Share

3. Sadar

Author: Solane
last update Last Updated: 2024-12-19 17:16:58

Sesampainya dirumah, tindakan pertama yang Reynold lakukan adalah membawa putrinya ke rumah sakit Ibu dan Anak terdekat. Mengenai kepergian Sylvia ia  kesampingkan terlebih dahulu. Reynold  mengira istrinya itu pulang ke rumah orang tuanya. Biar saja, mungkin ia ingin menenangkan diri.

Setelah beberapa hari melalui pemeriksaan  dengan melibatkan dokter ahli dan melalui serangkaian test kesehatan, seorang dokter spesialis penyakit dalam, onkologi-hematologi anak, Dr. Hendrawan Saputra berucap, “Putri Anda menderita sakit leukimia, Pak.”

Kenyataan pahit ini Reynold terima dengan mata berkaca-kaca.

...

Sementara agak jauh dari sana. Sylvia menghadapi masa kritis. Operasi yang telah dilakukan tidak berhasil. Malaikat maut bersiap menyapa wanita malang itu.

...

Las Vegas Hospitals

2 Juli 2021

Pukul 01. 26 PM

Akhirnya mata biru laut itu bisa menatap sekeliling ruangan yang putih. Sejenak Sylvia terdiam. Mengatur napasnya.

“Saya dimana?” Bibirnya bisa mengucapkan pertanyaan itu pada seorang lelaki yang menatapnya dengan roman bahagia.

Pertanyaan itu belum terjawab, ketika beberapa orang petugas medis memeriksa keadaan vital Sylvia yang terbaca melalui layar monitor di sebelahnya. Mereka melakukan tugasnya begitu efisien. Mengecek keadaan Sylvia secara menyeluruh, dari kondisi pupil mata, organ dalam yang cidera, otot dan tulang , serta kulit yang terlalu lama tidak terpapar matahari. Tidak ada hal yang mengkawatirkan, kesemuanya menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Setelah mereka menyelesaikan tugasnya, Sky menjawab pertanyaan tadi.

“Kau telah selamat dari sebuah tragedi kecelakaan. Kau sekarang di Las Vegas Hospital.”

Lelaki tampan itu bertubuh sekitar sepuluh senti diatasnya. Baju yang ia kenakan sedikit lusuh. Karena dia telah menghabiskan sebagian besar waktunya menunggui wanita yang hampir ia buat pindah alam, menatap tubuh kurus di atas ranjang Intensif Care Unit. Pria itu selalu berdoa untuk kesembuhannya. Dan pada hari ini, penantiannya telah berakhir.

Sky Ferragamo sangat bersuka cita. Kemudian ia pergi keluar untuk memberi ruang kepada Sylvia melakukan hal-hal pribadi, sementara ia menuju kafetaria. Setelah selama lebih dari tujuh bulan, baru hari ini lidahnya bisa menikmati lezatnya rasa makanan. Sky merasa ingin makan yang banyak sampai ia merasa kekenyangan. Mungkin sekedar perayaan kecil yang ingin ia nikmati sendiri.

Di ruang VVIP paling utama rumah sakit elit di kota itu, Sylvia telah dapat melakukan makan dan minum seperti yang biasa orang lakukan, secara mandiri. Perkembangan yang menakjubkan. Petugas medis membantu membersihkan tubuhnya, menyisir rambutnya yang kusut masai, serta  memberikan baju yang nyaman untuknya.

Setelah memastikan Sylvia selesai dengan hal-hal pribadinya, Sky mengunjunginya lagi.

“Hai,” sapa Sky lembut membuka pintu kamar perawatan mewah itu.

Sylvia menatapnya datar. Ia memang belum mengenal pria itu, tapi instingnya mengatakan bahwa pria itu tidak membahayakan dirinya. Entah mengapa ia merasa begitu.

“Boleh aku masuk?”

“Iya, boleh. Silakan,” jawab Sylvia masih dengan wajahnya yang datar.

Kemudian Sky duduk di sebuah sofa di ruang rawat inap itu.

Dia menatap takjub wanita yang telah enam bulan ini menderita koma. Agar tidak merasa  canggung, Sky memulai pembicaraan. Lelaki ini menenangkan hati, sambil menelan ludahnya, kemudian ia menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Sky akan hati-hati membicarakan ini, karena ada rasa kekhawatiran kalau wanita ini tidak dapat mengontrol dirinya, ia akan marah dan kecewa kalau mengetahui pria di hadapannya adalah manusia yang hampir membuatnya berpindah alam.

