Share

2.Hancurnya Batin Amel

Penulis: Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-19 23:46:52

Malam ini kedua anak Amel sudah terbuai dalam mimpi indahnya. Saatnya Amel memulai kegiatannya yaitu menulis. Amel memang kerap mengambil waktu disaat kedua malaikat kecilnya itu tertidur pulas. Sebab saat itulah Amel bisa mencurahkan segala yang ia rasakan lewat goresan penanya.

Tampak ia sedang duduk sendiri di balkon kamarnya, disanalah sehari-harinya Amel bisa menuangkan semua ide yang ada di kepalanya.

Namun tak jarang ia menangis tersedu-sedu, kala harus mengembalikan ingatannya ke masa beberapa bulan yang lalu. Beberapa karya yang sudah ia terbitkan tidak lain adalah kisah nyata kehidupannya sendiri.

-eight months ago-

"Ceraikan aku!" teriak Amel pada Candra di hari ke empat lebaran idul fitri itu.

"Aku nggak mau, tolong jangan seperti ini bunda!" jawab Candra yang baru saja di bangunkan Amel dari tidurnya. Bukan tanpa sebab Amel membangunkan laki-laki yang sudah mendampinginya selama 8 tahun itu. Ia yang baru saja mengetahui bahwa Candra ternyata sudah berselingkuh, dengan seorang wanita yang bekerja di sebuah panti pijat.

Wanita itu tak lain adalah customer yang pernah memakai jasa service elektronik bengkel service milik Candra dan Amel.

"Ternyata firasatku benar! Selama satu bulan ini, aku sudah curiga kalau kamu sudah berkhianat!" pekik Amel di iringi suara tangisnya.

"Aku nggak selingkuh! Apa kamu punya buktinya!" jawab Candra masih berusaha mengelak.

"Ini apa!" teriak Amel sembari melemparkan ponsel milik Candra yang mengenai kaki Candra.

"Yang mana sih?" sahut Candra bersikukuh.

Amel pun menarik ponsel itu dari tangan Candra dengan kasar. Lalu ia kembali membuka galery ponsel, yang tanpa Candra sadari, di dalam sana sebuah foto hasil tangkapan layar berisi obrolannya dengan wanita itu.

"Masih mau mengelak!" bentak Amel mengembalikan ponsel itu ke tangan Candra dengan posisi foto berisi obrolan mereka.

"Ini bukan aku yang ketik bunda!" tukas Candra berkelit.

"Ooh, lalu kalau bukan kamu siapa!" bentak Amel dengan tatapan tajam.

Candra tampak bingung harus mengkambing hitamkan siapa, sebab ia benar-benar tidak menduga kalau Amel akan mengetahui perselingkuhannya secepat ini.

"Kenapa kamu diam! apa kamu bingung harus mencari kambing hitam untuk menutupi kebusukanmu!" umpat Amel.

Candra tersungkur di atas kasur dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Melihat reaksi Candra, Amel meraung-raung sembari memukuli Candra tanpa henti.

"Bajingan kamu mas! apa kamu nggak ingat anak-anak! dimana hati nuranimu!" cecar Amel bertubi-tubi memukuli Candra.

Tak sekali pun Candra membalas pukulan yang di layangkan Amel padanya, ia terlihat sangat syok setelah Amel menyebut nama kedua anak mereka.

"Galang, lihat bapakmu! Dia sudah mengkhianati kita! dia sudah punya wanita lain selain bunda!" pekik Amel dalam tangisannya mengadu pada anak sulungnya.

Galang menatap wajah sang ayah dengan sendu, meski Galang masih berusia 6 tahun kala itu, ia sudah cukup bisa mengerti apa yang sedang terjadi.

"Sekarang juga, ceraikan aku!" ultimatum Amel dalam kekalutan.

"Nggak bunda! Aku nggak mau pisah dari kamu!" jawab Candra beranjak lalu berusaha memeluk Amel. Dengan sekuat tenaga, Amel melepaskan dirinya dari tangan Candra yang memeluknya erat sembari memohon ampun.

"Aku tau aku salah, tapi tolong jangan meminta cerai," bujuk Candra.

"Nggak! Aku nggak bisa menerima pengkhianatan!"

