Home / Rumah Tangga / Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan / Bab 3 Terlalu Memandang Rendah Damaira

Share

Bab 3 Terlalu Memandang Rendah Damaira

Author: Lemongrass
last update Huling Na-update: 2023-08-31 00:07:14

Sebelum pergi dari rumah Damaira, Laras masih sempat menghina menantunya. Laras menyuruh Damaira untuk memperbanyak makan toge karena sayuran itu bagus untuk kesehatan reproduksi. Laras juga menghina Damaira mandul, sebab dua tahun lebih menikah tak juga diberi keturunan.

“Astaghfirullah, Bu, kita ini sesama perempuan, kenapa Ibu tega berkata seperti itu?”

Kata-kata mandul terucap tidak hanya satu dua kali keluar dari mulut Laras, lama-lama Damaira merasa geram.

Dulu Damiara akan menangis berjam-jam saat mertuanya mengatakan dia mandul. Namun, sekarang dia tidak akan lagi melakukan hal itu apalagi meratapi nasib. Damaira akan mulai melawan, dia tidak ingin harga dirinya terus diinjak-injak, walau kenyataannya memang belum mempunyai anak.

Saat ini mungkin memang Sang Maha Pemberi Keturunan belum memberinya kepercayaan. Kalau boleh berkata, sebenarnya Damaira merasa sedikit bersyukur belum diberi keturunan, sebab kehidupannya saja masih penuh dengan masalah yang belum terselesaikan, apa jadinya jika dia diberi amanah yang penuh dengan tanggung jawab.

Mengingat perlakuan ibu mertuanya membuatnya nelangsa, namun Damaira selalu menyimpannya rapat-rapat. Ayahnya tak pernah tahu, dia malu mengatakan hal itu mengingat dulu dia bersikukuh untuk menikah dengan Negan.

“Eh, tidak perlu drama, Ra, Ibu kan hanya ngomong jangan-jangan kamu mandul. Kamu saja yang salah mengartikan antara pernyataan dengan pertanyaan."

"Kamu itu selalu saja berani sama orang tua, melawan terus kalau mertua bicara! Dasar orang kampung, tak punya sopan santun!” sarkas Laras.

Damaira menghela nafas panjang, sebelum akhirnya bicara.

“Astaghfirullah, Bu, Damaira tidak bermaksud seperti itu…”

“Sudahlah, Ra, Ibu malas berdebat sama kamu, punya mantu satu saja sukanya melawan orang tua. Sudah miskin, tidak berpendidikan lagi, hanya merongrong harta anakku,” hina Laras.

Ingin rasanya Damaira mengatakan pada mertuanya, bahwasannya yang merongrong harta justru Negan dan dia. Tapi apalah daya, Damaira tak ingin menjadi anak durhaka. Biarlah waktu yang menjawab semuanya.

Laras keluar dari rumah Damaira dengan terus mengomel tidak jelas dan menutup pintu dengan kasar.

“Astaghfirullah, beri hamba kesabaran ya Tuhan. Ampun, jadi orang celamitan banget, mana mulut pedes banget kaya cabai setan. Amit-amit, amit-amit, sing sabar Ra, sing sabar,” monolog Damaira setelah kembali mengunci pintu rumah. [sing : yang]

Dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya kemudian berangkat ke toko. Setidaknya di toko dia akan memiliki kegiatan yang lebih menyenangkan dan bertemu banyak orang. Hal itu akan sedikit menyamarkan pikirannya yang semrawut.

“Ada apa? Kamu kena sawan, kenapa diam saja dari tadi?” Dinda meledek Damaira.

Dinda adalah asisten pribadi sekaligus sahabat Damaira.

Damaira sudah berada di toko kuenya sejak tiga puluh menit yang lalu, tapi jiwa dan pikirannya entah di mana. Dia juga nampak tak bersemangat, membuat Dinda kesal.

“Perkara nafkah lagi?” Damaira menggeleng.

“Lalu?”

Dinda sudah sangat hafal apa yang dialami sahabatnya itu, terutama saat akhir bulan seperti ini.

Terlihat Damaira menarik nafas panjang, sepertinya beban wanita itu sangatlah berat.

Damaira menceritakan tentang ibu mertuanya yang sering mengatainya mandul. Dinda tampak terkejut, wajar saja, sebab ini kali pertama Damaira bercerita padanya.

