Share

5. Jatuh Sakit

Timmy mendatangi Kimberly dengan raut wajah cemas. Dia semakin tidak mengerti dengan pernikahan yang majikannya jalani, namun dia tidak mempunyai hak untuk mencampuri urusan mereka.

“Ada apa dengan wajahmu? Apakah kamu sakit?” tanya Kimberly ketika melihat Timmy mendekat dengan wajah pucat.

“Tuan Richard sama sekali tidak mau makan, saya khawatir dengan kesehatannya,” jawab Timmy.

“Sampai sekarang Richard belum mau makan juga? Sudah hampir seminggu aku memberinya waktu untuk merenung karena dia harus tinggal di Woodstock. Aku kira kemarahannya akan redam dengan sendirinya, namun tetap saja dia bersikap keras kepala. Ini tidak bisa dibiarkan, aku akan bicara dengannya,” ujar Kimberly yang kemudian pergi ke kamar pria itu untuk bicara dengan suaminya.

Dia tidak peduli Richard akan semakin marah dengan kedatangannya, yang penting pria itu mau makan demi kesehatannya.

Ketika Kimberly membuka pintu kamar, suasana di dalamnya diliputi kegelapan karena tirai jendela kamar yang masih tertutup rapat sehingga cahaya matahari sulit untuk masuk. Sebelum membangunkan Richard, Kimberly berjalan ke arah tirai tersebut dan membukanya, membiarkan matahari pagi yang hangat masuk ke kamar.

“Richard, bangunlah! Kamu harus makan,” ucap Kimberly membalikkan tubuhnya dan berjalan ke ranjang suaminya.

Kening Kimberly berkerut heran ketika melihat wajah Richard yang tampak lebih merah dari biasanya, tidur Richard juga terlihat terlalu tenang tanpa terusik dengan kedatangannya. Sadar ada yang tidak beres, Kimberly langsung berlari dan naik ke ranjang.

“Richard, bangun!” serunya sambil menepuk-nepuk pipi suaminya, tetapi tidak ada respon.

“Astaga, kenapa tubuhmu panas sekali? Bangun Richard! jangan membuatku takut.”

Kimberly masih berusaha membangunkan suaminya dan berharap jika pria itu hanya pura-pura tidak sadarkan diri. Namun hatinya tetap merasa jika Richard tidak sedang baik-baik saja.

“Timmy!” teriak Kimberly meminta bantuan.

Tak lama kemudian, Timmy masuk ke kamar sambil lari tergopoh-gopoh karena tidak biasanya Kimberly berteriak keras memanggil namanya.

Saat Timmy masuk ke kamar dan melihat keadaan Richard yang sedang berusaha dibangunkan Kimberly, wajah wanita tua itu langsung memucat. “Ada apa dengan Tuan Richard?”

“Cepat panggilkan dokter! Richard harus segera mendapat pertolongan,” perintah Kimberly tanpa menjawab pertanyaan Timmy.

“Baik Nyonya,” ucap Timmy yang langsung keluar dari kamar dan memanggil dokter terdekat di daerah tersebut.

Beruntung dokter yang Timmy panggil segera datang. Dia langsung memeriksa keadaan Richard dan menanganinya dengan baik, membuat kepanikan Kimberly berangsur turun.

“Bagaimana dengan keadaannya suamiku, Dok?” tanya Kimberly ketika dokter itu selesai memeriksa Richard.

“Tuan Richard mengalami dehidrasi sehingga tubuhnya sangat lemah dan tekanan darahnya rendah. Dia mengalami hilang kesadaran, beruntung kita tidak terlambat menolongnya. Jika sedikit saja terlambat, maka nyawa Tuan Richard bisa saja tidak tertolong,” jawab dokter itu yang membuat tubuh Kimberly gemetar ngeri.

Dia tidak bisa membayangkan jika tadi menemukan Richard dalam keadaan tak bernyawa di atas ranjang. Jika hal itu terjadi, maka itu akan menjadi akhir dari hidupnya juga karena keluarga Jackson pasti akan menyalahkan dan menuntutnya atas kematian Richard.