“Namaku Sky, orang yang telah menabrak mobilmu malam itu, sekitar enam bulan lalu. Kau ingat?”

Wajah Sylvia kaku, ia tak menduga kalau pria ini pelaku yang menabrak dirinya. Yang telah membuatnya tertidur selama lebih dari setengah tahun.

“Aku telah tertidur selama itu?” Mata indah bulat itu membelalak. Bulu mata yang panjang dan lentik tampak simetris dengan hidung kecilnya yang tinggi, seperti hidung Cleopatra, Sky membayangkan itu dalam hatinya. Wajah wanita ini sedikit berbintik samar, tapi itu menambah kecantikannya terlihat sangat alami. Bibirnya yang penuh dan berwarna merah jambu, lebih berseri daripada saat kedatangannya dulu ke rumah sakit ini. Bentuk wajahnya oval dengan dagu indah seperti lebah bergantung, dan ini tampak sekali bukan hasil bedah dokter kecantikan. Wanita ini sangat cantik, mungkin kecantikan wanita yang membuat Sky mabuk kepayang dulu, Kiara Silverstone hanyalah mendapatkan seujung kukunya, pokoknya sungguh jelita. Rambutnya yang lembut menjadi mahkota di kepalanya berwarna coklat emas. Dan yang paling sering membuat Sky menatap wanita itu sejak dulu sejak masih terbaring adalah alis. Sky sangat menyukai alis wanita didepannya itu. Alis itu indah dan tebal, dia hampir bertaut antara kiri dengan kanannya. Mengingatkan Sky dengan aktris era lama, bernama Brooke Shield. Sky ingat, aktris itu adalah idola papanya. Kecantikan wanita ini sedikit banyak ada kemiripan dengan aktris itu.

Sky menghentikan lamunannya. Saat Proffesor Armstrong mengagetkannya. “Sepertinya dia adalah sebuah keajaiban, Puji Tuhan,” ujar pemilik rumah sakit ternama di kota itu yang masuk menyela pembicaraan mereka.

“Selamat saya ucapkan kepadamu, Nyonya. Anda telah berhasil melewati masa kritis. Saya mendapat laporan dari team dokter. Keadaanmu luar biasa baik,” sapanya pada Sylvia.

“Proff, aku mengucapkan banyak terimakasih padamu.”

“Sudah menjadi tugasku Mr. Ferragamo,” ujarnya sambil menepuk bahu anak sahabatnya itu, wajahnya kelihatan merasa sangat puas akan kinerja team dokter di rumah sakitnya. Professor Dimitri Hugest kemudian berlalu pergi.

Sky kembali perpaling menatap wanita di hadapannya yang kini telah duduk di pinggir bednya. Meneruskan pembicaraan mereka yang terputus. “Kau masih ingat siapa namamu?” tanya Sky padanya.

“Tentu saja aku ingat. Aku Sylvia Sanders dari Britania Raya.”

Sky merasa sangat bersyukur dengan keadaan ini. Wanita itu masih ingat jati dirinya. Tuhan betul-betul menyayanginya. Mungkin dia telah melakukan amalan yang luar biasa, atau dalam kehidupannya yang lalu, ia adalah seorang bidadari. Apapun itu, siapapun dia, yang penting Sky sangat bersukur dengan kejadian ini.

“Okay, ceritakan bagaimana dirimu. Kehidupanmu.”

Giliran Sylvia yang sekarang menghela napas dalam-dalam, kemudian menghembuskan perlahan. Klip-klip kehidupan beramburan di kepalanya. Ingatannya masih baik, beruntung sabuk pengaman telah menyelamatkan kepalanya dari hentakan mobil yang berguling beberapa kali. Walaupun kepalanya terluka, ingatannya  masih kuat berada di dalam memorinya. Suri, adalah yang pertama dia ingat. Gadis kecil putrinya. Sebersit rasa rindu menguasai setiap relung di hatinya. Kemudian penghianatan suaminya dengan orang terdekatnya, Gladys Brown, saudara sepupunya. Perlakuan dan hinaan ibu mertua adalah makanan sehari-harinya. Adik suaminya, Donna Arnoldi juga turut andil dalam percekcokannya dengan suami bahkan debat kecilnya dengan sang ibu. Kejadian malam ia menemui suaminya di sebuah hotel adalah karena sebuah pesan dari ponselnya. Singgah begitu kuat mengakar di kepalnya. Suaminya lebih memilih tetap menghabiskan malamnya bersama sepupunya daripada mengejarnya. Walaupun saat itu ia marah, sebenarnya ia butuh lelaki itu mengejarnya, bukan hanya mematung setelah tangan lelaki itu ia tepis. Ia sangat kecewa.

