Hari berganti hari berlalu dengan begitu cepat, tanpa terasa kini sudah hampir 6 bulan sejak kematian Javie. Javier masih stay di Jerman untuk mengurus perusahaan Arya dan Javie.
"Tuan, sebentar lagi kita akan ada meeting dengan tuan Aska dari Arkana Grup," ucap Herry asisten pribadi nya."Baiklah, kita berangkat sekarang," kata Javier lalu mulai membereskan berkas di meja nya dan beranjak dari duduk.Sekitar satu jam perjalanan, kini Javier dan Herry sudah sampai di perusahaan Arkana. Javier mempersilahkan Herry untuk berjalan lebih dulu menemui tuan Aska karena dirinya tengah berbalas pesan chat dengan kekasih nya.Saat ia hendak masuk ke dalam lift, tanpa ia sadari dirinya menabrak seseorang yang hendak keluar dari lift hingga membuat keduanya terjatuh."Shitt!" umpat Javier marah karena hape nya terjatuh dan terpental lumayan jauh."Auwwhhh shhhh sakit," ujar seorang gadis merintih kesakitan akibat benturan dengan lantai."Kau! Bisa tidak jalan dengan mata hah!" bentak Javier begitu marah saat melihat hape nya pecah menjadi dua."Heh Tuan, anda yang salah mengapa anda yang memarahi saya hah!" bentak nya juga tak kalah tegas sambil berkacak pinggang, walau tangan dan pinggang nya sakit namun ia berusaha menahan untuk memarahi orang tersebut."Apa kau tidak punya mata? Kau tak melihat bagaimana keadaan ponsel saya?" tanya Javier dengan suara meninggi."Hey Tuan apa kau juga buta sampai tak melihat bahwa mataku ada dua di sini!" ucap nya menunjuk matanya dan menatap tajam ke arah Javier."Kau!" ucap Javier menunjuk wajah gadis tersebut, ia hendak kembali mengeluarkan kata kata namun ia urungkan kala melihat Herry yang baru keluar dari lift sebelah."Tuan, maaf. Tuan Aska sudah menunggu di ruang meeting," ucap Herry membungkuk sopan."Berdoalah agar kita tidak bertemu lagi atau kau akan aku habisi!" ucap Javier mengancam namun gadis tersebut tidak takut sama sekali."Hey Tuan Asisten, aku doakan kau panjang umur dan jangan lupa atur pola makan mu, karena aku yakin hidup mu pasti sangat TERSIKSA, karena harus bekerja dengan orang gila seperti nya," ucap wanita gadis tersebut sambil melirik tajam ke arah Javier."Kau!" geram Javier menahan kesal."Bye bye asisten ganteng!" ucap gadis tersebut lalu ia segera berlari kabur."Puas?" tanya Javier menatap Herry dengan kesal lantaran melihat asisten nya tengah menahan senyum nya."Huuhh, dasar cowok gila setres gak waras!" umpat seorang gadis sambil berjalan menyusuri jalanan sambil menunggu taxi.Dirinya habis menemui sepupunya namun ia harus terkena sial karena bertemu dengan laki laki tersebut."Dia yang salah dia juga yang marah marah hadeuh. Aku doain gak bakal laku dia," ucap nya lagi.Drrtt.. Drrtt... Drrttt..."Hallo Mommy?" ucap Celena saat sudah mengangkat panggilan telfon tersebut."Hallo Sayang, bagaimana kabar kamu Nak?" tanya Narra di seberang sana."Celena baik Mom, bagaimana kabar mommy Daddy dan juga Celline?" tanya Celena."Mommy sama Daddy baik, dan Celine ... Yah seperti itulah," ucap Narra sedih."Celena yakin pasti Celine akan segera sadar, mommy tenang aja ya jangan banyak berfikir. Mommy harus semangat dan terus jaga kesehatan," ucap Celena menyemangati Narra."Iya Sayang, kamu juga baik baik di sana, jangan merepotkan aunty Salsa terus ya," kaya Narra."Dih, Celena mah baik Mom, hanya saja si tengil satu itu yang terus mengganggu lena,"Ucap Celena membuat Narra terkekeh.Celena tidak jadi menaiki taxi, ia terus mengobrol dengan sang Mommy sambil berjalan, sampai tanpa terasa dirinya sudah sampai di taman dekat apartemen nya.Merasa lelah, Celena memutuskan untuk duduk di taman dan segera mengakhiri panggilan telfon nya. Ia melihat beberapa anak anak tengah bermain dengan riang. Lalu matanya melihat ada tukang es krim dan ia pun dengan wajah berbinar langsung mendekati nya."Hey anak anak! Siapa yang mau ice cream?" tanya Celena berteriak ke arah kerumuman anak anak, seketika anak anak tersebut langsung berhamburan lari ke arah Celena."Hahaha sabar ya antri satu satu semua pasti dapat," ucap Celena dan anak anak itu langsung menurut.Setelah memastikan semua mendapatkan bagian masing masing, Celena pun segera membayar dan ia kembali di kursi taman dengan beberapa ice cream di tangan nya.Celena membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur