel ia tahan sekuat tenaga, tak setetes pun air mata tumpah dari pelupuk matanya. Sebab ia sudah terbiasa mendapat hinaan yang bahkan lebih menyakitkan dari itu selama 8 tahun mereka membina rumah tangga.

Kata-kata kotor bahkan Candra lontarkan pada Amel.

"Semoga ucapanmu tidak berbalik pada kamu," balas Amel.

"Balik? Hey! Aku tidak pernah menumpang hidup! Aku punya rumah!"

"Aku juga udah lebih bahagia sekarang!"

"Memangnya kamu? Masih hidup menumpang sampai sekarang!" balas Candra dengan sombongnya.

"Dasar nggak tau diri!"

Dengan keangkuhannya, Candra meluapkan emosinya pada Amel yang tak lain adalah ibu dari kedua anaknya.

"Kamu pikir setelah menghinaku dan menyumpahiku, lantas aku akan sedih atau meraung-raung?"

"Kamu salah besar, tuan Candra yang terhormat!" ketus Amel.

"Aku bukan wanita selemah itu, aku bahkan sudah melepasmu untuk wanita murahan itu!" tutur Amel panjang lebar lewat balasan pesannya pada Candra.

"Sudahlah, tidak ada gunanya melayani manusia culas seperti kamu," ketik Amel mengakhiri pertikaiannya dengan laki-laki yang selama 8 tahun ini ia cintai itu.

****

Di tempat yang berbeda, Candra masih di rundung emosi yang memuncak setelah Amel menyudahi pembicaraan lewat pesan singkat itu.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Pukki seraya bergelayut manja di lengan Candra.

Candra bergeming sembari menetralkan emosinya.

"Pasti kamu ribut lagi sama dia kan!" ketus Pukki sebab Candra tak kunjung merespon pertanyaannya.

"Aku kan udah bilang, jangan lagi berhubungan dengan perempuan itu!" bentak P**i memberi jarak tubuh mereka.

"Biar bagaimana pun, dia itu masih istriku yang sah dan saat ini kedua anakku juga bersama dengan dia!" jawab Candra dengan penekanan.

"Kenapa kamu tidak menceraikannya saja? Untuk apa kalian masih mempunyai status tapi tidak bersama!" pekik Pukki.

"Dari awal aku menjalani hubungan terlarang dengan kamu, aku tidak pernah terpikir untuk menceraikannya! Meski dia sudah meninggalkanku!" balas Candra.

"Lalu apa artinya aku di mata kamu?" tanya Pukki membolakan matanya.

"Bukankah kita juga sudah menikah, meski tidak tercatat? Aku rasa itu sudah lebih dari cukup?" jawab Candra sembari meniupkan kepulan asap rokok dari sela bibirnya.

"Tapi, aku mau hanya ada satu istri untuk kamu, yaitu aku!"

"Tolong jangan paksa aku melakukan hal yang nantinya akan merugikan kedua anakku," bujuk Candra.

"Dari awal kita sudah sepakat menjalani hubungan ini tanpa mengorbankan kedua anakku. Aku harap kamu tidak melupakan itu!" ucap Candra.

"Tapi Amel sudah memilih mundur dan pergi jauh dari kamu!"

"Dia pergi karena kesalahan fatal yang sudah aku perbuat, aku tidak bisa melimpahkan kesalahanku pada Amel," tutur Candra.

"Bagaimana pun juga, Amel sudah mendampingiku selama 8 tahun lamanya. Dari aku yang tidak bisa apa-apa sampai akhirnya aku di kenal banyak orang sebagai seorang teknisi," imbuh Candra.

"Aku tidak ingin melepaskan salah satu dari kalian, aku menyayangi kamu tapi aku juga tidak bisa menceraikan Amel," tutur Candra lembut.

"Mau sampai kapan kamu mempertahankan prinsipmu itu?" tanya Pukki.

Candra mengangkat bahunya pertanda tidak tau.

