共有

Pusing Tujuh Keliling

作者: Maheera
last update 最終更新日: 2025-03-04 13:51:54

Sukma sedang sibuk menyiapkan sarapan di dapur ketika Yudi muncul dari kamar mandi dengan langkah berat. Wajah pria itu masih terlihat pucat, sisa demam semalam belum sepenuhnya hilang. Namun, aroma masakan yang memenuhi udara membuat perutnya keroncongan. Dia mendekati Sukma perlahan, lalu melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu.

"Maaf, Sayang," bisiknya pelan.

Sukma berhenti mengaduk nasi goreng yang hampir matang. Meski hatinya melunak sedikit, dia tidak langsung menjawab. Semalaman dia tid-ur membelakangi suaminya. Bahkan, saat pria itu mencoba memeluk dia menepis. Yudi mempererat pelukannya, kepalanya bersandar di bahu Sukma.

"Aku tahu aku salah. Aku terlalu sering menaruh beban keluargaku di atas pundak kita. Aku tahu itu menyakitimu."

Sukma menarik napas dalam. "Mas, aku nggak keberatan membantu keluargamu, tapi mereka udah kelewatan. Ibumu terlalu memanjakan adik-adikmu. Aku ini istrimu, jangan sampai aku merasa hanya sebagai tamu dalam hidupmu."

"Aku cuma nggak tega melihat Ibu dan adik-adikku kesulitan. Cuma aku tempat mereka bergantung Sukma," sahut Yudi.

Mendengar Yudi masih keras kepala membela keluarganya, Sukma menoleh, menatap suaminya dengan mata tajam. "Mas, kesulitan apa? Mereka nggak kesulitan! Ibu masih sehat dan punya pemasukan dari tambak dan sawah yang dikelola orang. Adikmu, Rani, suaminya pegawai eselon di BUMN. Kamu dengar sendiri kan, suaminya baru beli motor. Liat story w******p Rani, motor yang dibeli Moge, harganya ratusan juta. Kalau mereka bisa hidup hedon, kenapa kamu yang harus nanggung semuanya? Kamu nggak merasa itu nggak adil?"

"Aku nggak punya pilihan, Sukma. Sejak dulu aku terbiasa mengambil tanggung jawab keluarga. Jadi aku merasa itu kewajibanku kepada mereka."

"Mas, jangan bilang nggak ada pilihan. Kamu selalu punya pilihan. Masalahnya, kamu nggak berani bilang 'tidak.' Kamu nggak berani mengecewakan mereka, tapi kamu malah tega membiarkan aku kecewa berkali-kali!"

Yudi terdiam. Kata-kata Sukma seperti cambuk yang melecut dadanya. Dia tahu istrinya benar, tapi setiap kali melihat air mata ibunya, setiap kali Rani memohon, hatinya selalu luluh.

"Aku nggak mau jadi anak durhaka, Sukma," ucap Yudi lirih.

Sukma mendengus pelan, selalu alasan yang sama. Yudi menelan mentah-mentah doktrin sesat dari ibu mertuanya. "Mas, membantu keluarga itu mulia, tapi kalau sampai mengorbankan keluargamu sendiri, itu namanya egois. Apa pernah mereka bilang terima kasih atas semua yang kamu lakukan? Yang ada setiap ada masalah, kamu yang mereka salahkan!"

Yudi tertunduk, dia tahu Sukma benar. Tidak ada ucapan terima kasih dari ibunya atau Rani. Bahkan ketika dia terlambat memberi u4ng, yang dia dapat hanyalah keluhan dan tuntutan.

"Mas ...." Sukma menatap suaminya lekat. "Aku nggak mau kita hidup seperti ini terus. Aku ingin kita punya masa depan yang lebih baik. Selagi kita belum punya anak, kita bisa meerencanakan masa depan lebih baik, tapi kalau kamu terus seperti ini, aku nggak yakin kita bisa sampai ke sana. Mas harus berubah. Kalau nggak, siap-siap aja kamu kehilangan aku."

Yudi terkejut mendengar kata-kata itu. "Sukma, jangan bicara begitu."

"Aku serius, Mas." Sukma mengangguk mantap. "Aku nggak mau terus hidup di bawah bayang-bayang keluargamu. Kalau kamu nggak bisa memilih, aku yang akan memilih pergi."