“Aku adalah seorang ibu yang beberapa waktu lalu sebelum aku kecelakaan ini, baru merayakan ulang tahun ke tiga putri kami. Bagimana ya keadaan Suri? yang jelas aku sangat merindukannya,” ujar Sylvia yang tidak dapat menahan laju air matanya. Kebencian dan dendam kepada suaminya telah mengenyahkan jauh-jauh perasaan cinta yang pernah ia miliki. Yang tertinggal kini adalah keinginannya untuk membalaskan sakit hati. Terlebih dahulu ia akan mengambil putrinya, belahan jiwanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   66. Tertembak

    Craig terkapar lunglai di lantai kamar mandi, berlumuran darah, muntahan dan cairan berwarna kuning dari dalam tubuh yang jelas seharusnya tidak pernah keluar.Tiba-tiba ia merasa sebahagia keledai di tengah kubangan.Tidak penting kalau ia masih kesakitan. Ia masih hidup. Ia bisa melewati ini.Dan mampu menelepon.”Layanan darurat sembilan-satu-satu."Satelit telah menyambungkannya. Bantuan akan tiba beberapa menit lagi. Ia hanya perlu memberitahu mereka di mana dirinya berada.Lega luar biasa.Craig berbicara kepada wanita operator itu. ‘Namaku Agen Daren Grissham dari FBI dan aku— sedang ditembak!’Ia dengar letusan pistol lagi dan melihat serpihan kayu berhamburan dari pintu kamar mandi. Sebutir peluru mendesing dekat telinganya dan memecahkan ubin dinding di belakang Craig. Kejadiannya hanya sekejap, tapi rasanya seperti dalam gerak-lambat.Hingga tembakan kedua menyusul. Satu-satunya yang dirasakan seseorang pasti adalah kesakitan. Ia beruntung saat tembakan pertama. Tapi tidak

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   65. Grissham Dalam Bahaya

    Craig memondong setangkup kayu bakar dan menyalakan tungkunya. Lalu menanyakan kepada Gladys apa lagi yang perlu ia lakukan."Sudah cukup," katanya sambil mencium pipi Craig. "Akan kutangani semua mulai sekarang."Craig meninggalkan Gladys sendirian di dapur kecilnya dan bersantai di sofa ruang duduk dengan satu-satunya bahan bacaan di sana, serial Motinggo Busye, terdapat majalah tua juga, edisi empat tahun yang lalu. Di tengah-tengah artikel mengenai pertandingan baseball club favoritnya, Gladys berseru, "Makan malam sudah siap."Craig kembali ke dapur dan duduk menghadap hidangan jamur Champignon, nasi, dan salad romaine serta kerang. Untuk minumannya, tersedia sebotol pinot grigio. Terlihat menggugah selera.Gladys mengangkat gelas dan bersulang, "Ini untuk malam yang indah.""Untuk malam yang berkesan," ulang Craig.Mereka mengadu gelas dan mulai makan. Gladys bertanya kepada Craig apa yang tadi ia baca dan Craig menceritakan mengenai artikel klub baseball itu."Kau suka baseball

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   64. Berniat Meninggalkan, Tapi...

    Evander Craig tidak benar-benar ingin berjalan-jalan di bawah sinar bulan, tapi tetap saja pergi. Hanya ia dan Gladys Brown.Atap mobil diturunkan dan udara malam menerpa, sejuk dan kering. Jalannya, papan-papan tandanya, segalanya tampak buram. Gladys membelokkan mobil memasuki jalan pedalaman Green Grass Boulevard ke jalan bebas hambatan, dan Craig ikut saja.Apa yang sedang ia lakukan ini?Itu pertanyaan paling mendesak. Sayang sekali tidak memiliki jawaban.Yang ada di benak Craig sesaat setelah mengakhiri percakapannya dengan Billy yang lalu adalah ia perlu melakukan satu hal : menjauhi Gladys.Tapi di sinilah ia berada, duduk di samping Craig, lebih cantik, lebih menawan, lebih memabukkan dari kapan pun. Apa ini kesan terakhir?Atau ini sebuah pengingkaran?Atau kegilaan sementara?Apa ada bagian dari dirinya yang berharap para pakar komputer itu tidak menemukan kaitan, tidak menemukan apa pun? Bahwa Gladys mungkin saja tak bersalah? Atau, apakah ia ingin dia lolos sesudah melak