“Sudahlah, Ra. Kamu jangan terus-menerus memikirkan hal itu. Tuhan pasti punya jalan terbaik untukmu, oleh sebab itu kamu belum diberi keturunan. Lebih baik kalian coba periksa ke dokter, untuk mengetahui keadaan kalian masing-masing. Setelah itu program. Zaman sekarang sudah canggih, kamu tak perlu terlalu resah tentang hal itu," usul Dinda.

Sejenak Damaira berpikir, ada benarnya juga kata Dinda. Selama ini dia tak pernah terpikir tentang hal itu. Baik Damaira maupun Negan selalu berpikir bahwa kondisi kesehatan reproduksi mereka pasti baik-baik saja.

"Lalu untuk urusan nafkah, kamu lihatlah tempat ini, kamu adalah wanita yang BERDIKARI—berdiri di kaki sendiri. Cukup mengemis perkara nafkah, sekarang saatnya kamu tunjukkan pada mereka yang meremehkanmu bahwa mereka tidak ada apa-apanya, buat mereka menyesal,” dengan semangat Dinda memperagakan mengangkat kedua tangannya, bak Ade Rai yang memperlihatkan otot-ototnya.

Damaira tersenyum, lalu menggeleng, tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya itu. Namun, setelah dipikir-pikir memang ada benarnya apa yang diucapkan sahabatnya. Sekarang saatnya dia bangkit.

“Sebenarnya bukan hanya dua hal itu saja.” Dinda mengernyitkan dahi.

Damaira juga menceritakan kejadian ibu mertuanya mengambil uang jatah mingguan yang tak seberapa.

Dinda langsung memaki Laras tanpa henti. Damaira justru tertawa, mereka sama-sama memaki orang yang bahkan tidak tahu jika saat ini sedang dimaki-maki.

“Kamu yang sabar, Ra. Allah pasti punya segudang hikmah dari semua yang kamu alami.” Damaira tersenyum manis.

“Terkadang kamu bisa waras juga ternyata,” Damaira menggoda Dinda.

Dinda berdecak sebal dan menggerutu. Setelah itu menepuk pundak Damaira—memberikan semangat.

Damaira duduk di ruang tengah sembari menonton televisi. Acara di televisi itu tak begitu menarik perhatian, hingga Damaira berkelana dalam pikirannya.

Memikirkan setiap kejadian yang dialami selama menikah dengan Negan. Memikirkan omongan Dinda. Memikirkan betapa egoisnya dulu dia terhadap orang tuanya terutama sang ayah, yang notabene-nya adalah wali bagi dirinya.

Damaira menghela nafas panjang, seperti ini rasanya menikah tanpa sepenuhnya mendapat restu dari orang tuanya.

Lamunan Damaira buyar ketika Negan menutup pintu dengan keras.

"Astaghfirullah," gumam Damaira.

Terlihat Negan memasuki ruang tengah dengan wajah yang tak bersahabat.

"Ada apa, Mas?" Damaira menyambut Negan dengan senyuman hangat.

Senyuman yang tanpa sadar selalu membuat Negan luluh. Negan nampak menarik nafas panjang.

"Biasa, ada masalah dengan customer, tiba-tiba mendapat tawaran produk yang sama dengan harga yang lebih murah. Otomatis mereka langsung berpaling dan ambil dalam jumlah banyak," ucap Negan dengan nada penuh kekesalan.

"Ini diminum dulu, Mas." Damaira memberikan satu cangkir teh hangat untuk Negan.

"Memang dana promosi untuk mereka kurang atau belum dicairkan, Mas? Kenapa bisa dengan mudah mereka berpindah? Mas sudah tanyakan langsung ke pihak customer?"

Negan berpikir sejenak, dia bahkan tidak terpikirkan sampai ke sana.

Negan mengernyitkan dahi, 'Dari mana Damaira mengetahui tentang dana promosi?' batin Negan.

Padahal Negan tak pernah sekalipun mengatakan tentang pekerjaannya secara detail.

"Kenapa, Mas?" Negan menggeleng.

"Aku akan tanyakan hal itu pada anak buahku. Aku belum sempat memeriksa data terbaru. Besok aku juga akan cross check ke customer secara langsung."

