Menurut Kinara Enzo sangat ngawur, jika memanggil nya sayang didepan orang tua pasti akan terjadi masalah besar. Dan Nara tidak mau itu terjadi, ia masih ingin hidup. “Jangan aneh-aneh deh, Kak. Manggil sayang didepan ibu dan ayah..”“Siapa yang mengatakan kalau manggil sayang nya didepan mereka, hmm?” Tanya Enzo dengan kedua alis naik turun, ia gemas sekali melihat Nara yang salah tanggap itu. “Ah atau kau mau segera aku panggil sayang didepan umum, begitu?” Tanya Enzo lagi, kali ini sambil menarik gemas hidung mancung Nara. “Ihhh apaan si?! Ngeselin amat!”Nara memukul lengan Enzo, membuat pria itu tertawa. Bahkan Enzo tertawa kencang, baru kali ini Nara melihat nya. Ternyata Enzo sangat tampan kala tertawa, Nara baru menyadari itu. Tangan Enzo meraih tangan Nara untuk duduk dipangkuan nya, kali ini Nara mode pasrah saja. Mood Enzo yang marah-marah tadi telah hilang, dan Nara tidak mau memancing nya lagi. Enzo memeluk Nara erat, mencium aroma Nara yang membuat nya tenang. “Kak
"Kak.. hentikan!" histeris seorang wanita cantik yang menangis kencang, ia di dorong oleh pria yang tak lain adalah kakak tirinya. "Aku harus melakukan nya sekarang, diam! dan cukup nikmati saja." ancam Enzo, ia sudah dikuasai oleh nafsu sekarang. Kinara kini sudah terbaring di atas ranjang berukuran king size, ia mundur perlahan-lahan kala melihat Enzo yang sibuk membuka kemeja putih nya. Tangis Kinara pecah, ia menangis kencang sekalipun Kinara tahu jika Enzo juga tidak akan perduli. kini bahkan, Enzo sudah full tanpa sehelai benang pakaian sedikit pun. Mata Kinara terpejam kala melihat benda berukuran besar yang tegang, benda yang baru pertama kali ini ia melihat nya. Kinara takut sekali, ia berteriak meminta tolong. "Siapapun, tolong aku!! tolong!" Teriak Kinara histeris, Enzo tersenyum misterius. Wajah tampan itu seperti tidak memikirkan apapun kecuali pelepasan malam ini . Enzo menarik kaki Kinara untuk lebih dekat dengannya, ia mencium kaki putih mulus itu dengan penuh ga
Silau sinar matahari membuat Enzo terbangun dari tidur nya, ia menggeliat karna terasa nyaman dari tidur nya. Kala mata Enzo terbuka, ia melihat Kinara yang duduk di lantai dengan menangis. "Nara.." lirih nya, kedua mata menyedihkan itu menatap kearah nya. DEGJantung Enzo seakan mau berhenti berdetak, seketika Enzo langsung bangkit dari tempat tidur. Mata nya melihat bercak darah yang terlihat jelas di seprai, ia langsung mengusap usap wajah nya kasar. Enzo ingat sekali jika tadi malam ia memaksa adik tirinya untuk memuaskan hasrat bejat nya, ia diberi pil perangsang oleh sang kekasih. Hingga tak bisa menahan lagi, kepala Enzo sakit mengingat apa yang telah terjadi. Kinara menangis kencang dengan tubuh tanpa sehelai pakaian, ia memeluk dirinya sendiri. Enzo memakai celana pendek nya, perlahan ia berjongkok kepada Kinara. Ia merasa bersalah, dan merasa orang paling jahat sekarang. "Maafkan aku, aku akan bertanggungjawab." Kata yang keluar dari bibir Enzo membuat mata bening Kinar
Kinara berjalan perlahan-lahan menuju Bathroom untuk membersihkan diri, milik nya masih sangat sakit sekali. Bahkan Kinara merintih kesakitan kala kaki nya melangkah, milik Enzo memang sangat besar. Sehingga sangat menyakiti nya, apa lagi Enzo melakukan pergerakan yang brutal. Dengan perjuangan penuh, kini Kinara sudah berada di dalam Bathroom. Ia mengisi bathup dengan air hangat, sambil menunggu Kinara menatap dirinya di depan cermin. Banyak bekas gigitan di seluruh tubuh nya, ia menangis melihat dirinya yang sudah tak suci lagi. Kinara ingat dengan kejadian tadi malam, ia baru saja selesai dengan kegiatan nya menonton acara drama Korea. tenggorokan nya sangat kering, hingga membuat Kinara harus keluar dari kamar nya. Kinara meminta kepada Ayah tirinya untuk memiliki kamar di lantai bawah saja, karna menurutnya akan lelah naik turun tangga setiap hari. Relga, Ayah dari Enzo menyetujui nya. Saat Kinara mengambil minum, ia kaget setengah mati kala mendapatkan pelukan dari belakang.