tanpa melepas sepatu dan jaket nya. Ia menatap ke arah langit langit kamarnya, pikiran nya menerawang jauh memikirkan keadaan saudari kembarnya."Celine, mengapa semakin kita dewasa kita semakin jauh? Mengapa harus ada perubahan di antara kita berdua? Bukankah kita sudah berjanji bahwa kita akan selalu bersama dan terbuka? Kita akan melewati semuanya bersama. Lalu mengapa semua ini terjadi? Apa salahku?" gumam Celena pelan tanpa terasa hingga membuat matanya berkaca kaca.Tuttt ... Tuuttt.... Tuuttt....Celena berulang kali menghubungi Aska namun tak urung di angkat oleh sang empunya."Pasti pacaran deh," gerutu Celena kesal."Nasib jomblo, gak punya pacar gak punya temen ya begini, KESEPIAN!" ucap Celena lalu ia segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya baru setelah itu ia akan tidur."Andai aku punya pacar, hidupku takkan kesepian," kata Celena sambil bernyanyi di bawah kucuran air shower."Kemana ya aku harus mencari pacar? astaga bahkan teman di kampus pun tak ada yang berani mendekati ku karena Daddy," ucapnya kesal. Memang benar, Bisma begitu posesif kepada anak anaknya. Kalau Celena mematuhi ucapan Bisma, berbeda dengan Celine yang nekat berkencan di belakang Bisma. Sebenarnya Bisma pun mengetahui nya tapi ia diam dan berpura pura tidak tau. Namun ia tetap memantau perjalanan asmara Celine dan kekasihnya tersebut, selama tidak melampaui batas Bisma akan tetap berpura pura tidak tau."Sayang, kapan kamu pulang?" tanya Felly, seperti biasa kini dirinya tengah melakukan video call dengan sang kekasih."Minggu depan Aku akan pulang, tapi aku tidak bisa lama," ujar Javier lembut."Benarlah?" tanya Felly antusias. "Jam berapa? Aku akan menjemputmu di bandara!" katanya."No no no, tidak perlu! Biar aku yang memberikan kejutan untuk mu," ucap Javier tersenyum membuat Felly memanyunkan bibirnya sebal."Sayang, jangan memanyunkan bibir seperti itu," kata Javier menggelengkan kepalanya."Kenapa?" tanya Felly."Membuatku semakin merindukan mu," jawab Javier membuat wajah Felly langsung merona seketika."Aaaaa aku juga sangat merindukan mu, aaa pokoknya kangen kangen kangen," Felly menggulingkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menghentak hentakan kakinya."Seminggu lagi oke," ucap Javier yang sebenarnya juga sudah sangat merindukan kekasihnya."Pokoknya kalau pulang harus luangin waktu buat aku, pengen peluk kamu," kata Felly manja membuat Javier terkekeh."Sayang, sikapmu yang manja dan menggemaskan seperti ini semakin membuatku tidak tahan," ucap Javier."Halalin eneng dong Bang," kata Felly terkekeh sendiri."Secepatnya ya neng," ucap Javier lalu mereka tertawa bersama melepas rindu.Mendengar suara putri kecilnya yang terbangund an langsung berteriak,. Sontak saja membuat kedua orang dewasa itu sedikit terkejut. Javier segera melepaskan pelukan nya pada Wanita itu dan segera menghapus air matanya.“Sayang kok udah bangun?” tanya Javier mengalihkan pertanyaan Deera sambil tersenyum hangat pada putri kecil nya.“Ayah cama Bunda belicik! Deela na gak bica bobok lagi.” Kata anak itu sambil memanyunkan bibir nya. Wajah nya terlihat masih sangat mengantuk, tapi juga terlihat sangat kesal lantaran tidak di ajak untuk berpelukan.“Maaf Sayang,” Celena pun langsung menghampiri Deera dan memeluknya dengan erat. “Ayah nais agi?” tanya Deera polos saat melihat mata Ayahnya memerah. Kini, kepala anak itu sudah miring seolah ingin memastikan apakah benar sang ayah menangis lagi, untuk kesekian kalinya, atau hanya basah karena keringet.“Enggak Sayang, tadi mata Ayah kelilipan, makanya merah dan tadi Bunda lagi mau niupin mata Ayah.” Jelas Javie
Lanjut Flashback on .... Bisma yang melihat gerak_gerak Felly sangat mencurigakan pun, akhirnya mengisyaratkan Langit untuk mengikuti gadis itu. Untungnya Langit anak yang cerdas dan memiliki IQ tinggi, jadi dengan cepat dia paham dan mengertiarti kode dari Bisma. Beberapa hari berlalu, sejak Celena di nyatakan koma, kesehatan Celine pun yang awalnya membaik menjadi semakin drop. Hingga sore itu, Langit datang menemui Bisma di ruang rawat Celine, dengan membawa beberapa informasi yang ia dapatkan beberapa hari ini. Berkat Langit, disitu Bisma tahu bahwa musibah yang menimpa Celena karena adanya faktor kesengajaan. Terlebih itu dilakukan oleh mantan kekasih dari suaminya sendiri. Bisma semakin meradang ketika melihat Javier dan mantan kekasihnya itu terus bersama selama beberapa hari ini. Meskipun Javier sudah menolak, namun Felly masih terus datang ke rumah sakit untuk membawakannya makan. Bahkan tak jarang Bisma tanpa sengaja melihat Felly memberikan minuman kepada Javier
