“Apa kamu tahu toko apa ini? Siapa yang menyuruhmu berdiri di sini? Cepat pergi dan mengemis di tempat lain.”
Claudia mencibir dengan penuh penghinaan memandang penampilan Aria.
Aria menatapnya datar. Dia sudah sering mendapat penghinaan dan sudah terbiasa dengan itu. Namun belum bertemu dengan gadis paling arogan di depannya.
Apa penampilannya terlihat seperti pengemis? Pikir Aria tersinggung.
Mata Aria menyipit menatap wajah gadis itu dengan pandangan ragu, dia samar-samar pernah melihat wajahnya di suatu tempat.
Bukankah dia model papan atas yang sering muncul di papan baliho di pusat kota? Claudia Tanner?
Aria diyakinkan ketika gadis itu berbicara dengan asisten di belakangnya.
“Panggil satpam untuk mengusir gembel ini.” Claudia memandang Aria dengan ekspresi berkerut jijik.
Dia tidak khawatir dengan image-nya sebagai model papan atas karena toko ini berada di kawasan elite, tidak sembarang orang bisa masuk ke kawas
Maaf gak update kemarin🙏🙏 Jangan lupa komen dan vote ya, biar author semangat nulis dan update, komen dan vote kalian adalah penyemangat author😊😇😘
“Tidak! Tunggu, Nona!” Manajer toko buru-buru menghentikan Aria panik.“Nona karena kamu sudah datang belanja di sini, kami akan melayani Anda dengan sepenuh hati.” Dia tersenyum lebar dan menyanjung.Raut wajah manajer toko seperti orang yang melayani putri presiden.“Kalau boleh tahu, nama Nona siapa?” tanya manajer toko dengan penuh perhatian.“Aria Crowen,” balas Aria mengangkat alis heran.“Rupanya Nona Crowen, apa Anda dari keluarga Crowen yang menjalankan perusahaan Quin? Anda putri Nyonya Delia?”Manajer toko memandang Aria dengan penuh kekaguman.Meski pengaruh keluarga Crowen sudah menurun, reputasi Nyonya Delia menjadi legenda di mata kaum wanita.Tidak heran Aria mendapat kartu platinum VIIP. Manajer toko belum tahu kartu itu berasal dari DarioAria tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia menghargai orang yang menghormati ibunya.Clau
Mobil limosin sampai di hotel tempat di adakan pesta keluarga Barisson.Pesta ini diadakan untuk memperingati berdirinya salah satu perusahaan Barisson yang bergerak di industri hiburan, yaitu Blue Entertainment, salah satu perusahaan Entertainment terbesar di Capital.Karena hal itu banyak artis dan awak media yang diundang.Aria melihat ragu-ragu di depan hotel terdapat banyak awak media yang sibuk memfoto para selebriti berjalan di sepanjang karpet merah.Tiba giliran mobil limosin Dario berhenti, seorang petugas membuka pintu mobil penumpang di belakang memperlihat sosok pria tampan yang sangat menarik.“Itu Tuan Dario Clark!” Para reporter menjadi bersemangat dan mengambil foto penampilan Dario di dalam mobil.Kilat flash kamera terus menghujani Dario dan mobilnya.“Dengar-dengar kekasih Tuan Clark, putri dari keluarga Steward sedang ada di Paris.”“Kali ini siapa wanita yang di bawa Tuan Clar
“Kyaaaa ....”Melisan menjerit melindungi wajahnya. Jeritannya menarik perhatian tamu pesta.“Kak Aria teganya kamu melakukan ini padaku?!” Dia menangis histeris seolah dia adalah korban sambil menunjuk Aria dengan wajah penuh air mata.Seluruh wajahnya basah dengan cairan wine.Tubuh Aria bergetar sambil menggenggam gelas wine yang kosong. Menatap Melissa dingin.Dari kejauhan sosok Kevin menghampiri Melissa dengan cepat.“Apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?” Dia menarik Melissa menjauh dari Aria dan bertanya cemas.Melissa seolah melihat penyelamat jiwanya dan memeluk Kevin untuk mengelub.“Aku tidak tahu apa yang salah dengan Kak Aria, aku hanya ingin mengabari bahwa bayi kita laki-laki, tapi dia tiba-tiba marah dan menyiramku dengan alkohol,” isaknya menangis menyedihkan.“Aria apa kamu gila,” desis Kevin menatap Aria tajam.“Melissa hanya me