“Apakah kita harus membawanya ke rumah sakit?” nada Kimberly terdengar bergetar ketika mengatakannya.

“Akses ke rumah sakit agak sulit dan beresiko, saya sudah memasang infus sebagai nutrisi agar cairan tubuh yang dibutuhkan Tuan Richard bisa terpenuhi dan saya juga telah memberinya obat untuk menurunkan demamnya. Pastikan saja Anda sering-sering memberi minum kepada Tuan Richard,” jelas dokter tersebut.

“Kapan aku harus memberinya cairan rehidrasi yang Dokter resepkan?”

“Sebelum dia sadar, Anda bisa meneteskan secara periodik ke mulut Tuan Richard untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang lebih parah. Jika sudah bangun, Anda bisa memintanya meminumnya. Jika resep yang saya berikan sudah habis dan saya belum bisa datang untuk memeriksa keadaan Tuan Richard kembali, Anda bisa menyiapkan minuman dengan menambahkan garam dan gula.”

Kimberly mengangguk mendengarkan dan memahami semua petunjuk yang dokter berikan. Dia tidak ingin kecolongan lagi hingga tidak tahu jika Richard sakit parah.

“Hubungi saya jika sampai nanti malam Tuan Richard belum sadar.”

“Baik Dok, terima kasih atas bantuannya.”

Setelah dokter itu pergi, Kimberly mengambil air hangat dan handuk bersih. Sebelum hilang kesadaran, Richard pasti mengalami demam sehingga pakaiannya basah karena keringat. Dia pun membuka pakaian Richard dan membersihkan tubuh pria itu.

“Kenapa kamu begitu keras kepala? Tidak ada untungnya kamu sakit seperti ini. Kenapa tidak kamu terima saja tempat ini? kita bisa hidup dengan baik di sini,” gumam Kimberly sambil mengusap tubuh suaminya dengan handuk yang dibasahi dengan air hangat tersebut. Dia tidak peduli jika omelannya tidak didengar oleh Richard.

Hari itu, Kimberly sama sekali tidak meninggalkan Richard. Dia selalu memeriksa keadaan suaminya dan bisa bernafas lega saat suhu tubuh Richard berangsur normal. Kimberly membuat cairan yang dokter resepkan untuk Richard dan secara berkala meneteskannya di permukaan mulut Richard.

Menjelang sore, Kimberly merasa sangat lelah dan kelopak mata pun terasa berat, tanpa sadar dia tertidur di kursi yang ada di kamar itu.

Richard membuka mata dengan merasa sangat haus. Matanya berkunang-kunang dan dia butuh beberapa menit untuk bisa melihat dengan jelas. Dirinya terkejut ketika melihat selang infus yang terpasang di tangannya dan melihat Kimberly yang tertidur pulas di kursi.

Richard berusaha mengingat kembali apa yang terjadi. Terakhir kali dia melakukan olahraga ekstrim untuk melatih kakinya. Dia tidak bisa terus berada di kursi roda dan Johana dengan mudah mempengaruhi papanya.

Keinginan untuk bisa berjalan kembali membuat Richard terus berlatih setiap hari dan terus menambah jam latihannya. Hari itu saat dirinya melatih kakinya untuk berjalan selama beberapa jam, tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing.

Dia menghentikan latihannya dan berniat untuk berbaring sebentar sebelum mandi dan membersihkan dirinya. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa lagi.

Matanya menelusuri sudut kamar, untuk mengamati sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri. Matanya terhenti ketika melihat wajah polos Kimberly yang tertidur. Wajah itu seperti magnet yang membuat Richard terus menatapnya. Untuk beberapa saat, dirinya seakan tenggelam dalam keteduhan wajah itu.