*

Pagi itu, setelah sarapan, Yudi pergi ke bank seperti yang diminta ibunya. Dia membawa berkas-berkas yang kemarin diserahkan debt kolektor. Selama perjalanan, pikirannya penuh. Kata-kata Sukma terus terngiang di telinganya. Perasaan bersalah menyusup ke dadanya. Sejak menikah dia tidak pernah memberi nafkah yang layak. Sebagian besar gajinya habis untuk keperluan keluarga. Mereka sangat hapal hari dan jam dia gajian.

Setelah tiba di bank, seorang petugas menjelaskan dengan detail tentang pinjaman yang ingin ia ajukan. "Jadi, untuk pinjaman sebesar enam puluh juta juta rupiah selama dua tahun, cicilan bulanannya tiga juta seratus ribu rupiah," jelas petugas itu ramah.

"Tiga jutaan?" Yudi mengulang pelan, memastikan dia tidak salah dengar.

Petugas itu mengangguk. "Benar, Pak. Itu belum termasuk bunga."

Yudi merasa kepalanya semakin berat. Gajinya hanya lima juta per bulan. Setiap bulan ia memberi 1 juta 500 ribu untuk ibunya. Kalau dia membayar cicilan 3 jutaan, maka yang tersisa hanya 500 ribu.

"Bagaimana, Pak? Setidaknya harus masuk minimal dua angsuran, kalau tidak saya tidak bisa bantu," ucap petugas itu.

Yudi tersenyum tipis, mencoba menutupi kepanikannya. "Iya, saya akan usahakan."

Dalam perjalanan pulang, Yudi lebih sering melamun. Bagaimana mungkin dia bisa bertahan dengan sisa uang 500 ribu per bulan? Lalu bagaimana dengan nafkah Sukma? Harusnya dia menzalimi istrinya lagi? Kepalanya benar-benar mau pec4h. Di sisi lain, di tahu ibunya akan sedih kalau rumah mereka di sita.

Sesampainya di rumah, dia menemukan Sukma sedang menyusun paket-paket jualannya. Wajah istrinya terlihat serius, meski ada kelelahan yang tidak bisa disembunyikan.

"Mas," Sukma memanggil tanpa menoleh. "Kamu sudah ke bank?"

"Sudah."

"Dan?" Sukma menghentikan kegiatannya, menatap Yudi dengan penuh harap.

Yudi menghela napas panjang. "Cicilannya terlalu besar, Sukma. Aku nggak tahu bisa bayar atau nggak."

"Mas ...." Sukma mendekat, menatap suaminya dengan tatapan memohon. "Apa kamu masih mau mengambil tanggung jawab pinjaman itu?"

Yudi terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Kalau Mas tetap mau mengambil pinjaman itu, aku nggak tahu lagi harus berkata apa. Aku sudah bilang, Mas, cukup sampai di sini. Kalau Mas tetap memprioritaskan mereka, aku anggap kamu sudah nggak peduli sama aku."

Yudi merasa dinding yang mengelilinginya semakin sempit. Dia tahu Sukma benar. Dia tahu harus mengambil keputusan, tapi bayangan wajah ibunya membuatnya bimbang.

"Aku nggak mau lihat Ibu menderita. Rumah itu peninggalan Ayah, aku lahir dan besar di sana," ucap Yudi akhirnya.

"Dan kamu rela aku yang menderita, Mas?" Sukma bertanya, suaranya bergetar.

Pertanyaan itu seperti pukulan telah bagi Yudi, dia tidak tahu harus menjawab apa.

Sukma menghela napas panjang, dia tersenyum getir, terlihat jelas dia kecewa dengan keputusan Yudi. "Mas, kalau kamu memang nggak bisa tegas, aku nggak tahu mesti ngomong apa lagi. Terserah!"

Sukma kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Yudi hanya bisa menatap Sukma dengan tatapan nanar dan kosong. Hatinya hancur, tapi dia juga tidak bisa menyalahkan istrinya."

Ponsel Yudi bergetar, dia memandangi ponselnya. Di layar, ada pesan dari Rani.

"Mas, gimana u4ng untuk studi tour keponakanmu? Aku butuh uangnya tiga hari lagi."

