Share

Bab 5 Wanita Kuat

Author: Iin Romita
last update Last Updated: 2024-10-19 09:25:55

Setelah keadaan Damar membaik, ia pergi ke Jakarta mencari Hanna. Tidak ada informasi yang jelas mengenai gadis itu, ada yang mengatakan ia di adopsi keluarga kaya dan mereka menyembunyikan identitasnya. Entahlah keluarga Amar tidak dapat menemukannya. Dan terpaksa Damar kecil di ajak tinggal di luar negeri bersama ayah dan ibunya hingga ia dewasa.

Terdengar suara ketukan pintu terdengar keras di telinga Damar. Hingga membuyarkan ingatannya tentang Hanna.

"Permisi!"

"Masuk!"

Wanita menyebalkan itu kembali terlihat dari pandangannya. Damar mengalihkan wajahnya, malas.

"Ada perlu apa kau datang ke mari? Apa kau tidak bisa mengerjakan tugasmu dengan baik? Hah!! Aku minta kau mengirimkan hasil pekerjaan itu jam dua siang. Apa telingamu tu li!!" Hentakan itu membuat Anna terkejut.

"Maaf, Tuan Damar. Saya hanya memberikan informasi—jika terdapat meeting mendadak bersama pemegang saham terbesar dari perusahaan Adiwijaya Group sebelum jam sebelas."

Damar menghembuskan nafas kasar. Anna memperhatikannya.

"Cancel!! Hari ini aku tidak ada keinginan untuk bertemu orang luar!"

"T—tapi Tuan ..."

Damar berdiri dengan cepat, ia mendorong kursi kebelakang dengan kakinya, berjalan mendekati Anna dengan langkah tegap setelah sampai di hadapannya, Damar menarik rambutnya yang panjang.

Sorot matanya menakutkan, hingga Anna penutup matanya. "Ah, sakit."

"Aku tidak butuh ocehan mu, Anna!! Kau tidak berhak memerintahkanku. Kau tahu!! Aku disini adalah Presiden Direkturnya!! PAHAM!! Aku sama sekali tidak peduli dengan semua ucapanmu!!" bentaknya hingga telinga Anna sakit.

Suara dengungan itu makin keras, sampai ia harus menarik benda kecil yang menempel di lubang telinganya.

Damar merampas benda dan membantingnya. Karena dilihat tidak rusak, ia gunakan sepatunya untuk menginjaknya hingga remuk. Puas rasanya ia melakukan itu.

Anna terkejut. Kali ini ia tidak bisa menangkap suara Damar. Hanya pergerakan mulutnya saja ia bisa lihat kalimat apa yang diucapkan.

"Tuan? Anda sangat kejam," pekik Anna tidak percaya.

"Ya aku memang kejam! Apa kau tidak tahu? Dasar wanita tu li!! Aku muak melihat wajahmu! Pergi kau dari ruangan ku!!"

Samar-samar Anna bisa melihat kalimat yang diucapkan.

"Sayang sekali kau tidak bisa mendengarkan teriakanku! Harusnya kau lebih tersiksa karena kau akan tiap saat mendengarkan aku memarahi mu!" ucap Damar. Entahlah kali ini, Anna tidak tahu ia mengucapkan apa.

Damar berulang kali mendorong tubuhnya sampai ia harus menyeret tangannya, mengeluarkan Anna dari ruangannya.

Perih, sakit hati, itulah yang saat ini dirasakan Anna. Ia yang hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya mencoba untuk tetap tegar dan berdiri kuat.

"Tuan Damar. Anda sangat kejam padaku." Anna mengusap kasar bulir airmata yang tiba-tiba menggelincir bebas ke pipi.

Ia kebingungan. Tanpa alat bantu pendengaran itu, ia tak dapat menangkap suara apapun.

Seseorang menabraknya dari belakang. Ternyata Asisten Lian.

"Maaf, Nona. Saya tidak sengaja."

Lama Anna merespon. Ia hanya mengulas senyum dan menundukkan kepala, yang tidak dimengerti Asisten Lian.

Saat Anna beranjak pergi, dua manik mata Lian fokus menatap sebuah gelang yang melingkar di pergelangan tangan Anna.

"Gelang itu?" ucapnya lirih. Ia perhatikan dengan seksama.

Cepat ia merogoh saku jasnya. Mengeluarkan sebuah kotak dengan dinding kaca. Ini adalah duplikat gelang. Yang asli hanya di simpan Damar. Terlihat di sana gelang itu memang sama persis. Tak ada bedanya. Pikiran pun mengarah ke sana...

"Nona Anna??" ...

....

Denting jam berbunyi, pandangan Anna mengarah pada jam dinding.

"Sudah pukul dua. Pekerjaan ini hampir selesai." Buru-buru Anna merapikan berkas di mejanya. Dan beranjak dari ruangannya menuju ruangan Damar.

"Aku harus buru-buru sebelum pria itu kembali murka. Aku paham pria apa sebenarnya dia." Dengan mengembuskan nafas berat ia sedikit berlari.

Anna mengetuk pintu berulang kali. Ia tak tahu bagaimana ia bisa dengar jika Damar sudah mengizinkannya masuk.