"Mungkin kamu lupa dengan perkataanku sebelum kita menikah dulu, aku tidak akan pernah bisa menerima pengkhianatan dengan alasan apa pun!"

"8 tahun aku mendampingimu dari titik terendah sampai saat ini kamu bisa menegakkan kepalamu, tapi apa balasanmu!"

"8 tahun juga aku harus menahan diri dan menerima segala hinaan dan caci maki dari mulutmu!"

"Apa aku pernah menyerah menunggu perubahanmu!"

"Tidak!"

"Tapi untuk perbuatanmu kali ini, aku tidak bisa bertahan lagi!"

"Lebih baik aku menjadi seorang janda daripada aku harus di madu!" ucap Amel panjang lebar tanpa jeda.

Candra tak mampu membantah satu pun perkataan Amel. Ia menundukkan wajahnya, saat kedua mata Amel menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

Tubuh Amel tersungkur di atas kasur, ia meratapi takdirnya yang begitu menyakitkan.

"Bunda...." Candra memanggil Amel dengan lembut.

Amel memalingkan wajahnya yang sudah basah dengan air mata.

"Aku dan dia hanya berteman," ujar Candra.

"Kalau memang benar apa yang kamu katakan, sekarang juga hubungi perempuan itu di depanku!" titah Amel mengepalkan tangannya.

"Iya, nanti akan aku hubungi," jawab Candra.

"Sekarang! Buktikan ucapanmu, kalau kalian hanya berteman!" bentak Amel.

"Kalau kamu tidak mau, biar aku yang menghubungi pelacur itu!" kata kasar terlontar dari mulut Amel.

Candra berusaha mencegah Amel saat Amel akan menghubungi wanita itu melalui ponsel miliknya sendiri. Sebab yang pertama kali mengetahui nomor wanita itu adalah Amel, saat wanita itu menelfon Amel dengan tujuan memakai jasa Candra sebagai teknisi elektronik.

"Please bunda, nomor ponsel yang ada di handphonemu itu bukan nomor pribadinya dia. Itu nomor ponsel anaknya, tolong bunda jangan melibatkan anaknya. Anaknya tidak tau apa-apa mengenai masalah ini," tutur Candra memohon.

"Ooh, kamu lebih memikirkan bagaimana perasaan anak si pelacur itu daripada batin anakmu sendiri! Hebat kamu Candra!" bentak Amel tidak terima.

"Bukan seperti itu bunda, aku mengenalmu dengan baik. Aku tau, kamu tidak akan bisa menahan dirimu kalau nanti anaknya menerima panggilan darimu," ucap Candra sembari mengetik sesuatu di ponselnya. Yang ternyata Candra mengirimkan pesan pada wanita itu, Candra meminta wanita itu untuk memblokir nomor ponsel Amel di semua kontak seluler mereka. Hal itu di ketahui Amel beberapa hari kemudian.

Sejak hari itu, Amel kerap tampak murung. Batinnya benar-benar terluka karena perbuatan Candra.

Di hari berikutnya, Candra mengajak Amel berbicara serius.

Amel yang baru saja menemani kedua anaknya tidur, di panggil oleh Candra.

"Aku mau bicara," ucap Candra dari pintu kamar.

"Nggak ada yang perlu di bicarakan lagi, aku masih disini demi kedua anak-anakku," jawab Amel datar tanpa melihat ke arah Candra.

Candra pun masuk ke dalam kamar dan duduk di samping Amel.

"Aku mohon sama kamu bunda, ijinkan aku menikahinya," ucap Candra tanpa rasa bersalah.

"Menikah?" pekik Amel dengan suara bergetar.

"Daripada aku di madu, lebih baik ceraikan aku! Besok kita ke pengadilan, kita urus perceraian kita," imbuh Amel berusaha terlihat ikhlas meski hatinya hancur.

"Nggak bunda, dari awal aku menjalin hubungan dengan dia, sedikit pun tidak pernah terpikirkan untuk cerai dengan kamu."

"Apa kamu mau kalau aku sampai berbuat dosa dengan dia?" tanya Candra.

"Apa menurutmu perselingkuhanmu ini bukan dosa besar!" pekik Amel menatap sinis.

"Justru karena aku tau ini juga bagian dari dosa, untuk itu aku mohon keikhlasanmu bunda," ucap Candra.