"Itu rumah sakit pemerintah atau swasta? Kalau pemerintah aku rasa akan lebih sulit sih, mereka terpentok sama BPJS, pasti akan tetap memilih harga termurah."

Negan kembali terkejut dan bertanya-tanya mengapa istrinya tahu tentang hal seperti itu. Tapi arogansinya lebih tinggi ketimbang rasa penasarannya.

"Tahu apa kamu tentang hal seperti itu. Sok tahu!" Setelah mengucapkan hal itu Negan pergi meninggalkan Damaira menuju kamarnya.

Damaira heran dengan respon suaminya yang berlebihan. Memang apa salahnya dia tahu tentang hal seperti itu? Negan terlalu memandang rendah dirinya.

Damaira tak mau ambil pusing dengan ucapan dan kelakuan suaminya, hal biasa yang sering dia terima. Lebih baik dia menyiapkan makan malam untuk suaminya.

"Kamu masak apa? Aku nggak sudi makan kalau menunya seperti tadi pagi," tanya Negan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Extra Part

    Empat bulan kemudian Isa dan Dina akhirnya menikah, setelah si kembar lahir kedunia dua bulan yang lalu.Keduanya memang sengaja mengambil waktu lebih lama, agar keluarga Damaira fokus lebih dulu pada si kecil Narendra dan Naela. Kembar yang begitu menggemaskan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sama seperti Damaira dan Damaisa.Saat ini Isa sedang berada di depan penghulu dan juga Negan sebagai wali dalam pernikahannya dengan Dina. Dina sendiri masih menunggu di ruang rias yang tersedia tak jauh dari tempatnya berada.Deg-degan itu sudah pasti, entah sudah berapa kali pria datar itu menghela nafas untuk menetralkan kegugupan.Penghulu mulai melakukan serangkaian prosesi. Negan dan Isa berjabat tangan, prosesi ijab qabul di mulai.Dengan satu tarikan nafas akhirnya Damaisa Kurniawan telah menjadikan Findina Langit Senja binti Surya Cakrawala sebagai istrinya.Suasana haru tercipta, apalagi ketika pengantin wanita di bawa ke ruangan tersebut. Ucapan selamat dan doa terbaik diuc

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 194. Akhir Perjalanan Cinta

    “Ibu benar mau aku menikah? Dengan siapapun wanita pilihanku?” tanya Isa dengan wajah serius.Lestari diam sejenak sebelum menjawab.“Kamu masih ingin menikah dengan Dina?” tanya Lestari.“Iya, kalau Ibu memberi restu.”Lestari menghembuskan nafas pelan.“Kamu tidak ada wanita lain?”“Belum ada, Bu. Kalau Ibu menginginkan wanita lain, mungkin butuh waktu lebih lama.”“Kamu sungguh-sungguh menyukai wanita itu?”Dalam guratan wajah Isa masih tersirat sedikit keraguan.“Mintalah dulu petunjuk pada sang Pemilik Hati, Sa. Ibu tidak mau kalau kamu memiliki maksud tertentu menikahi Dina, seperti balas dendam.”Isa masih diam, mencoba membuka lembar demi lembar memori mengapa dia ingin menikahi Dina.“Kalau kamu sudah mendapatkan kemantapan hati ingin menikahi Dina karena untuk beribadah dan mencintainya, Ibu akan restui,” ujar Lestari.Isa justru bergelung dengan hatinya sendiri, antara maju atau mundur.“Baik, Bu. Isa akan pikirkan baik-baik dan juga minta petunjuk sama Tuhan.” Benar itu ad

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 193. Bahagia dan Sedih

    Satu tahun kemudian.Kebahagiaan demi kebahagiaan semakin terlimpah di keluarga Mahesa dan Damaira. Sakit dan luka di masa lalu perlahan hanya menjadi sebuah butiran yang terhempas karena tiupan angin.Setelah beberapa bulan lalu Mahesa dan Damaira pergi ke Jerman untuk bulan madu, tak lupa mengajak anak-anak untuk turut serta. Sekarang Wanita itu telah berbadan dua.Bukan, tapi tiga. Ya, Damaira hamil anak kembar. Karena faktor keturunan, hamil anak kembar sangat mungkin terjadi.Di sisi lain, di kota Makassar, Nindi dan Dion juga tengah merasakan kebahagiaan yang sama. Nindi akhirnya hamil, bahkan beberapa bulan lebih dulu dari Damaira.Kabar itu diberikan langsung oleh Nindi pada Damaira. Rezeki memang unik, Tuhan akan memberikan di waktu yang tepat. Di saat semua permasalahan hati di masa lalu selesai, akan tubuh cinta yang baru.Tak kalah membahagiakan Isa juga telah resmi membuka kantor perusahaan sendiri di Jakarta. Karyawannya masih terdiri dari beberapa orang. Pria itu semaki

