"Welcome indonesia!" teriak Celena dalam hati sambil merentangkan kedua tangannya ke udara dan memejamkan matanya.
"Sangat berbeda dengan udara di sana, hemm khas sekali aroma disini?" gumamnya pelan."Yah, khas aroma POLUSI!" ucap seseorang yang berjalan melewatinya seketika membuat lamunan Celena buyar."Yakkk! Cowok gila! Astaga kenapa nasib ku begitu sial harus bertemu denganmu disini!" seru Celena berkacak pinggang seketika menghentikan langkah pemuda itu."Bagaimana kalau ku katakan TAKDIR!" ucapnya dengan sebuah senyum menyeringai menghiasi wajahnya."Cih, aku bertakdir dengan pria gila sepertimu? Hahaha lebih baik aku menjomblo seumur hidup!" kata Celena."Hahaha baiklah, mari kita buktikan! Bila kita bertemu lagi dalam beberapa hari ke depan tanpa di sengaja, berarti memang kita berjodoh!" ucapnya santai lalu ia segera melanjutkan langkah kaki nya meninggalkan Celena yang masih mematung di tempatnya mencerna setiap ucapan nya."Tuan, bagaimana kalau memang anda berjodoh dengannya?" tanya Here sang asisten."Hey, kau gila! Tentu saja itu tidak mungkin! Kau tau aku akan segera melamar Felly!" ucap Javier dengan kesal."Tapi Tuan, mengapa saya merasa wajahnya tidak asing ya?" tanya Herry."Apa maksudmu?" tanya Javier."Hem bukankah wajahnya sangat mirip dengan kekasih alm.Tuan Javie?" tanya Herry pelan.Deg!Javier terdiam, memang sejak pertama kali ia bertemu dengan Celena ia tidak asing dengan wajahnya. Mungkinkah itu benar Celena? Baru beberapa bulan sejak kecelakaan itu dan dia sudah sangat sehat? Sedangkan Javie selamanya takkan bisa kembali lagi. Javier mengepalkan tangannya dengan kuat kala baru menyadari bahwa Celena itu adalah kekasih dari adik kembar nya.🍁🍁🍁"Mommy, Daddy!" panggil Celena saat memasuki rumah."Assalamualaikum," sindir Narra kala melihat kedatangan putri nya."Walaikumsalam hehehe," jawab Celena menyengir kuda."Kenapa tidak minta jemput hem?" tanya Narra lembut."Mau kasih surprise dong," ucap Celena."Dimana daddy Mom?" tanya Celena."Daddy baru pulang dari rumah sakit, ia sedang mandi. Kamu juga mandi gih, habis itu kita makan sama sama," kata Narra lembut."Lalu Celine sama siapa?" tanya Celena."Aunty Tari," jawab Narra."Ohh," Celena hanya ber oh ria lalu ia segera berlari ke kamar nya untuk membersihkan diri.Setelah selesai membersihkan dirinya, Celena pun kembali menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan. Ternyata di sana sudah ada Bisma dan Narra yang menunggu nya."Daddy, Lena rindu," ucap Celena langsung memeluk Bisma dari belakang."Daddy juga sangat merindukan mu Sayang, ayo duduk dulu," kata Bisma lalu Celena pun langsung duduk di sebelah Bisma dan berhadapan dengan Narra."Bagaimana kuliah kamu hem?" tanya Bisma."Beres Dad, tinggal beberapa bulan lagi maka Celena wisuda!" ucap Celena riang.."Putri Daddy emang terbaik," kata Bisma mengusap rambut Celena dengan sayang.Mereka pun akhirnya memulai makan malam bersama sambil mengobrol dan bercerita tentang bagaimana kehidupan Celena selama tinggal sendirian. Tentu saja Celena merasa kesepian, namun Celena menikmati itu, ia berusaha untuk tidak mengeluh di depan orang tua nya. Ia tak ingin terus di anggap anak kecil oleh ayahnya.Sedangkan di suatu tempat, tepatnya di sebuah restauran. JF Resto and Caffe, seorang gadis cantik tengah menatap lekat lekat wajah kekasihnya