"Kamu dan anak-anak akan tetap jadi prioritasku, tidak akan ada yang berubah. Aku tetap menyayangi kalian. Dan seluruh penghasilanku bekerja, tetap hanya untuk kamu dan anak-anak. Dia tidak meminta sedikit pun dari hakmu selain waktu," tukas Candra menjelaskan panjang lebar.

"Berapa kali aku harus bilang ke kamu, aku tidak sudi berbagi suami! Kalau dia mau, silahkan! Tapi jadikan aku janda terhormat, terlebih dulu!" ultimatum Amel.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Sah Dan Wanita Panti Pijat by AMELIA   24. Kamu Bukan Wanita Baik-Baik!

    Candra menatap senyuman Amel yang terukir, ia sedang menunggu respon Amel setelah Pukki menyampaikan kata-katanya."Kamu sudah selesai bicara?" pertanyaan itu Amel ucapkan dengan datar.Tanpa menunggu jawaban dari Pukki, Amel menarik napas panjang lalu melepasnya perlahan."Kamu bilang, kamu wanita dan mengerti perasaanku, bukan?""Wanita baik-baik, tidak akan pernah mau merusak kebahagiaan wanita lainnya!""Wanita baik-baik, tidak akan pernah tergoda sekeras apa pun godaan dari pria yang sudah memiliki anak dan istri!""Kamu hanya pintar bicara! kamu hanya pintar bersandiwara!""Dari awal, kamu sudah tau kalau laki-laki yang mendekatimu itu bukan pria tanpa istri!""Dan dengan kejinya, di belakangku kamu justru mengatakan, kalau kamu tidak serius ingin berpisah dengan suamiku setelah kamu menyetujui permintaanku untuk meninggalkan laki-laki ini!" hati Amel mulai terbakar melontarkan kata-kata yang selama ini ingin ia sampaikan.Di seberang, Pukki bergeming tak mampu menjawab ucapan Am

  • Istri Sah Dan Wanita Panti Pijat by AMELIA   23. Aku Juga Wanita, Mbak

    Galang dan Ruby tampak sangat bahagia, berlari kesana kemari mengitari taman bermain di sore ini. Sementara Candra dan Amel hanya menatap kedua anak mereka tanpa saling bicara."Aku sampai lupa, kapan terakhir kalinya melihat kedua anakku sebahagia ini," bisik dewi batin Amel."Bund," sapa Candra dengan lembut."Ehm," sahut Amel singkat tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya."Mau sampai kapan kamu bertahan seperti ini?""Kamu lihat kan, anak-anak sangat bahagia karena kedua orang tuanya mendampingi mereka?""Aku juga mau tanya, mau sampai kapan kamu memaksaku untuk menerima permintaanmu berpoligami?" jawab Amel membalas dengan pertanyaan."Apa aku salah, kalau aku berniat untuk membantu orang keluar dari kemaksiatan?" Candra menatap Amel meski Amel tidak menghiraukannya.Amel tertawa kecil, seraya menggelengkan kepalanya pelan."Mulia sekali niatmu?" "Tapi sayang, niatmu tidak sesuai dengan tindakanmu...." sarkas Amel ambigu."Maksudmu?" tanya Candra."Kamu mengatakan, kalau niatmu h

  • Istri Sah Dan Wanita Panti Pijat by AMELIA   22. Tiba-Tiba

    Di hadapan Amel saat ini, tampak Galang sedang duduk dengan seorang pria bertopi. Galang duduk di pangkuan pria yang tak lain adalah ayah kandungnya, yaitu Candra.Ingin rasanya Amel berlari ke arah mereka dan menarik Galang, namun pikiran waras Amel melarangnya. Sebab, ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan hal itu."Bagaimana laki-laki ini bisa sampai disini!""Pantas saja, sejak pagi tadi hatiku tidak enak!""Ternyata, aku harus melihat dia lagi setelah 6 bulan kami terpisah jarak dan waktu!" bisik batin Amel."Bu Amel?" sapa bu Widya kepala sekolah yang baru saja tiba."I-ya bu...." sahut Amel gelagapan."Apa benar, laki-laki yang bersama dengan Galang sekarang itu, ayahnya Galang?""Dari satu jam yang lalu, bu Eny sudah mencoba menghubungi ponsel ibu tapi tidak mendapat respon," tutur bu Widya sebelum Amel menjawab pertanyaan mengenai Candra."Tadi, beliau mengatakan kalau dirinya adalah bapak kandungnya Galang. Tapi, kami piha

  • Istri Sah Dan Wanita Panti Pijat by AMELIA   21. Aku Akan Laporin Kamu, Amel!

