Share

Istri Yang Dilupakan CEO
Istri Yang Dilupakan CEO
Author: Pinnacullata

Ch. 1 Pelacur

Seperti kata pepatah, sepintar -pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Setelah berhasil menyembunyikan percintaan terlarangnya dengan Kevin, Bianca Thomas gagal menyembunyikan kehamilan pada mama tirinya.  

Begitu pula perasaan Bianca saat Alice, mama tirinya menatapnya dengan penuh amarah. Bianca sama sekali tak bisa menutupi apapun dari mama tirinya. 

Wanita itu memegang benda pipih berwarna putih itu sambil menatap Bianca tidak percaya. Bianca sudah hamil dan mengacaukan semua rencana mama tirinya.  

Sebenarnya ini adalah cara penolakan Bianca, atas perjodohannya dengan Noel Klein, CEO dari Goro Grup. 

Tapi rencananya yang brilian itu gagal karena ternyata, Kevin yang menjadi tumpuan harapan Bianca malah mengkhianatinya dan menghilang.

Alice sudah sangat senang saat Karen, mama dari Noel Klein, setuju untuk menjodohkan anak mereka. 

Pernikahan pun juga sudah mulai disiapkan, tapi kenyataan seperti ini, membuat Alice hampir mati berdiri. 

"Bagaimana anak tirinya bisa berbuat sebodoh ini sampai hamil? Disaat dia seharusnya menikah dalam beberapa bulan ke depan?" pikir Alice dengan penuh emosi. 

Dia menatap anak tirinya yang meringkuk di atas tempat tidurnya. Walau terlihat mahal, kamar Bianca pengap dan berbau keringat.

"Dasar pelacur! Bikin malu! Bagaimana bisa kamu berbuat ini pada mama, papa!" hardik Alice sambil terus memukul tubuh anak tirinya. 

Alat tes itu dia lempar sampai mengenai wajah Bianca. Sakit atas lemparan itu membuat pelipis wanita muda itu berdenyut, namun Bianca Thomas menangis tersedu-sedu bukan karena itu, dia memegang benda pipih panjang bergaris dua itu dengan ketakutan. 

Dia sudah melakukan kesalahan fatal, segala rencananya gagal dan dia kembali terperangkap dalam kehidupan seperti boneka lagi. Dia adalah boneka cantik yang dimainkan oleh mama tirinya.

Dia benar-benar terperanjat saat mamanya menemukan benda itu, sebelum dia sempat bertemu kembali kepada Kevin kekasihnya. 

Alice meraung dengan penuh amarah dan kecewa. Bianca sendiri hanya bisa menutupi wajahnya dengan tangan yang sudah  penuh luka sabetan mamanya.

"Maafkan Bian mama," rengeknya pelan walau dia tahu percuma. Alice masih terus  memukulnya dengan penuh  emosi. Alice menatap anak tirinya itu dengan penuh kebencian. 

"Bisa-bisanya dia hamil, kalau begini kerjasama antara Goro Grup dan perusahaan mereka akan gagal," pikir Alice panik. 

Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu mengambil alat tes kehamilan dari tangan Bianca dengan  kasar. Dia menatap anaknya dengan penuh kebencian.

"Kamu tidak hamil, dan kamu harus masih perawan. Ini tidak  bisa dibiarkan, kamu akan mama proses hari ini juga, dasar anak nggak tahu diri, dasar sampah!" ujar Alice seketika merasa percuma mengeluarkan tenaga untuk marah. 

Dia segera pergi dan kembali mengurung Bianca di kamarnya. Alice harus mengurus kekacauan yang Bianca telah perbuat. Semoga saja operasi dapat membantu agar Bianca kembali perawan.

Suara pintu kamar yang terbanting tidak membuat Bianca terkejut. Hatinya sudah terasa hampa. Bianca lalu mengambil handphone-nya dan kembali mencoba menghubungi Kevin, tapi sambungannya langsung  masuk ke kotak suara. Seakan-akan pria itu sudah memblokir nomornya. 

Bianca dengan frustrasi membanting handphone-nya ke atas tempat tidur berwarna putih itu. Hatinya hancur sehancur hidupnya yang seperti sia-sia.

Tak lama, Alice segera menyeret anaknya bagaikan boneka cantik ke sebuah klinik yang dapat menjaga rahasia. Kesalahan Bianca harus diselesaikan hari ini juga. 

"Kotoran di rahim anak pelacur ini, harus segera dibersihkan, jangan sampai kesepakatan bisnis dengan Goro Grup hancur hanya karena kelakuan pelacur vréngsék ini," pikir wanita paruh baya itu dengan kejam. 

Bisnis mereka harus tetap bertahan, tidak boleh ada noda sedikitpun dalam pernikahan anak mereka.