Richard menggelengkan kepala saat menyadari dia baru saja terpesona dengan kecantikan Kimberly. “Saat ini bukan waktunya untuk memikirkan wanita. Fokusku tidak boleh teralihkan, aku harus bisa kembali ke kota dan merebut kendali Johana atas papa dan kekayaan Jackson,” batinnya.

Lamunan Richard buyar ketika melihat Kimberly mulai terbangun dari tidurnya. Dengan cepat Richard kembali menutup mata dan pura-pura tidur.

Tatapan Kimberly langsung tertuju pada suaminya. Dia beranjak dari kursi dan mendekati ranjang. “Richard, apakah kamu belum bangun? Bangunlah! Jika kamu tidak bangun, aku khawatir harus membawamu ke rumah sakit.”

Tangan Kimberly mengusap pipi Richard untuk membangunkannya. Dia tidak menyangka jika tiba-tiba Richard membuka mata sehingga mata mereka bertabrakan dan saling menatap. Tubuh keduanya membeku karena sama-sama terkejut atas kondisi yang tak terduga tersebut..

“Menyingkirlah dariku!” ucap Richard dingin setelah dia mendapatkan kesadarannya kembali.

Kimberly dengan cepat menjauhkan tubuhnya karena perkataan Richard. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Kimberly menyembunyikan rasa gugupnya karena kedekatannya dengan Richard.

“Itu bukan urusanmu, pergilah dari kamarku!” usir Richard.

Pria itu berusaha duduk dengan susah payah karena tubuhnya terlalu lemah. Kimberly yang mengetahui kesulitan Richard, berusaha untuk menolongnya, tetapi Richard menyingkirkan tangan Kimberly.

“Kamu adalah suamiku, jadi apapun yang terjadi padamu akan menjadi urusanku,” tegas Kimberly berusaha untuk tidak sakit hati atas penolakan Richard.

“Suami ...? bahkan pernikahan kita hanyalah sandiwara. Jangan mengada-ngada dan melebih-lebihkan. Pergilah! aku ingin tidur dan istirahat.”

“Kamu harus minum obatmu dulu sebelum tidur,” ucap Kimberly berusaha untuk tetap pada pendiriannya.

“Aku tidak butuh obat, untuk apa aku meminumnya.”

Kening Kimberly berkerut kesal dengan sifat keras kepala Richard. “Kamu hampir mati Richard dan kini kamu bilang tidak butuh obat? Bersikaplah waras untuk sebentar saja, hentikan rasa marahmu itu yang malah merugikan dirimu sendiri.”

“Aku tidak butuh saran dan nasehatmu,” ucap Richard dingin.

Kimberly menghela nafas panjang, berusaha bersabar menghadapi suaminya. Dia kemudian mengambil obat, menaruhnya di sebuah sendok dan mengulurkannya pada Richard, tetapi pria itu memalingkan wajah menghindari obat yang Kimberly berikan.

“Aku tidak sakit, minum saja sendiri jika kamu memaksa.”

Geram dengan sikap Richard, Kimberly mengambil keputusan gila. “Baiklah, aku akan meminumnya,” ucap Kimberly yang membuat Richard terkejut.

Mata pria itu terbelalak ketika Kimberly benar-benar meminum obatnya. Yang tidak Richard sangka ketika Kimberly meraih dan menahan kepalanya.

Bibir wanita itu menempel di bibirnya dan dengan paksa Kimberly memasukkan obat ke dalam mulutnya melalui mulut wanita itu, Kimberly memastikan jika suaminya telah menelan obatnya.

Richard secara spontan mendorong tubuh Kimberly hingga wanita itu jatuh dengan keras ke lantai kamar, dia terbatuk karena obat yang masuk ke dalam tenggorokannya.

“Kamu gila!” teriak Richard mengumpat dengan keras.

“Hanya orang gila yang bisa bertahan dengan pria pemarah sepertimu,” ucap Kimberly yang kemudian berdiri dan keluar dari kamar Richard.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Agustina Slamet
kok baca novel berbayar
goodnovel comment avatar
Fiiz Hap
sabarnya kimberly
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status