Yudi menutup matanya, kepalanya semakin berdenyut nyeri.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

関連チャプター

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Gosip

    Sukma merapikan tudung saji dan memeriksa dapur sebelum berangkat ke rumah ibunya. Pagi ini suasana hatinya tidak baik-baik saja. Saat tahu angsuran yang harus dibayar sekitar tiga juga, kepalanya seketika terasa berat. Dulu saat Yudi membayar utang bank keliling Romi yang jumlahnya 800 ribu sebulan, dia hanya diberi nafkah satu juta per bulan. Dia pastikan ke depan mungkin Yudi akan kesulitan memberinya uang. Sukma berusaha menenangkan diri, walau dia punya penghasilan sendiri, bukan berarti tidak butuh nafkah dari Yudi. Dia memasukkan gamis, jilbab dan bahan makanan ke dalam tas kain untuk diberikan ke ibunya.Rumah yang ditempati ibunya sekarang bekas kontrakan mereka dulu. Dari usahanya berjualan online, Sukma mampu membeli rumah itu saat dia masih menimba ilmu di salah satu universitas. Rumahnya tidak terlalu besar, tetapi sangat nyaman. Bukannya tak pernah mengajak sang ibu tinggal bersama di kontrakannya, tetapi wanita itu selalu menolak untuk pindah. "Ibu di sini saja, Nak. Te

    最終更新日 : 2025-03-04
  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Kesabaran yang Diuji

    Dua hari terakhir, Sukma merasa ada yang janggal. Yudi pulang larut malam hampir setiap hari. Ketika ditanya, jawabannya selalu sama. "Aku ambil pekerjaan tambahan. Kita harus segera melunasi utang bank."Mendengar itu, Sukma tidak bisa memprotes. Dia tahu Yudi melakukannya demi keluarga, tetapi dalam hati, dia sedih dan muak. Lagi-lagi, suaminya harus berkorban untuk menanggung beban yang sebagian besar adalah ulah adik-adiknya. Sukma berusaha mengendalikan dirinya, mengingat nasihat ibunya tentang kesabaran.'Aku ingin lihat sampai di mana dia bisa bertahan jadi budak keluarganya,' Sukma membatin sembari menahan kekesalan yang sudah menumpuk. Dia tidak ingin berdebat lagi, apalagi menambah beban pikiran Yudi. Masalah dengan ibu mertua di warung juga mengendap sendiri. Sejak hari itu Sukma tak pernah datang lagi mengunjungi mertuanya. Dia tahu apa pun yang dia lakukan, di mata wanita itu tetap salah.Siang itu, setelah mengantar barang dagangannya ke ekspedisi, Sukma pulang dengan pi

    最終更新日 : 2025-03-04
  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Pencuri

    Pagi itu, Sukma bangun lebih awal seperti biasa. Setelah menyiapkan sarapan sederhana-nasi putih, ayam goreng, dan sayur lodeh favorit Yudi-dia berniat membangunkan suaminya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Rani keluar dari kamar tamu dengan mata masih setengah tertutup. Tanpa basa-basi, Rani langsung duduk di meja makan lalu meraih piring dan mulai menyendok nasi dengan lahap. Tidak cukup sampai di situ, tangannya dengan santai mengambil ayam goreng yang Sukma siapkan khusus untuk suaminya. Sukma mematung, nyaris tak percaya dengan kelakuan adik iparnya itu. Dia gegas menghampiri meja makan. "Rani, itu ayam buat Masmu," katanya dengan suara tertahan. Rani mendongak, mengunyah pelan, lalu menjawab dengan nada datar, "Kan masih ada telur ceplok. Mas Yudi juga nggak bakal keberatan." "Ini bukan soal keberatan atau nggak," balas Sukma dengan nada mulai meninggi. "Kamu tamu di sini. Seharusnya kamu tahu sopan santun. Kalau kamu mau makan, bilang dulu. Jangan asal ambil makana

    最終更新日 : 2025-04-10
  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Konfrontasi