Bianca menangis panik, dia tidak mau membuang anaknya. Anaknya ini adalah satu-satunya keluarganya selain papanya. 

Air mata berjatuhan dengan deras tapi Alice tanpa perasaan, dengan tega terus menyeretnya masuk ke klinik aborsi tanpa ampun.

"Maafkan  Bian, Mama! Jangan  buang bayi Bian Mama. Bian janji, Bian akan menuruti mama, apa saja, asalkan anak Bian hidup, maaafkan Bian, Mama," rengek Bianca tak terkendali.  

Rambut panjangnya kusut dan berantakan, ingus dan air mata bercampur di wajahnya yang mungil. Hidung dan mata bengkak memerah. 

Dia menatap mamanya memohon ampun sambil menahan tangan wanita paruh baya itu. 

Tapi Alice malah menatapnya dengan jijik dan segera melepaskan pegangan tangan Bianca seakan anak tirinya itu memiliki sakit kusta. Mama tirinya hanya terus menyeret wanita muda itu masuk tanpa peduli.

"Bereskan, ingat kamu harus tutup mulut, dan ... buat dia jadi perawan lagi!" ucap mama tirinya tanpa perasaan kepada bidan yang langsung mengangguk mengerti. 

Anak ini harus tahu diri dan akhirnya menghasilkan. Alice sudah banyak berinvestasi padanya, pernikahan Bianca Thomas dengan Noel Klein harus berhasil agar kondisi perusahaan mereka yang mulai merosot kembali aman. 

Bianca ditarik paksa oleh dua pria masuk ke sebuah ruangan kecil berwarna  putih kusam, dengan penerangan ekstra terang di tengah ruangan. 

Bianca memohon, tapi wajah semua orang di situ tertutup masker dan kaca mata. Tak lama bau yang menyengat membuat Bianca pusing lalu dia menjadi tak sadarkan diri.

Setelah semua proses selesai, Bianca yang masih lemah segera kembali dikurung di kamarnya yang pengap. Alice tidak akan mengambil resiko lagi anaknya melarikan diri dengan kekasihnya. Dia harus siap menikah beberapa bulan lagi. 

Dengan dingin mengancam wanita muda itu. “Jika kamu berani melakukan kesalahan sekali lagi, mama tidak akan menutupi lagi kesalahanmu, mama akan menceritakan semuanya ke Papa Bara!”  

Bola mata keemasan Bianca membesar dengan ketakutan. Ancaman itu selalu membuat Bianca ketakutan. 

Satu-satunya orang yang mencintai Bianca dengan tulus di rumah itu adalah papanya. Hanya pria itu yang Bianca miliki, keluarga satu-satunya di dunia ini.

Bianca tidak akan mau mengecewakan Papa Bara dengan skandal seperti ini. 

Rencananya gagal, sehingga yang bisa  Bianca lakukan hanya menggeleng cepat dengan bulir bening yang kembali membasahi pipi pucat di wajah tirus wanita muda itu.  Alice tersenyum senang dengan sinis. 

“Jangan mama, a-aku janji, a-aku tidak akan mengulanginya lagi, a-aku a-akan menuruti semua keinginan mama.”

Good, sekarang kamu harus istirahat, pulihkan dirimu, kamu harus terlihat cantik di hari pernikahanmu nanti!” perintah mamanya lalu mengunci pintu kamar Bianca. 

Dia menatap nanar ke arah pintu. Bayinya telah hilang, hasil cintanya dengan Kevin dengan mudah direnggut seperti itu. Dia terdiam seperti patung dengan air mata yang mengalir di pipi. 

“Bayiku, maafkan mama, mengapa mamamu ini begitu lemah dan tak berdaya? Kamu sudah pergi, haruskah mama ikut bersamamu?” tanya Bianca di dalam hati sambil mengelus perutnya yang rata. 

Dia mengambil handphone-nya, sudah jutaan kali dia menghubungi Kevin, meminta tolong. 

Tapi pria itu tiba-tiba menghilang ketika tahu Bianca hamil. Teleponnya segera masuk ke dalam voice call lagi. 

"Kevin, kamu dimana? Dasar vàngsàt, aku membutuhkanmu!" maki Bianca meraung dengan putus asa. 

Wanita itu lalu tidur meringkuk di tempat tidur. Celaan dari Alice kembali terngiang di benaknya, dia memang seperti pelacur. 

Setelah berhasil merayunya dengan rencana yang terlalu mengada-ada itu, dan membuatnya hamil, Kevin membuangnya begitu saja, seperti sampah. 

“Pelacur, sampah, aku memang seperti itu,” ucapnya lemah merasa dirinya sama sekali tidak ada harganya lagi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur Aini
bagus banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status