Terpaksa ia membuka saja pintunya. Ia anggap pria itu sudah menyuruhnya masuk. Anna membuka pintu dengan hati-hati.

Saat pintu sebagian terbuka. Kembali ia dikejutkan melihat sosok Damar sudah berdiri di belakang pintu. Dari wajahnya ia tak menunjukkan wajah senang. Sungguh Anna bagaikan hidup dalam penjara.

Damar mengangkat tangan, menunjuk jam tangan berwarna hitam dipergelangan nya, tanpa membuka mulut. Jari telunjuk kanan menunjuk angka di sana.

Anna melihat di sana jarum jam pendek berada di angka dua dan lebih dua menit. 'Sudah lewat dua menit. Apakah aku sangat terlambat?'

"Kau sudah melebihi waktu yang ku sebutkan, Anna!!" ucap Damar. Anna terus memperhatikan gerak bibirnya.

"Saya minta maaf, Tuan. Saya hanya terlambat dua menit," ucapnya membela diri.

"Dua menit adalah waktu yang sangat berharga bagiku. Bagimu dua menit tidak ada artinya!!" bentak Damar.

Damar mengingat, jika dalam waktu dua menit itu ia gunakan untuk menolong Hanna dulu, gadis itu akan selamat dan mereka tidak akan terpisah. Itu adalah kesalahan terbesarnya.

Seperti yang sudah dipikirkan Anna, Damar merampas berkas yang di bawa Anna dan menjatuhkan dengan keras ke lantai. Kaki kanan, adalah kaki yang sama saat ia menginjak alat bantu pendengaran Anna.

Damar menunduk mengambil berkas kotor itu dan melemparkannya ke tong sampah.

'Dasar pria iblis!' umpat Anna dalam hati. Tak ada pilihan lain, ia terpaksa diam dan tidak membantah.

"Kerjakan kembali pekerjaan itu wanita tu li!! Aku tidak mau melihat kegagalanmu bekerja dihari pertamamu!! Kau bisa baca pergerakan mulutku kan!!"

Anna mengangguk kepala. Meski sakit rasanya, hampir ia meneteskan air mata. Namun ia tahan saja. Ia menundukkan kepala dan segera pergi.

Saat Anna pergi ...

"Cih!! Menyenangkan sekali menindas wanita itu seperti ini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
senyum2 j dulu damar sebelum nanti km nyesel kalau km tau siapa Anna yg km Hina setiap hari
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 29

    Delia bingung apa yang ingin dijawabnya. Sedangkan ia tak mendengar pria itu mengatakan apa."Hanna ... Sepertinya kamu sangat merindukan tempat ini. Hingga kamu tidak dengar perkataanku."Hanna tersenyum. "Ya, Damar. Banyak kenangan di sini." Tidak berani bicara banyak-banyak takut Damar bertanya macam-macam.Beberapa kali ia bertanya lewat ponselnya pada Asisten Lian, ia tidak ingin salah dalam menjawab. Ia mengetik cepat dalam pesan chat. [Ini rumah siapa, Sayang?]Lian pun lekas membalas. [Rumah Damar, Sayang.]Damar hanya melihat Hanna sepintas. Ia membebaskan dia bermain dengan gawainya. Ia pun tidak curiga dengan mereka.Damar pun berjalan melihat-lihat kondisi ruangan yang tidak terawat itu. Tanpa sadar ia menginjak sesuatu. Melihat ke bawah sebuah pigura yang dijatuhkan Anna tadi.Gegas ia membungkuk untuk mengambil. 'Foto ini terjatuh di lantai. Dan kacanya bersih dari debu. Aneh sekali.' pikir Damar.Menepis semua praduga. Senyum terbit di sudut ditunjukan di bibirnya. Ia

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 28

    Damar segera memeluk tubuh Delia erat. "Jangan katakan apapun lagi, aku sudah katakan. Tidak terjadi apapun di dalam kamar mandi itu, Hanna. Percayalah."***Pagi itu ..."Tuan Damar, hari ini aku minta izin untuk keluar. Aku sangat merindukan tempat tinggal ku dulu. " Anna berdiri dengan takut—meminta izin pada Damar yang kala itu sedang menyeruput kopi di depan rumah. Tidak sedetikpun ia menengok Anna disampingnya."Tuan ... Apa saya mohon berikan saya izin."Karena risih Damar menoleh cepat. Tangannya yang Kokok dan kekar menggebrak meja. Hingga cangkir berisi kopi yang tinggal separuh itu tumpah."Aku tidak perduli, kamu mau pergi ke manapun! Pergi saja sesuka hatimu, wanita hina!" umpatnya. Setelah itu ia berdiri meninggalkan Anna seorang diri.Karena Damar telah menjawab demikian, ia pun pergi. Anna mengayunkan kakinya pergi, sampai di pintu gerbang, Anna berpapasan dengan Asisten Lian. Pria itu menghentikan mobilnya, dan keluar menghampiri Anna."Maaf Nyonya, saya menghalangi p