Menempuh perjalanan hampir satu jam lamanya, kini akhirnya mobil yang di tumpangi Javier sudah tiba di sebuah gedung tinggi yang tak lain adalah perusahaan ayah mertuanya. Sesampai nya di Alfarezky Group, Javier langsung berjalan cepat menuju ruangan mertuanya. Tidak ada yang mencegatnya. Semua sudah tau siapa Javier."Javier," panggilan pertama yang ia dapatkan dari Radit. Asisten mertuanya seketika membuat langkah kaki nya terhenti. "Selamat siang Om," sapa Javier begitu sopan.‘’Javier, ada apa? Tumben kemari?" tanya om Radit sedikit penasaran, karena tidak biasanya Javier akan datang ke kantor Alfarizky dengan tiba tiba. Biasanya, laki laki itu akan datang jika ada pekerjaan, itupun tidak mungkin secara mendadak, karena asisten Javier pasti akan lebih dulu mengkonfirmasi dan menginfokan kapan dan jam berapa akan datang ke sana. Tapi berbeda dengan sekarang, Javier datang dengan tiba tiba hingga mmebuat nya seidkit terkejut. "Daddy ada om? Ada yang ingin Javier
Malam harinya, setelah menidurkan ketiga anaknya. Kini Javier tengah berbaring menatap langit-langit kamarnya, dengan tangan yang di lipat ke atas menjadikannya bantal."Sayang, aku sangat merindukan mu." "Andai kamu disini, bersama ku. Bersama kami," "Sayang, kenapa aku merasa bahwa kamu masih ada. Kenapa aku bisa merasa bahwa kamu ada di sekitar kami." Javier memejamkan matanya sambil menarik napas dengan begitu dalam. Bayangannya kembali saat ia menatap wajah Celine tadi siang. Ia merasa seperti sangat mengenal sorot mata sayu itu. Celena, dia Celena bukan Celine. Begitu pikirnya. Namun, Javier tidak berani menyimpulkan lebih lanjut lagi. Ia takut salah. Ia takut bila ia malah berpaling kepada Celine dan melupakan Celena. Javier bangkit dari tempat tidur nya, ia mengambil ponsel dan menghubungi Herry sang asisten juga sahabatnya. "Cari tau tentang Celine sekarang!" Hanya seperti itu, Javier langsung mematikan sambungan telfon. Membuat Herry terdi
Makan siang kali ini semua hanya terdiam dan fokus dengan makanan masing-masing. Terutama untuk Celine dan Javier, karena sedari tadi keduanya hanya saling mencuri pandang. Entah apa yang sedang mereka rasakan, mereka sedang berusaha untuk tidak menatap. Walau pada akhirnya, tak hanya satu dua kali keduanya saling memergoki sedang menatap satu sama lain."Bunda, Deela mau makan kaya Bunda," ucapan Deera dengan suara khas cadel nya seketika membuyarkan lamunan kedua orang dewasa di depan nya."Sayang, kamu makan Ayam saja. Nanti badan kamu gatal lagi bagaimana?" Javier langsung menggelengkan kepala nya, untuk melarang agar Deera tak meminta makanan Celine."Deela mau cobain, Ayah. Deela mau itu!" Deera langsung memanyunkan bibirnya kala mendapat larangan dari sang Ayah."Deera mau ini Sayang?" Karena merasa tidak tega melihat Deera merengek, akhirnya Celine berniat untuk mengambilkan makanan yang di inginkan Deera, namun lagi lagi langsung di cegah oleh Javier."
Di sebuah taman kanak kanak yang cukup terkenal di kota itu. Terlihat, tiga anak kecil tengah asik bermain di halaman depan TK. Dengan di dampiri dua orang wanita muda dan paruh baya, ketiga anak itu terlihat sangat bahagia."Alin, lihat ini aku juga puna Bunda," ucap Deera sambil berkacak pinggang menatap salah satu teman nya."Bohong! Itu bukan Bunda kamu. Bunda kamu kan sudah pergi ke surga!" kata anak kecil yang bernama Arin."Kamu gak lihat! Bunda aku Cudah pulang! Bunda Dela cudah pulang dali culga!" ucap Derra lagi."Deera bodoh! Mana ada orang bisa pulang dari surga! Orang yang di surga itu berarti sudah meninggal jadi bunda kamu itu sudah mati!" kata Arin langsung tertawa mengejek."Bunda Dela macih hidup!" jerit Deera lalu ia menangis dengan histeris.Celine dan mom Narra yang tadi tengah menemani Dean dan Derren pun langsung menghampiri Deera saat mendengar nya menangis."Sayang, ada apa ini?" tanya Celine dengan lembut dan berjongkok menyamaka