"Aku bakal berusaha supaya kamu segera menceraikan perempuan itu! Hanya aku yang boleh memilikimu!" bisik batin Pukki.

****

Pagi ini seperti biasanya, Amel tampak sibuk untuk mempersiapkan putra sulungnya yang akan berangkat ke sekolah.

"Bunda, entar jadi dateng kan ke sekolah Galang?" tanya Galang sembari memakai sepatu sekolahnya.

"Insha Allah ya nak, kalau nanti bunda dapet pinjeman motor, bunda pasti datang," jawab Amel yang sedang memasukkan botol air mineral ke dalam tas sekolah Galang.

"Tapi ini kan penampilan perdana Galang, bun...." ujar Galang setengah merajuk.

"Iya bunda tau, maka dari itu bunda pasti usahain buat dateng," bujuk Amel.

"Nanti sebelum kamu tampil, jangan lupa baca Bismillahirohmanirohim dulu ya nak? Biar kamu semakin percaya diri! Oke anak bunda yang soleh dan ganteng?" tutur Amel sumringah.

"Siap bunda!" sahut Galang antusias.

"Memangnya abang mau ngapain sih bunda?" celetuk Ruby putri bungsu Amel dan Candra itu.

"Nanti abang mau baca Syahadat di depan orang banyak dek," jawab Amel tersenyum bangga.

"Di sekolah ya bun?" tanya Ruby lagi.

"Iya dek...." sahut Amel.

"Gimana bang, kamu udah selesai beres-beresnya?"

"Udah bunda."

"Yuk, kita berangkat ke sekolah sekarang? Keburu telat," ucap Amel lalu menggendong Ruby yang masih berusia 2 tahun itu.

"Ya Allah.... meski aku harus berpisah dari laki-laki itu, namun Engkau memberiku dua orang anak yang luar biasa," bisik dewi batin Amel sembari melajukan motor yang ia pinjam dari adiknya.

Amel tetap berusaha menerima hasil dari keputusan yang telah ia ambil. Meski tak jarang, batinnya menangis pilu atas apa yang sudah di lakukan Candra padanya dan kedua anak mereka.

****

Sesampainya di rumah setelah mengantarkan Galang sekolah, Amel memulai kegiatannya. Amel memang sudah 6 bulan ini aktif menjadi seorang penulis di sebuah platform novel online, menyalurkan bakat menulisnya. Ia berharap melalui kegemarannya menulis sejak masa sekolah dulu, ia dapat mencukupi segala kebutuhan Galang dan Ruby kedepannya.

Beberapa karya sudah ia terbitkan selama dalam waktu 6 bulan. Meski beberapa hal harus ia korbankan untuk mencapai impiannya, salah satunya adalah waktu. Sampai pada suatu ketika, putra sulungnya melayangkan protes.

"Bunda, Galang boleh ngomong sesuatu nggak?" tanya Galang dengan sopan pada saat Amel tengah menulis.

"Boleh dong, memangnya abang mau ngomong apa?" sahut Amel meletakkan ponselnya sejenak.

"Akhir-akhir ini bunda jarang ngajak Galang dan Ruby becanda, nggak kaya dulu waktu masih di Jawa," tukas Galang sendu.

"Ya Allah, maafin bunda nak karena udah bikin kamu mikir seperti itu," sahut Amel seraya memeluk Galang.

"Bunda mohon ya bang, kamu bisa bersabar dengan keadaan kita saat ini."

"Dulu, bunda punya banyak waktu buat ngajak kamu dan Ruby main karena masih ada Bapak. Sekarang kondisinya sudah beda nak, sekarang bunda harus kerja keras demi masa depan kamu dan Ruby."

"Meskipun begitu, rasa sayang dan cinta bunda tidak pernah berubah sedikit pun pada kalian berdua," tutur Amel dengan bulir air mata yang menggantung di pelupuk matanya.

"Iya bunda, Galang doain semoga bunda selalu sehat untuk Galang dan Ruby," ucap Galang membalas pelukan sang ibu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status