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 27

    Sore itu, Anna yang baru selesai mandi di kamar tamunya merasa panik. Keran air tiba-tiba berhenti mengalir saat ia masih penuh dengan busa sabun. Matanya perih karena busa yang masuk ke dalamnya, dan dalam kebingungan, ia meraba-raba keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.Anna dalam hati, panik. "Aduh, kenapa airnya mati sih sekarang?! Aduh, mataku... Pedih! Bibi! Bibi! Tolong!"Sambil meraba-raba dengan satu tangan, yang lain mengusap-usap matanya yang perih, ia berhasil menangkap lengan seseorang yang ia kira adalah asisten rumah tangga. Tanpa berpikir panjang, Anna langsung ditarik olehnya.Anna berjalan penuh kehati-hatian. Ia mengira seseorang yang berada di hadapannya itu adalah asisten rumah tangga yang akan membantunya. Tapi ..."Bik. Antarkan aku ke kamar mandi kamu Bik! Kran dikamar mandi ku tidak keluar. Cepat Bik, tuntun aku. Mataku pedih sekali. Aku malu jika Tuan Damar nanti melihatku seperti ini, aku takut jika dia berpikir macam-macam terhadapku,

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 26

    Delia mendekati Anna dan bertanya, "Aku tidak akan membiarkan Damar meninggalkan kamu, Ann."Anna tersenyum tanpa sepengatahuan nya. 'Dasar pembohong besar kau. Bilang saja saat ini kau tengah ketakutan, jika kedokmu Terbongkar!' batin Anna."Sudahlah. Banyak asisten rumah tangga yang akan menemani dia. Lagian, aku tidak ingin melihatnya bermanja-manja di kediaman ku. Aku bisa tegaskan padanya, jika dia bukan siapa-siapaku? Dia hanya istri di atas kertas!!" Berbicara tanpa melihat ke arah Anna. Hanna palsu datang menghampirinya dengan senyum yang tampak tidak tenang, meski dalam hatinya, rasa takut menggeliat. Ia tahu, jika Damar benar-benar akan membawanya ke desa itu, semua kebohongan yang selama ini ia jalin bisa runtuh dalam sekejap. "Aku sudah memutuskan, Hanna. Kita akan pergi ke desa itu sekarang. Hari ini aku mau libur untuk bersamamu saja. Aku ingin kembali ke tempat di mana semuanya dimulai," ucap Damar dengan nada datar.Delia terkejut mendengar ketegasan suara Damar. Jan

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   bab 25 Mulut Buaya

    'Sial! Wanita itu mengetahui aku ketiduran di sini! Pasti dia berpikir yang bukan-bukan! Aku tidak mau kehilangan harga diriku jika sampai dia memiliki pikiran demikian.'"Tuan, kenapa saya bisa di kamar tidur Anda?" Sungguh Damar menganggap itu sebuah pertanyaan b0d0h. Bagaimana ia memiliki pikiran demikian? Sudah jelas-jelas tadi malam keadaannya sangat lemah."Dasar wanita hi na! Kamu jangan anggap aku perduli terhadapmu!"Anna memegang kepalanya, terasa sakit. Damar yang mengetahui itu diam saja. Hampir saja mulutnya keceplosan akan mengutarakan pertanyaan perkara keadaannya. 'Huft ... Hampir saja.'Bibi datang, sebelum ia bertanya ia menundukkan kepala. "Maaf Nyonya ... Bagaimana keadaan Anda sekarang?"Pertanyaan bibi membuat Damar lega. Ia selamat dari cecaran Anna. Meski ia minim bertanya, tapi Damar dapat menangkapnya.Anna mengambangkan senyuman. "Syukurlah, Bu. Anna tidak apa-apa. Keadaan Anna sudah membaik. Bibi tidak perlu khawatir."Mendengar itu Damar sendiri ikut mera

  • Istri Tuli Yang Kau Campakkan itu Ternyata....   Bab 24 Keadaannya Buruk

    "Anna ... Bangun! Kau dengar suaraku 'kan?" Damar menepuk-nepuk pipi Anna beberapa kali. Wanita itu masih terpejam tubuhnya sangat lemas.Terlihat dari wajah Damar tampak sekali mengkhawatirkan keadaan Anna. "Seharusnya aku tidak menghukum mu dengan cara seperti itu, Anna."Damar berdiri di sisi tempat tidur, perasaannya campur aduk saat memandang Anna yang terbaring tak sadarkan diri. Tubuhnya gemetar, bukan karena dingin, tetapi karena rasa bersalah yang terus membayanginya. Kenapa ia begitu kejam pada Anna? Bagaimana bisa ia membiarkan perempuan itu menderita hingga kondisinya seperti ini? Penyesalan mulai merayap di setiap sudut hatinya.Suara langkah kaki asisten rumah tangga terdengar mendekat. Wajahnya penuh kekhawatiran saat melihat Anna yang masih terpejam di atas tempat tidur.Bibi ikut gelisah, dengan nada cemas. "Tuan Damar. Kenapa tidak membawa Nyonya Anna ke rumah sakit saja? Dokter keluarga belum juga datang. Saya takut kondisinya makin buruk..."Damar terdiam sejenak,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status