    "Tanya adik kesayanganmu apa yang dia ambil dari rumahku?" balas Sukma dengan suara bergetar. Rasanya dar4hnya mendidih menahan amar4h. "Maksudmu apa? Kamu kenapa sih nggak suka adikku tinggal di sini? Padahal dia berkunjung sesekali, tapi sikapmu selalu ketus padanya." "Karena adikmu tidak tahu diri!" seru Sukma keras. Sepertinya Yudi sudah buta hingga tak melihat prilaku adiknya yang tidak tahu adap. Yudi menggeleng pelan. Dia tidak mengerti kenapa Sukma sangat membenci adik-adiknya. Dia tahu mereka kelewatan, tapi keluarga tetaplah keluarga. "Di mana Rani sekarang?" tanya Sukma lagi dengan wajah garang. "Sikapmu yang seperti ini bikin Rani nggak hormat. Aku antar ke terminal. Dia bilang anak-anak nggak betah di sini, jadi dia pulang ke rumahnya sore tadi. Emangnya kenapa sih?" Sukma tertawa sinis.. " Rani pulang bukan karena nggak betah, tapi untuk menghilangkan jejak!" Dahi Yudi berkerut. Dia semakin tidak mengerti arah pembicaraan Sukma. "Cincin kawin kita hilang, Mas! Ua

    最終更新日 : 2025-04-10
  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Ini Pilihanku

    Sukma berdiri membelakangi Yudi sembari memegangi pipinya yang terasa kebas. Sejak menikah ini pertama kalinya Yudi melukai fisiknya dan untuk Sukma tindakan tadi adalah puncak dari segala luka yang selama ini dia pendam. Cukup sudah kesabarannya, selama ini dia bertahan berharap Yudi sadar telah bersikap tidak adil padanya. Tak jemu merajut doa di setiap sujud agar pria itu melihat pengabdiannya. Namun, semua sia-sia, ternyata berjuang sendiri itu melelahkan. Sementara itu Yudi masih berdiri di ambang pintu kamar, dia berusaha mendinginkan hati Sukma yang membara. “Sukma, aku minta maaf,” ucap Yudi dengan suara bergetar. Dia menyesali perbuatannya, melihat pipi Sukma bekas tangannya di pipi bersih Sukma menyakiti hatinya juga. Dia merasa gagal sebagai suami. “Aku khilaf. Aku nggak sengaja. Aku—” “Pergi!” Sukma menjawab tegas, suaranya meninggi. “Kamu pikir maaf bisa memperbaiki semuanya? Kamu pikir aku akan melupakan begitu saja apa yang baru saja kamu lakukan?” Yudi terdiam, mat

    最終更新日 : 2025-04-10
  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Baikan

    Di rumah ibunya, Sukma terduduk di sofa kecil ruang tamu, wajahnya sembab karena tangis yang belum juga reda. Sang ibu duduk di sebelahnya, memegang tangan putrinya dengan lembut. “Sudahlah, Nak. Kamu di sini dulu. Tenangkan pikiranmu. Jangan ambil keputusan apa-apa saat hati masih panas,” ucap ibunya dengan lembut. Sukma mengangguk walau hatinya masih gelisah. “Tapi, Bu, apa gunanya bertahan? Aku mencintai Yudi, tapi dia tidak pernah berpihak padaku. Kalau begini terus, aku capek. Aku nggak sanggup.” Ibunya mengusap punggung Sukma dengan penuh kasih. “Ibu tahu kamu cinta sama dia, tapi pernikahan itu bukan cuma soal cinta, Nak. Kalau kamu terus terluka, itu bukan cinta lagi namanya. Kamu istirahat dulu, ya. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang meny4kitkan.” Sukma lagi-lagi mengangguk pelan. Tubuhnya terasa lelah, bukan hanya karena kurang tidur, tetapi juga karena beban emosional yang tak kunjung hilang. Belakangan ini dia juga sering merasa mual dan pusing, mungkin efek masala

    最終更新日 : 2025-04-10
  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 11

    Telinga Sukma berdenging ketika mendengar suara nyaring ibu mertuanya. Wanita paruh baya itu melangkah masuk ke rumah tanpa permisi, langsung duduk di kursi ruang tamu seolah rumah ini miliknya. Wajahnya yang penuh kerutan tampak masam, pandangannya tajam dan sinis ke arah Sukma."Oh, baru ingat pulang. Dasar wanita nggak benar!" suara ketus itu keluar dari mulut ibu Yudi, membuat Sukma yang duduk di kursi seberang hanya mampu menghela napas panjang.Sukma diam, mencoba menahan emosi yang meluap-luap dalam dadanya. Dia tahu, berdebat dengan ibu Yudi hanya akan memperpanjang masalah. Dia melirik Yudi yang berjalan ke kamar mandi."Seharusnya kamu bersyukur, Sukma. Anakku itu terlalu baik sama kamu. Kalau aku jadi dia, sudah lama kamu aku tinggalkan! Mana ada laki-laki yang mau bertahan sama istri kayak kamu?" lanjut ibu mertuanya, kali ini dengan senyum sinis meremehkan Sukma.Sukma tersenyum tipis, dalam kondisi normal mungkin balasannya akan frontal. Sekarang kondisi badannya sangat