Karna tidak mendapat jawaban dari Kinara, Enzo menarik tangan Kinara untuk pergi menuju mobil. Tentunya Kinara memberontak, ia takut jika pemerkosaan itu kembali terjadi. "Lepaskan aku!" Teriak Kinara dengan kencang, ia menggigit lengan dari Enzo. Enzo berteriak kesakitan, kali ini ia berada dalam kesadaran yang nyata. Tentunya merasakan sakit, tidak seperti tadi malam. Enzo menatap tajam Kinara, wanita itu menunduk takut dengan perbuatan nya. "Tatap aku!" Sentak Enzo, ia benci karna Kinara selalu memilih menatap lantai dari pada dirinya. Perlahan Kinara menatap kearah nya, mata yang sangat indah bagi Enzo. "Aku akan bertanggungjawab atas perbuatan ku, aku akan menikahi mu." kata dari Enzo membuat Kinara terkejut. "Kau gila, kak!" Sentak Kinara, ia tidak mengerti dengan arah pembicaraan Enzo. "Kau tahu sekali bukan, kita adalah kakak adik..""Tiri, kita kakak adik tiri! hubungan kita bisa berubah kapan pun, aku harus memastikan dirimu tetap berada di pengawasan ku." Jelas Enzo,
Tangan Kinara ditarik oleh Enzo, ntah kemana pria itu mau membawa nya. Enzo terus membawa Kinara menuju kamar pribadi nya, tidak perduli dengan para pembantu yang melihat mereka. Kinara berusaha melepaskan tangannya, ia benci kala Enzo benar-benar menganggap nya selayaknya barang. Enzo menyuruh Kinara untuk duduk di sofa kamar nya, Kinara pun patuh saja. Baru kali dirinya masuk ke kamar kakak nya, kamar nya lebih luas dari kamar nya. Dengan nuansa yang lebih kelihatan manly dan banyak foto kecil Enzo yang menggemaskan. Kinara memerhatikan sekeliling nya, ia memikirkan Enzo yang sedang apa di ruang ganti pakaian. "Sedang apa dia? apa mau melakukan hal gila lagi?" batin Kinara. Kinara bangkit, ia tidak tahu kenapa memiliki jiwa yang patuh kepada pria itu. Sekalipun Enzo adalah suaminya, atau lebih tepat kakak nya menurut Kinara tetap lah sama. Tidak seharusnya ia sepatuh ini, perlahan Kinara bangkit dan ingin pergi dari kamar Enzo. "Mau kemana?" suara berat itu menghentikan langkah
"Duduklah, diam dan jangan banyak protes." kata dari Enzo membuat Kinara pasrah. Ia tidak bisa pergi dari ruangan ini, dengan penuh kebencian Kinara duduk di sofa. Ia menatap ke arah jendela besar yang ada dibelakang Enzo, tatapan nya jauh sekali. Enzo menghela napas berat nya, ia duduk di kursi kerja nya sambil memerhatikan Kinara yang sudah diam tidak melakukan hal apapun lagi. "Jika lapar, ambil makanan di lemari itu." Ucap Enzo, Kinara mengangguk saja. Kinara memerhatikan ruangan kerja milik Enzo, ia bangkit untuk melihat lebih dekat lagi. Kinara melihat ada foto Enzo dengan mendiang ibu nya, Kinara ingat dengan kata dari Relga."Ibu Enzo meninggal karena kecelakaan bersama dengan Enzo, disaat kecelakaan itu nyawa nya hilang."Kinara menjadi kasihan, ia tahu rasanya kehilangan orang yang tersayang. Rasa sakit yang teramat saat ia kehilangan ayah nya, Kinara melihat senyum yang lebar terbit diwajah menggemaskan itu. Kinara tidak menyangka jika Enzo bisa tersenyum lebar seperti
"Kenapa?" tanya Enzo lagi, Kinara tidak mengerti dengan arah pemikiran Enzo. "Kenapa kau malah menanyakan hal itu, kak? ini soal hubungan kita, sudah cukup! jangan jalani hal gila ini lagi, mari melupakan semua nya." Jelas Kinara lebih terperinci lagi. "Aku tidak mau, tugas mu.. cukup diam. Dan serahkan semua urusan nya kepada ku, jangan pikirkan apapun." kata Enzo dengan wajah tenang nya, ia tidak mau mendengar bantahan apapun. Seketika tangan Kinara mengepal, ia kesal dan marah karena Enzo tidak mengerti dengan perasaan nya. Kinara berlalu pergi begitu saja, dan Enzo sudah membuka pintu itu. Karna Kinara kalau sudah marah tidak akan peduli dengan sekitar nya, hanya terus melangkah mengikuti naluri hatinya. Mata tajam Enzo menatap kepergian Kinara, terus hingga bayangan wanita itu tidak terlihat di matanya. "Dia hanya menatap ku, kala membahas perpisahan saja." Ucap nya, Enzo tidak suka itu. Enzo ingin Kinara terus menatap nya, memerhatikan dirinya dalam hal apapun. Tidak memal