    Akan apa?!" bentak Amel menahan geram."Aku akan menjemput paksa anak-anak dan melaporkan kamu atas tindak pelarian!" Candra mengancam Amel."Pelarian?!" Amel membolakan matanya."Sudah separah itukah ketidak warasanmu, Candra?!""Aku ini ibu mereka! aku yang mengandung dan melahirkan mereka dengan taruhan nyawa! bisa-bisanya kamu mengatakan hal sebodoh itu!" umpat Amel tak habis pikir dengan kekonyolan Candra."Memang kamu ibunya, tapi kamu membawa mereka tanpa seijinku!" kilah Candra."Sudahlah, lama-lama aku bisa tertular dengan kegilaanmu," potong Amel yang tidak merasa gentar dengan ancaman Candra.Tut-tut-tut sambungan di putus sepihak oleh Amel.Braak!!Candra membanting meja di depannya, emosinya kian memuncak karena sikap Amel yang datar dan tidak terpancing sedikit pun."Aku masih sayang sama kamu, Mel! aku tau tindakanku sudah melukaimu tapi aku bisa apa lagi! semua sudah terjadi. Aku tidak mungkin memperbaiki kesalahanku dengan membuat kesalahan lainnya. Aku hanya ingin kam

  • Istri Sah Dan Wanita Panti Pijat by AMELIA   20. Kita Akhiri Saja

    "Kamu mau apalagi?!""Apa belum cukup semua caci maki yang keluar dari mulutmu?!" suara Amel mendominasi percakapannya dengan Candra, di siang ini."Bukannya selama ini, apa yang aku katakan itu benar?" kilah Candra, membenarkan dirinya sendiri."Stop berdebat denganku!""Sekarang katakan, apa maumu?" titah Amel menahan emosinya."Aku mau, kamu pulang dan bawa anak-anak kembali ke tempat dimana semestinya mereka hidup!" dengan tanpa beban, Candra mengutarakan keinginannya."Pulang??" "Apa kamu sudah tidak waras lagi, tuan Candra?" sarkas Amel."Tolong, mengertilah untuk kondisiku saat ini. Aku hanya minta kamu menerima keadaanku," ucap Candra menurunkan suaranya.Spontan Amel tertawa kecil."Keadaan kamu yang berselingkuh?""Hey, wake up!""Seandainya kamu yang ada di posisiku, bagaimana?""Apa kamu bisa terima dengan kalimat ''tolong mengerti keadaanku....""Gila!" pekik Amel tertawa garing."By the way, aku sudah sangat

  • Istri Sah Dan Wanita Panti Pijat by AMELIA   19. Batam Island

    "Amel?" tukas Raka yang membuyarkan lamunan Amel."Eh maaf, tadi kamu ngomong apa?" tanya Amel yang setengah kaget."Aku minta nomor ponsel kamu, boleh?""Buat apa?" "Just a friend," sahut Raka.Awalnya Amel tampak ragu untuk memberikan nomor ponselnya, mengingat dirinya yang masih berstatus istri orang."Tenang aja Mel, aku nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya prihatin dengan apa yang sudah kamu alami," tutur Raka tulus."Ya sudah, tapi aku nggak bisa janji untuk selalu membalas pesan dari kamu. Aku punya dua orang anak yang lebih membutuhkan perhatianku," jawab Amel.Raka mengangguk pelan, lalu menyodorkan ponsel miliknya ke tangan Amel. Amel pun mengetik nomor ponselnya sendiri di ponsel Raka."Makasih," ucap Raka.****Pada pukul 10 pagi di hari ketiga kapal berlayar dari Jakarta, suara pemberitahuan dari ruang informasi bahwa kapal akan bersandar beberapa saat lagi di pelabuhan Batu Ampar Batam."Hore...." pekik Galang dan Ruby saa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status