    最終更新日 : 2025-04-10
  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 12

    Sukma sedang memeriksa pesanan online yang masuk di ponselnya di ruang tamu, ketika suara pintu depan berderit keras tanpa aba-aba. Dia langsung memasang kerudungnya yang tergeletak di kursi lalu menoleh siapa yang datang."Juno?" serunya, adik bungsu Yudi itu masuk tanpa mengetuk, seolah rumah ini miliknya."Hehe, kaget ya, Mbak?" Juno tersenyum lebar, tatapannya menyapu ruangan sebelum mendarat pada Sukma. Ada sesuatu di matanya yang membuat Sukma tidak nyaman, tatapan Juno terlalu berani, terlalu menilai, membuatnya bergidik."Kenapa masuk nggak izin dulu?" Sukma menegur, berusaha tetap tenang meski hatinya sudah ketar-ketir."Ah, ini kan rumah Kakakku sendiri. Apa salahnya?" jawab Juno santai sambil menutup pintu dengan kaki."Mas Yudi nggak ada di rumah, sebaiknya kamu pulang," ucap Sukma tegas. Dia mulai curiga melihat Juno menutup pintu, dia takut akan terjadi fitn4h. Dia berjalan ke arah pintu."Tunggu dulu, Mbak," Juno menghalangi langkah Sukma, dia mendekat dengan langkah pe

    最終更新日 : 2025-04-10

最新チャプター

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 30

    Setelah dua hari menghilang, Yudi akhirnya pulang ke rumah dengan langkah gontai. Pikirannya masih dipenuhi oleh peristiwa yang mengguncang hatinya. Dia meletakkan sembarang sepeda motornya. Dahinya berkerut ketika melihat mobil yang biasa dipakai Sella terparkir di pekarangan rumah. Saat membuka pintu, ia disambut oleh ibunya yang berdiri dengan wajah marah. "Ke mana saja kamu dua hari ini, Yudi? Menghilang tanpa kabar, membuat kami semua khawatir!" Ibunya bertolak pinggang menatap Yudi tajam. Yudi hanya terdiam, tak ingin menjawab pertanyaan ibunya. Lagipula dia bukan an4k kecil yang harus berkabar. Harusnya ibunya mengerti perasaannya, tapi wanita itu seolah-olah menutup mata. Yudi merasa miris, inilah keluarga yang dia agung-agungkan dulu. Saat melewati kamar Juno, matanya tertuju pada Sella dan Juno yang tiba-tiba muncul dari kamar. "Setelah kamu pergi begitu saja, kami terpaksa menikahkan Sella dengan Juno untuk menghindari malu." Ibunya menjelaskan tanpa diminta. Yudi menat

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 29

    Pagi itu, rumah Sella telah disulap menjadi tempat yang megah. Dekorasi elegan menghiasi setiap sudut, bunga-bunga segar menebarkan aroma wangi, dan para tamu mulai berdatangan, menantikan momen sakral akad nikah antara Yudi dan Sella. Di sebuah kamar yang disediakan khusus untuknya, Yudi duduk termenung. Pikirannya berkecamuk, bayangan tentang Sukma, mantan istrinya, terus menghantui benaknya. Penyesalan perlahan merayapi hatinya, terutama mengingat anak mereka yang akan segera lahir. Namun, Yudi mencoba menepis perasaan itu, meyakinkan dirinya bahwa keputusan untuk menikahi Sella adalah yang terbaik, terutama setelah banyaknya bantuan yang diberikan Sella kepada keluarganya. Lambat-laun dia yakin perasaan pada Sukma akan hilang dengan sendirinya. Merasa bosan karena terlalu lama menunggu, Yudi memutuskan keluar kamar untuk mencari minuman dan menghisap sebatang rokok, berharap dapat meredakan kegelisahannya. Saat melintasi koridor, telinganya menangkap suara des4han dari salah satu