yang sangat amat ia rindukan. Ia begitu takut hanya untuk sekedar berkedip. Ia takut bila ternyata ini hanya mimpi."Sayang, kau masih tak percaya bahwa ini aku hem?" tanya Vier dengan lembut sambil menggenggam tangan kekasih nya."Aku masih berapa mimpi Baby, kamu tau selama ini aku sangat merindukan mu," kata Felly sedih."Maafkan aku," ucap Vier lalu ia mengecup tangan Felly."Sebentar lagi, kuliahku selesai dan aku akan sibuk dengan tugas magang ku. Itu berarti waktu kebersamaan kita tak banyak," kata Felly sedih."Kamu mau magang dimana?" tanya Vier."Paling sama kak Aiden, memangnya dimana lagi? Gak mungkin aku magang di kantor papa," jawab Felly dan Vier hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti."Aku disini satu minggu, dan waktuku full buat kamu," kata Vier seketika membuat senyum merekah di wajah Felly."Seriusly? Satu minggu? For me?"ucap Felly bahagia, seketika ia langsung beranjak dari duduk nya dan langsung memeluk Vier dengan lembut."Aku mau ke pantai," kata Felly dengan cepat."Baiklah, bagaimana kalau besok pagi?" tanya Vier."Setuju!" ucap Felly senang."Berjanji lah bahwa kamu akan selalu bahagia seperti ini, oke!" kata Vier sambil mencium pipi Felly."Aku selalu bahagia kalau sama kamu," kata Felly."Ya sudah, sekarang kita makan habis itu pulang biar besok tidak kesiangan oke," ucap Vier dan Felly langsung kembali ketempat duduknya dan memakan makanan nya.'Semoga kita bisa bahagia sampai akhir,' gumam Vier dalam hati."Langit!" panggil Celena saat memasuki rumahnya."Yuhuuu, ckckckck Langit dimana kamu?" panggil nya lagi seketika membuat seorang pemuda yang terlihat dengan wajah kesal mulai menuruni tangga."Lo kata gue anak ayam lo panggil begitu!" sungut Langit kesal membuat Celena terkekeh."Ngapain lo pagi pagi udah disini?" tanya nya ketus sambil menggaruk kepalanya karena bangun tidur."Astaga anak bujang jam segini baru bangun ckckckck," decak Celena."Kapan lo balik ke indo? Dan kapan lo kesini nya?" tanya Langit mendudukkan dirinya di meja makan."Gue sampai di Indo kemaren sore, dan gue kesini sekitar beberapa menit yang lalu!" jawab Celena santai."Ayah sama Bunda gak ada, ngapain lo kesini?" tanya Langit memakan roti nya."Justru karena Om Awan dan Tante Rain gak ada, gue baik hati mau ngajakin lo jalan jalan. ayolah temenin gue!" kata Celena santai."Kemana?" tanya Langit mengerutkan dahinya."Hemm gimana kalau pantai?" tawar Celena."Pantai mana?" tanya Langit."Hemm pasir putih!" kata Celena dengan cepat."Bilang aja lo mau jadiin gue supir kan!" saut Langit dengan cepat."Hehehe, ayolah Lang. Gue disini gak bisa lama lama lho, cuma seminggu habis itu gue bakal balik lagi ke Jerman dan fokus magang," kata Celena lesu."Haiss ya sudahlah, gue mandi dulu!" ucap Langit beranjak dari duduk nya dan menuju ke kamar nya.Celena dan Langit begitu menikmati deburan ombak di pinggir pantai, meskipun cuaca sudah hampir terik namun Celena masih tetap bertahan menatap ombak."Kenapa lo gak cari cowok aja sih?" tanya Langit sambil meminum kelapa muda."Lo tau Lang, Daddy ngelarang kita pacaran," jawab Celena lesu."Ya tapikan Celine aja bisa backstreet di belakang Daddy lo, bahkan sampai beberapa tahun lagi," kata Langit bingung. Mengapa Celena tak bisa seperti Celine. Celena lebih patuh dan menuruti semua kemauan Daddy Bisma. Mungkin bila Daddy Bisma