Share

6. Mengaku?

Bab 6 Mengaku?

"Sebenarnya, apa sih, Miya? Sudah dari kemarin ya, aku tanya baik-baik sama kamu! Sebetulnya apa sih, yang kamu sembunyikan dari aku? Kenapa kamu diam aja?" Elang semakin murka dan Miya masih diam saja.

"Coba berikan satu alasan padaku. Kenapa bisa siang-siang, kamu malah keluyuran di tengah pasar dengan keadaan kusam dan penampilan dekil begitu? Mana pakai bantuin orang angkat-angkat barang!

Kamu butuh uang?" tanya Elang kini dengan nada tinggi.

Sebetulnya dia tidak tega, jika harus berkata kasar. Apalagi menaikkan nada bicaranya pada sang istri. Hanya saja, rasanya Elang sudah emosi sekali.

Dia hanya berharap bahwa Miya itu mau, untuk menjelaskan semuanya. Bukan malah diam seribu bahasa, yang membuat pikirannya justru semakin menebak-nebak. Hal apa yang dilakukan oleh wanita itu di belakangnya?

"Iya, Mas, maaf! Aku juga melakukan hal itu di sela-sela waktu luang kan? Aku juga tidak melalaikan kewajibanku untuk melayanimu.

Maafkan aku, jika aku tidak meminta izin terlebih dahulu. Tapi, aku perlu uang untuk biaya orang tuaku yang sedang sakit, Mas. Maafkan aku!" Hanya itulah kalimat yang muncul dari bibir Miya.

Wanita itu masih saja menunduk. Dia memainkan jemarinya dan tak berani menatap Elang sedikitpun.

"Butuh uang? Butuh uang berapa lagi? Memangnya, uang yang aku kasih sama kamu selama ini masih kurang? Kenapa kamu nggak bilang aja sama aku, Miya? Kenapa kamu harus melakukan semua ini? Bukankah kamu itu istriku?" Elang menggelengkan kepalanya seraya menghembuskan napas panjang.

Hingga kemudian melanjutkan kalimatnya. "Sudah aku bilang, segala kebutuhan dan juga keperluanmu setelah menikah … biarlah menjadi tanggung jawabku! Tidak perlu kamu ikut mencari nafkah, apalagi sampai keluyuran dan bekerja keras seperti itu!

Ya sudah, aku maafkan. Tapi aku mohon sama kamu, jangan diulangi lagi ya! Memangnya orang tuamu sakit apa? Harusnya kamu bicarakan semua ini sama aku, jangan dihadapi sendiri!"

"Kamu punya aku, ya, Miya! Aku ini suamimu. Apa kamu sudah tidak mau menghargai aku lagi?" tanya Elang kini dengan suara yang lembut.

Emosinya sudah hilang entah ke mana saat ini, berganti dengan rasa simpati yang begitu dalam. Mana tega dia melihat mata Miya yang sudah berkaca-kaca? Dia jadi menyesal, karena tidak seharusnya tadi membentak-bentak istrinya itu.

Setelah mendengar alasan dan juga jawaban Miya, membuat hati Elang sedih. Ternyata dia merasa kurang bertanggung jawab pada istrinya, hingga tak tahu jika wanita itu kekurangan uang. Bahkan, sampai rela bekerja di luar sebagai buruh kasar. Seperti yang dia lihat secara jelas dalam video tadi.

"Iya, Mas!" sahut Miya langsung saja menganggukkan kepalanya.

Setidaknya, dia saat ini merasa sedikit tenang. Karena Elang tidak lagi menuntut banyak pertanyaan kepada dirinya. Mana mungkin dia menjelaskan semuanya? Tentang apa yang selama ini sudah terjadi. Lagi pula, suaminya itu juga belum tentu percaya. Miya hanya tidak ingin memancing keributan.

"Sungguh, aku jadi merasa bersalah kalau sampai melihat kamu hidup susah dan lelah seperti itu, Miya. Tolonglah, kamu mengerti! Aku banting tulang, aku juga kerja ambil lemburan. Semua ini buat kamu, Miya! Mana mungkin untuk memperkaya diriku sendiri?

Kamu juga tahu kan, bagaimana tujuanku untuk masa depan kita? Tolonglah, jika ada sesuatu atau mungkin kamu membutuhkan apa-apa. Kamu bisa bicarakan itu sama aku, kita akan tanggung dan hadapi sama-sama!