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 28

    Empat bulan akhirnya berlalu. Sukma menatap surat cerai di tangannya. Satu bulan yang lalu Yudi mengantarkan surat itu bersama undangan pernikahannya dengan Sella. Senyum kemenangan tampak di wajah wanita itu, dia masih saja berusaha memprovokasi Sukma, seolah-olah tak puas berhasil menghancurkan rumah tangganya. Namun, Sukma memilih tidak menanggapi, karena Sella memang tak penting untuknya. "Aku harap kamu datang ke pernikahan aku dan Mas Yudi. Resepsinya sangat mewah dan meriah." Sella sengaja menggandeng lengan Yudi untuk menunjukkan posisinya. "Aku usahakan, karena akhir-akhir ini aku sibuk sekali." Suara Sukma terdengar tenang. Sella salah kalau berpikir dia akan terpancing trik murahan itu. Hatinya telah mati rasa, jadi mau keduanya bermesra4n pun di depannya tidak berpengaruh apa pun. Sella mencibir. "Ck, gayamu sok sibuk. Paling juga sibuk nyari kerja. Lagian siapa yang mau pekerjakan wanita h4mil sepertimu. Sebentar lagi perutmu bunc1t, kamu pikir nggak ngerepotin?!" L

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 27

    Sukma duduk tenang di ruang sidang, tangannya terlipat di pangkuan. Perutnya yang mulai membesar sedikit mengganggu posisi duduknya, tapi ia berusaha untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanan itu. Hari ini, ia ingin semuanya selesai. Di seberangnya, Yudi duduk dengan wajah tegang. Sella dan ibu Yudi duduk di belakang tampak tersenyum penuh kemenangan. Sukma tidak peduli. Ia hanya ingin berpisah secepat mungkin. Hakim mengetukkan palunya. "Saudara Yudi, saudari Sukma, kita lanjutkan sidang perceraian ini. Saudara Yudi, sebelumnya Anda menyampaikan beberapa tuduhan terhadap saudari Sukma, di antaranya bahwa beliau terlalu mandiri dan tidak mendukung rumah tangga sesuai harapan Anda, serta ada keraguan mengenai kehamilannya. Benarkah?" Yudi mengangguk tegas. "Benar, Yang Mulia." Hakim mengalihkan pandangannya ke Sukma. "Saudari Sukma, apakah Anda membantah tuduhan tersebut?" Sukma mengangkat wajahnya, menatap hakim dengan tenang. "Tidak, Yang Mulia." Ruangan mendadak sunyi. Yudi mena

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 26

    Sukma berdiri di depan toko pakaian yang siap beroperasi. Matanya berembun menatap papan nama yang baru saja dipasang. Usaha ini adalah impian yang akhirnya menjadi nyata. Meski hidupnya sedang kacau karena perceraiannya dengan Yudi, setidaknya dia masih punya sesuatu yang bisa dibanggakan. Di sampingnya, Arman berdiri dengan tangan di saku, memperhatikan dalam diam. Dia tahu Sukma berusaha tegar, tapi sorot matanya menjelaskan apa yang sedang dirasakannya. “Kalau kamu butuh bantuan untuk mengurus toko ini, aku siap,” kata Arman akhirnya. Sukma tersenyum kecil. “Terima kasih, Man. Aku harus berterima kasih karna kamu udah bantu aku mewujudkan impianku. Walau buka pemilik, tapi dipercaya olehmu sudah sangat luar biasa. Aku nggak mau merepotkan kamu lagi." “Kamu nggak merepotkan aku. Malah aku senang direpotkan kamu terus.” Sukma menoleh, dan saat itu dia melihat binar di mata Arman sangat tulus, tatapannya begitu dalam membuat hatinya bergetar. Ketulusan yang tak pernah dia temukan

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 25

    "Jangan-jangan an4k yang kau kandung bukan berasal dari benihku." Sukma geram mendengar perkataan Yudi. Apakah aku serendah itu di matanya? Jangankan berzin4, berdekatan dengan lelaki lain saja tidak pernah. Sementara dia, sidang cerai belum dimulai dia sudah membawa wanita mur4han itu bersamanya. Lihatlah, dengan tidak tahu malu Sella bergelayut di lengannya. "Terserah kamu mau bicara apa. Lagipula nggak akan merubah apa pun." Sukma melangkah perlahan menuju Pengadilan Agama sambil mengusap perutnya. Meski terlihat tegar, tidak ada yang tahu hatinya ngilu mendengar tudingan Yudi. Tiga tahun pernikahan tak membuat lelaki itu benar-benar mengenalnya. Sangat miris, selama pernikahan hari-hari dia dan Yudi lewati dengan harapan Tuhan mempercayai mereka dengan memiliki an4k, tetapi saat dikabulkan lelaki itu justru menggugat cerai, memilih wanita lain. Di sampingnya, Arman berjalan dalam diam. Sesekali dia melirik Sukma. Mendengar tudingan Suami Sukma membuatnya emosi. Andai tadi Suk