HueekkAria membungkuk dan muntah di salah satu bilik toilet karyawan.Usai memuntahkan makanan yang dia makan tadi pagi, Aria mengusap wajahnya wajah yang pucat dan berkeringat.Dia merasa sangat lesu.Akhir-akhir ini dia selalu mual dan tidak berselera makan.Saat makan siang di kantin kantor, dia mual mencium bau makanan di kantin.“Namanya Aria Crowen, iya kan?”Aria mendongak mendengar seseorang menyebut namanya.Dia membuka bilik toilet dan mengintip keluar.Terlihat dua orang wanita berpakaian kantor tampak tengah memperbaiki riasan di depan cermin wastafel.“Ya, hanya dari wajahnya saja aku tahu dia wanita yang licik,” cibir salah satu wanita itu tidak menyadari Aria berada di salah satu bilik toilet.Aria mengerutkan keningnya mendengar mereka membicarakannya.Dia menutup bilik toilet pelan dan duduk di atas closet, mendengar percakapan di luar bilik.&ld
Dari celah pintu yang sedikit terbuka, Aria melihat sosok Dario duduk di sofa dan berbicara seorang pria paruh baya yang terlihat mirip dengannya. “Aku tahu Ayah. Jangan khawatir, aku akan menikahi Hanna. Tapi tidak dalam waktu dekat ini,” jawab Dario tanpa ekspresi. “Jangan terus menunda. Pergilah ke Paris dan lamar Hanna. Setidaknya kalian harus bertunangan dulu. Kamu terus membuat gosip dengan wanita tidak jelas dan membuat keluarga Steward tidak senang,” tegur pria paruh baya itu. “Akan aku pikirkan,” balas Dario tanpa komitmen. Aria merasa hatinya hancur mendengar percakapan itu. Dia terhuyung mundur tidak sanggup mendengar percakapan Dario dengan paruh baya yang dipanggil ayah. Saat dia panik memikirkan kemungkinan hamil, Dario bersiap untuk menikah dengan Hanna. Aria tersenyum miris. Air matanya mengalir di pipinya. “Aria, apa kamu ingin menemui Tuan Clark?” Haris menepuk pundaknya dan bertanya. Ari
Mata gadis itu mengerjap perlahan sebelum akhirnya terbuka.Dia menatap ke sekeliling dengan linglung menyadari dirinya berada dalam sebuah ruang sempit dalam keadaan tangan terikat, pun dengan mulutnya yang tutup lakban.Mata Aria membelalak mengingat sebelum pingsan sekelompok pria menculiknya. Aria panik, air mata takut mengalir di pipinya.Dia ingin berteriak namun mulutnya tertutup.Terdengar suara tawa terbahak-bahak. Aria menegang ketakutan dan menoleh ke asal suara itu.Namun dia tidak bisa melihat asal suara itu. Dari suaranya terdengar seperti suara laki-laki.Mangkinkah para penculiknya?Aria diliputi dengan ketakutan dan panik. Menekan rasa takutnya, Aria mencoba tenang agar tidak menarik perhatian mereka.Aria menatap ke sekeliling untuk melihat kondisi sekitarnya.Dia menyadari dia berada di sebuah mobil yang bergerak. Mereka menyekapnya di dalam bagasi mobil.Empat orang pria bersorak dan tert
Aria menjauh dari tangan pria itu dengan ekspresi jijik.“Kumohon lepaskan aku!” pintanya memohon putus asa. Terus meronta dari cengkeraman dua pria di sebelahnya.Bos pria mencibir tidak peduli permohonan Aria.“Kamu seharusnya patuh dan tidak melarikan diri dari mobil. Bawa dia ke hutan. Aku yang pertama mencicipi tubuhnya.”Dia menjilat bibirnya bawahnya dengan ekspresi cabul.“Tidak! Lepaskan aku!” Aria berteriak putus asa.Namun para penculik itu tidak memedulikannya dan tertawa terbahak-bahak membawanya dengan paksa ke hutan samping jalan raya.“Lepaskan aku! Tolong!” teriak ngeri Aria bergema di jalan yang kosong. Dia meronta menolak di tarik ke hutan.Dari kejauhan sebuah mobil marcedez benz merah melaju kencang ke arah mereka sebelum berhenti.“Bos! Ada yang datang!” salah satu pria berseru waspada berhenti di pinggir jalan.Aria menoleh melihat
Aria tersenyum getir mundur dari pintu kantor Dario, sebelum berbalik pergi meninggalkan kantor Dario tergesa-gesa.Tidak heran. Tidak heran dia tidak bisa menghubungi Dario. Di saat dia berjuang untuk menyelamatkan hidupnya, rupanya pria itu bermesraan Hanna.Aria berlari tergesa-gesa di lobi perusahaan tanpa menghiraukan pandangan aneh para karyawan.Air mata mengalir di pipinya. Meski Aria selalu mempersiapkan hatinya untuk menghadapi kemesraan Hanna dan Dario, dia tetap tidak bisa menahan rasa sakit hatinya.Ingatannya memutar ulang perkataan Dario saat mereka tidur bersama di apartemen Hanna.Pria itu tidak pernah mengatakan dia mencintainya, tapi ingin Aria menjadi kekasihnya tidak lain karena dia menginginkan tubuhnya.Dari awal pria itu tidak pernah memiliki perasaan tulus padanya.Dia seorang cassanova, ada banyak wanita yang mengantre bisa bersamanya.Aria berhenti sembari mencengkeram dadanya yang teramat sakit. Dia