menyuruhnya menjomblo dia akan menurutinya. Benar benar seperti robot, batin Langit."Gue gak bisa seperti dia Lang, kalau gue melanggar aturan Daddy juga seperti Celine, lantas siapa yang akan menuruti kemauan Daddy?" gumam Celena pelan namun masih mampu di dengar oleh Langit.Sejujurnya Langit sangat salut kepada Celena, karena memang ia selalu bisa di andalkan oleh keluarganya. Bahkan Celena rela mengorbankan kebahagiaan nya demi saudara kembarnya. Tanpa di ketahui semua keluarga bahwa Celena sudah menanggung beban berat sedari dulu. Namun Celena hanya diam tidak berani mengungkapkan isi hatinya. Langit lah yang Paling peka dengan apa di rasakan oleh sepupu nya. Dan ia bangga juga sayang kepada Celena, makanya ia tidak bisa berkata TIDAK bila Celena meminta sesuatu darinya.Mendengar suara putri kecilnya yang terbangund an langsung berteriak,. Sontak saja membuat kedua orang dewasa itu sedikit terkejut. Javier segera melepaskan pelukan nya pada Wanita itu dan segera menghapus air matanya.“Sayang kok udah bangun?” tanya Javier mengalihkan pertanyaan Deera sambil tersenyum hangat pada putri kecil nya.“Ayah cama Bunda belicik! Deela na gak bica bobok lagi.” Kata anak itu sambil memanyunkan bibir nya. Wajah nya terlihat masih sangat mengantuk, tapi juga terlihat sangat kesal lantaran tidak di ajak untuk berpelukan.“Maaf Sayang,” Celena pun langsung menghampiri Deera dan memeluknya dengan erat. “Ayah nais agi?” tanya Deera polos saat melihat mata Ayahnya memerah. Kini, kepala anak itu sudah miring seolah ingin memastikan apakah benar sang ayah menangis lagi, untuk kesekian kalinya, atau hanya basah karena keringet.“Enggak Sayang, tadi mata Ayah kelilipan, makanya merah dan tadi Bunda lagi mau niupin mata Ayah.” Jelas Javie
Lanjut Flashback on .... Bisma yang melihat gerak_gerak Felly sangat mencurigakan pun, akhirnya mengisyaratkan Langit untuk mengikuti gadis itu. Untungnya Langit anak yang cerdas dan memiliki IQ tinggi, jadi dengan cepat dia paham dan mengertiarti kode dari Bisma. Beberapa hari berlalu, sejak Celena di nyatakan koma, kesehatan Celine pun yang awalnya membaik menjadi semakin drop. Hingga sore itu, Langit datang menemui Bisma di ruang rawat Celine, dengan membawa beberapa informasi yang ia dapatkan beberapa hari ini. Berkat Langit, disitu Bisma tahu bahwa musibah yang menimpa Celena karena adanya faktor kesengajaan. Terlebih itu dilakukan oleh mantan kekasih dari suaminya sendiri. Bisma semakin meradang ketika melihat Javier dan mantan kekasihnya itu terus bersama selama beberapa hari ini. Meskipun Javier sudah menolak, namun Felly masih terus datang ke rumah sakit untuk membawakannya makan. Bahkan tak jarang Bisma tanpa sengaja melihat Felly memberikan minuman kepada Javier
Menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya, kini akhirnya mobil yang di tumpangi Javier sudah tiba di sebuah gedung tinggi yang tak lain adalah perusahaan ayah mertuanya. Sesampai nya di Alfarezky Group, Javier langsung berjalan cepat menuju ruangan mertuanya. Tidak ada yang mencegatnya. Semua sudah tau siapa Javier."Javier," panggilan pertama yang ia dapatkan dari Radit. Asisten mertuanya seketika membuat langkah kaki nya terhenti. "Selamat siang Om," sapa Javier begitu sopan.‘’Javier, ada apa? Tumben kemari?" tanya om Radit sedikit penasaran, karena tidak biasanya Javier akan datang ke kantor Alfarizky dengan tiba tiba. Biasanya, laki laki itu akan datang jika ada pekerjaan, itupun tidak mungkin secara mendadak, karena asisten Javier pasti akan lebih dulu mengkonfirmasi dan menginfokan kapan dan jam berapa akan datang ke sana. Tapi berbeda dengan sekarang, Javier datang dengan tiba tiba hingga mmebuat nya seidkit terkejut. "Daddy ada om? Ada yang ingin Javier