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   63. Dougherty Berbicara

    'Bagaimana caramu menggeledah tas tangannya tanpa sepengetahuannya?’ tanya Billy bersemangat.Well, kau mengerti, Bos, sesudah Gladys dan aku bersenang gila-gilaan di ranjang bujanganku, aku menunggu sampai dia tertidur. Lalu aku menyelinap keluar ke dapur dan menggeledah tasnya.Kalau dipikir-pikir lagi…‘Aku punya cara,’ ujar Craig. ‘Bukankah itu alasanmu memilihku untuk tugas ini?’‘Katakan saja kau memiliki catatan prestasi, Grissham, dan kau tersedia.’Keesokan harinya Craig duduk di kantor di belakang mejanya, memberitahukan perkembangan terakhir kepada Billy di telephon mengenai apa yang terakhir kali mereka diskusikan : “kencan makan malamnya” dengan Gladys. Keprihatinan utama Billy adalah, Craig mungkin mendesak—-hingga bisa saja membuat Gladys ketakutan dan pergi.Ha?Begitu ia meyakinkan Billy bahwa bukan itu yang terjadi, perhatiannya beralih pada apa yang ia temukan dalam tas tangan Gladys.‘Siapa nama penipu itu tadi?’ tanya Billy.‘Steven Dougherty.’‘Dia pengacara paj

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   62. Meminta Dukungan

    "Tapi ini bukan pernikahan yang sebenarnya, Papa. Suaminya cacat. Claire bertahan dengannya hanya karena loyalitas dan tugas. "Itu pilihannya, Toni," kata Wilman."Hanya karena ia merasa tak punya pilihan lain." “Apa maksudmu?" tanya Caren tajam.Mata Anthoni bergerak-gerak gugup. "Kalian merancang kecelakaan untuk istri pertama suami Magdalena agar pria itu bebas menikahinya."Wilman mengabaikan kesiap Caren. Bukan karena Caren tak tahu mengenai situasi itu. Namun, tak satu pun dari mereka menyadari ada orang lain dalam keluarga tahu apa yang telah mereka lakukan untuk keponakan mereka."Itu situasi yang berbeda, Toni," kata Wilman.Anthoni Larue melipat tangan di dada; mulutnya berkedut menentang. "Kenapa itu berbeda?""Kakakmu sangat putus asa dan mengancam hendak bunuh diri, sehingga kami tak punya pilihan lain untuk menolongnya.”Air mata memenuhi mata indah putranya. "Aku pun putus asa. Hatiku hancur memikirkannya. Claire masih muda dan sangat berani, tapi semangatnya akan seger

  • Istri Yang Tidak Dirindukan   61. Orangtua Anthoni Larue

    Mendesah panjang dengan puas, Wilman Larue menjatuhkan tubuh gempalnya ke sofa kulit berwarna hitam yang mahal. Musik terdengar lembut mengalir memenuhi ruangan lewat pengeras suara tersembunyi. Api kecil menenangkan menyingkirkan rasa dingin di udara. Meski rumahnya besar, dengan dua puluh dua kamar tidur dan dua puluh lima kamar mandi, ruangan nyaman di luar kamar tidur utama ini merupakan favoritnya. la meneguk brendi sembari menunggu Caren, istrinya selama empat puluh tahun, untuk bergabung dengannya.Mereka menjalani hidup yang sibuk. Mengobrol selama satu jam sebelum istirahat malam menjadi tradisi berharga. Mendekap satu sama lain, menjalin komunikasi intens. Mereka akan berbagi hal-hal yang terjadi hari itu dan membahas setiap masalah keluarga yang timbul selama dua puluh empat jam terakhir. Mereka telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk menciptakan kerajaan mereka yang luas dan tak menyimpan rahasia dari satu sama lain.Salah satu masalah yang Wilman rencanakan untuk d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status