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 192. Berdamai

    Beberapa minggu berlalu pernikahan Nindi dan Dion pun sudah terlaksana. Meski hanya sederhana keduanya terlihat bagaimana.Di hari Minggu yang cerah itu, Nindi dan Dion berkunjung ke rumah Mahesa, dengan harapan keluarga itu berada di rumah Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah Keysha. Nindi benar-benar bertekad ingin berbaikan dengan anak itu. Dia ingin sekali mendapatkan maaf dari bocah berusia 12 tahun itu.Ya, kurang lebih 12 tahun Nindi meninggal Keysha. Nindi pikir semuanya akan baik-baik saja, ternyata Tuhan memiliki takdir yang sudah ditetapkan untuk mereka.“Oh, Mbak Nindi dan Mas Dion, apa kabar kalian? Selamat ya atas pernikahannya. Kami senang mendengar kabar tersebut.”Damaira dan Mahesa menyambut kedatangan sepasang pengantin yang baru saja rujuk itu.“Kabar baik, Ira. Terima kasih. Maaf kami tidak mengadakan acara apapun.”“Jadi–” Nindi menjeda kalimatnya dan melihat ke arah suaminya, Dion pun mengangguk dan tersenyum.“Jadi, kedatangan kami kemari untuk bertemu deng

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 191. Citra dan Ardi

    Pertanyaan yang seperti memojokkan Citra, membuat dia sejenak berpikir untuk mencari kalimat yang tepat dan mematahkan tuduhan pria itu.“Apa aku ada hak menolak perjodohan ini?”Citra justru bertanya, bukan menjawab pertanyaan Ardi.“Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Ardi seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.“Kamu mau jawaban jujur atau jawaban yang menyenangkan hatimu?” tanya Citra.Sepasang anak manusia itu terus saling melempar pertanyaan tanpa ada yang mau menjawab.“Jujur.”“Baiklah kalau begitu aku tidak akan sungkan,” kata Citra. Ardi pun mempersilakan Citra untuk mengatakan segala unek-uneknya.“Aku justru beranggapan Kak Ardi-lah yang menolak perjodohan ini. Kenapa? Seperti yang sudah sedikit aku singgung tadi, kamu tak pernah bersikap baik kepadaku, menyapaku pun hampir tidak pernah, ketika kita berpapasan lebih banyak kamu seperti menganggapku orang asing, kita tidak saling kenal, padahal aku selalu tersenyum padamu sebagaimana junior kepada seniornya.”

  • Istri yang Diremehkan Ternyata Juragan   Bab 190. Disidang

    “Mbak, apa di depan atau di sekitar sini ada Pak Negan?” tanya seorang dokter kepada perawat.“Sebentar saya lihat dulu, dok.”“Kalau misal ada bilang, suruh ke ruangan, dokter Maulana mencari,” kata dokter Maulana.“Baik, dok.”Perawat itu keluar dari ruangan kemudian mengedarkan pandangan mencari Negan.Negan cukup cukup terkenal di karangan dokter, perawat, orang-orang penting di rumah sakit, dan juga marketing yang lainnya. Apalagi setelah pria itu mengalami kecelakaan namanya making disebut-sebut.“Nah itu dia si duda keren,” monolog perawat itu setelah melihat keberadaan Negan.“Selamat siang menjelang sore Mas Negan,” sapa perawat itu.“Eh, Iya, Mbak. Ini masih siang bolong,” balas Negan. Wanita itu terkekeh pelan.“Mas Negan dicari sama dokter Maulana, ditunggu di ruangannya.”Negan mengernyitkan keningnya, kemudian bertanya, “ada apa ya, Mbak?”“Kurang tahu Mas, Mas datang saja ke ruangan beliau.”“Terima kasih Mbak informasinya.”“Sama-sama Mas, mari.” Negan mengangguk horma

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status