Malam harinya, setelah menidurkan ketiga anaknya. Kini Javier tengah berbaring menatap langit-langit kamarnya, dengan tangan yang di lipat ke atas menjadikannya bantal."Sayang, aku sangat merindukan mu." "Andai kamu disini, bersama ku. Bersama kami," "Sayang, kenapa aku merasa bahwa kamu masih ada. Kenapa aku bisa merasa bahwa kamu ada di sekitar kami." Javier memejamkan matanya sambil menarik napas dengan begitu dalam. Bayangannya kembali saat ia menatap wajah Celine tadi siang. Ia merasa seperti sangat mengenal sorot mata sayu itu. Celena, dia Celena bukan Celine. Begitu pikirnya. Namun, Javier tidak berani menyimpulkan lebih lanjut lagi. Ia takut salah. Ia takut bila ia malah berpaling kepada Celine dan melupakan Celena. Javier bangkit dari tempat tidur nya, ia mengambil ponsel dan menghubungi Herry sang asisten juga sahabatnya. "Cari tau tentang Celine sekarang!" Hanya seperti itu, Javier langsung mematikan sambungan telfon. Membuat Herry terdi
Makan siang kali ini semua hanya terdiam dan fokus dengan makanan masing-masing. Terutama untuk Celine dan Javier, karena sedari tadi keduanya hanya saling mencuri pandang. Entah apa yang sedang mereka rasakan, mereka sedang berusaha untuk tidak menatap. Walau pada akhirnya, tak hanya satu dua kali keduanya saling memergoki sedang menatap satu sama lain."Bunda, Deela mau makan kaya Bunda," ucapan Deera dengan suara khas cadel nya seketika membuyarkan lamunan kedua orang dewasa di depan nya."Sayang, kamu makan Ayam saja. Nanti badan kamu gatal lagi bagaimana?" Javier langsung menggelengkan kepala nya, untuk melarang agar Deera tak meminta makanan Celine."Deela mau cobain, Ayah. Deela mau itu!" Deera langsung memanyunkan bibirnya kala mendapat larangan dari sang Ayah."Deera mau ini Sayang?" Karena merasa tidak tega melihat Deera merengek, akhirnya Celine berniat untuk mengambilkan makanan yang di inginkan Deera, namun lagi lagi langsung di cegah oleh Javier."
Di sebuah taman kanak kanak yang cukup terkenal di kota itu. Terlihat, tiga anak kecil tengah asik bermain di halaman depan TK. Dengan di dampiri dua orang wanita muda dan paruh baya, ketiga anak itu terlihat sangat bahagia."Alin, lihat ini aku juga puna Bunda," ucap Deera sambil berkacak pinggang menatap salah satu teman nya."Bohong! Itu bukan Bunda kamu. Bunda kamu kan sudah pergi ke surga!" kata anak kecil yang bernama Arin."Kamu gak lihat! Bunda aku Cudah pulang! Bunda Dela cudah pulang dali culga!" ucap Derra lagi."Deera bodoh! Mana ada orang bisa pulang dari surga! Orang yang di surga itu berarti sudah meninggal jadi bunda kamu itu sudah mati!" kata Arin langsung tertawa mengejek."Bunda Dela macih hidup!" jerit Deera lalu ia menangis dengan histeris.Celine dan mom Narra yang tadi tengah menemani Dean dan Derren pun langsung menghampiri Deera saat mendengar nya menangis."Sayang, ada apa ini?" tanya Celine dengan lembut dan berjongkok menyamaka