Jangan bekerja keras sendirian, Miya. Aku tak suka itu," ujar Elang yang kini langsung saja mengusap lembut kedua pipi Miya.

"Iya, Mas, aku minta maaf. Aku cuma nggak ingin merepotkan kamu saja. Aku tahu kamu selama ini juga banting tulang hampir 24 jam, tanpa lelah. Bahkan kamu juga tidak pernah mengeluh. Aku tahu kalau semua itu untuk membiayai semua kebutuhanku dan juga orang tuaku.

Tapi kali ini, aku benar-benar butuh uang lebih, Mas! Aku tidak bisa hanya mengandalkan uang pemberian darimu saja. Aku juga tidak perlu menjelaskan, berapa nominal yang dibutuhkan oleh orang tuaku.

Karena aku tidak ingin merepotkanmu, untuk bekerja lebih keras lagi." Ituah alasan yang dikeluarkan oleh Miya, untuk membuat hati suaminya tenang.

Padahal, jika seandainya dia mau untuk berkata jujur. Sudah pasti mungkin saja Elang tidak akan mempercayainya secara langsung. Sebelum Miya benar-benar mendapatkan bukti. Sementara untuk hal itu sendiri, Miya belum bisa memberitahukannya.

"Ya sudah, tidak usah dibahas lagi. Lebih baik kamu bersihkan saja tubuhmu lebih dulu. Tidak usah masak, kita beli makan di luar saja.

Aku tidak tega melihat kamu kelelahan seperti itu. Hatiku seperti tercubit rasanya, Miya, saat melihat kamu di dalam video

… sedang menanggung beban seberat itu. Apalagi aku tahu, upah yang kamu dapatkan juga mungkin tidak seberapa. Bagaimana bisa dengan teganya, aku sebagai seorang suami menelantarkan tanggung jawabku, hingga kamu sampai keluyuran setiap hari begitu?

Ah, jika ada yang melihat … pasti malu lah, Miya! Mau ditaruh mana harga diriku ini? Apalagi, kebanyakan orang-orang itu pun tahu. Kalau selama ini aku juga kerja keras, tak kenal lelah. Hanya untuk membuat masa depan kita cerah nantinya," jelas Elang panjang lebar.

Dia masih saja berusaha untuk memberikan pengertian kepada Miya secara lembut. Dia juga ingin menasehati istrinya itu, agar tidak mengulanginya lagi.

"Ya sudah, tidak usah dibahas lagi. Kamu hanya tinggal bilang saja sama aku, berapa uang yang kamu perlukan? Maka aku akan segera memberikannya untukmu. Jadi, kamu tidak ada alasan lagi untuk bekerja di luar rumah, ketika aku juga sedang pergi bekerja.

Aku tidak ingin kamu kelelahan. Bukankah kita juga sedang menjalankan program hamil? Apa kamu tidak ingin mempunyai keturunan bersamaku?" kata Elang membuat Miya seketika mendongak.

"Iya, Mas. Tentu saja aku mau!" sahut Miya. Suaranya masih lirih. Dia merasa bersalah kembali.

Apalagi, saat Elang dengan santainya, memberikan beberapa lembar uang berwarna merah dan mengulurkannya ke tangan Miya.

"Ini, ambil! Untuk biaya berobat orang tua kamu. Jika masih kurang, kamu bisa meminta lagi padaku, Miya," ujar Elang dengan tulus.

"Iya, Mas, terima kasih banyak! Tapi ngomong-ngomong. Memangnya Mas sendiri tahu video itu dari mana? Apa Mas mendapatkannya dari seseorang?" tanya Miya yang berani menatap kedua netra Elang, dengan pandangan menyelidik

Sontak pertanyaan yang keluar dari bibir Miya itu pun, sanggup membuat Elang tersentak kaget. Dia pun bingung. Haruskah berkata jujur memberitahu istrinya itu, bahwa Olga lah yang sudah membocorkan informasi tersebut? Elang berpikir, pasti Miya akan merasa dimata-matai nanti.

"Mas, kenapa diam aja? Siapa yang kasih tau kamu tentang ini?" ulang Miya tegas.

"Ehm, itu …." Elang menggaruk rambutnya yang tak gatal.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status