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 24

    Dua minggu berlalu sejak pertengkaran di rumahnya, Yudi tidak pernah lagi datang atau sekadar bertanya kabar. Ada kesedihan mengendap di dada Sukma, bukan perihal lelaki itu mengabaikannya, tetapi dia sedih an4knya yang belum dilahirkan tidak dipedulikan sang ayah. Padahal di tiga semester pertama sangat berat, terutama morning sickness yang membuat tubuhnya lemas. Belum keinginan memakan sesuatu yang tak pernah dia makan sebelumnya. "Nak, ini rujak pepaya kampung yang kamu minta. Padahal nggak musimnya, tapi kalau emang rezeki pasti ada aja jalannya." Narti, ibu Sukma meletakkan kantong kresek di atas meja. Sukma yang sedang berada di kamar meletakkan ponselnya. Untuk merintang waktu, dia belajar bagaimana mengembangkan bisnis baik secara online atau offline. "Ibu dapat dari mana?" tanya Sukma, dia menatap rujak yang sudah tersaji di atas meja dengan mata berbinar. "Dari Wak Romlah. Katanya, anaknya baru pulang bawa banyak oleh-oleh buah. Saat Ibu lewat di depan rumah dipanggil l

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 23

    "Dia kenapa?" tanya Juno melihat Yudi uring-uringan masuk ke dalam rumah. Sella yang ditanya mengangkat bahu acuh tak acuh, dia duduk di sebelah Juno dengan raut cemberut. "Masmu dari rumah Sukma. Dia kesal karena wanita itu ada laki-laki lain.""Laki-laki lain?" Dahi Juno berkerut, dia menggeser duduk lebih dekat dengan Sella. "Maksudnya gimana?"Sella tersenyum tipis. "Sukma itu tampilannya aja alim, muslimah taat, aslinya dia doyan selingkuh." "Nggak mungkin dia begitu, kamu pasti salah."Sella berdecak. "Kalau begitu dia juga berhasil menipu kamu. Emang, ya, sekarang nggak bisa menilai orang dari penampilan." Suaranya terdengar sinis."Memangnya ada bukti kalau Mbak Sukma selingkuh?"Sella menatap Juno tajam. "Kamu masih ngebela dia? Jelas-jelas tadi saat aku dan Yudi ke rumahnya, si Sukma itu baru pulang jalan sama laki-laki lain. Bukan hanya itu, laki-laki itu mengatakan akan menikahi Sukma setelah melahirkan nanti. Aku jadi curiga, jangan-jangan an4k yang dia kandung bukan an

  • Istri yang Kau Anggap Bodoh   Bab. 22

    Arman berlari menghampiri Sukma yang mencoba bangkit, sementara sepeda motornya dibiarkan begitu saja."Kamu nggak apa-apa?" Arman memapah Sukma membawanya duduk di trotoar."Aku nggak apa-apa, tapi perutku ...." Sukma meringis sambil memegangi perutnya.Wajah Arman pias, dia tahu Sukma sedang mengandung. "Tunggu di sini, aku ambil mobil dulu. Kita ke rumah sakit."Sukma mengangguk. Dia melihat beberapa orang lelaki membawa sepeda motornya ke pinggir. Dia juga melihat Arman berbicara dengan pemilik warung lalu memberikan sesuatu. Sukma terpaksa membanting stang sepeda motor ke kiri untuk menghindari anak kecil yang tiba-tiba berlari ke tengah jalan. Sayangnya, dari belakang sepeda motor langsung menabraknya. Beruntung keduanya tidak terlalu kencang hingga tidak ada luka serius."Ayo, apa kau kuat berjalan?" Arman membantu Sukma bangkit.Sukma mengangguk, tapi baru beberapa langkah dia mengaduh. Arman tak mau berpikir panjang dia membopong si wanita lalu mendudukkan di kursi depan di

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status