Share

75|

Author: Shanum Belle
last update Last Updated: 2025-12-24 19:00:00

Pernikahan bukan hanya bertujuan untuk merajut kasih antara dua insan, tetapi juga menyatukan kedua keluarga. Atas dasar itu, sebelum pernikahan dilaksanakan, mereka perlu mengetahui bibit, bebet, dan bobot.

“Tunjukkan sikap yang baik!” Widuri menepuk pundak Kamakarna, sebelum mereka pergi ke kediaman Raden Cakra.

Pernikahan keluarga keraton harus diperhitungkan dengan hati-hati. Baik keuntungan maupun konsekuensi yang diterima harus dipikirkan masak-masak. Karena sekali melangkah, tidak ada jalan kembali.

“Ibunda tenang saja. Ananda tahu bagaimana harus bersikap.” Kamakarna meraih tangan ibunya.

Sang Putra Mahkota Badra menepuk-nepuk punggung tangan Prameswari. “Semua kekhawatiran Ibunda tidak akan terjadi.”

Melihat sikap putranya yang tak lagi keberatan melakukan pernikahan dengan keluarga Jenderal Pertahanan Kota, Widuri pun bernapas lega. Satu beban di hati telah terangkat.

“Semua sudah siap?&rdq

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jadilah Pedangku, Sayang!   76|

    Damarteja meletakkan undangan pernikahan ke atas meja. Dia menarik Muniratri yang berada di sampingnya dan merengkuh wanita itu dalam pangkuan.“Kamakarna akan segera menikah,” ucapnya.Muniratri menghela napas. “Baru juga tiga minggu yang lalu kita kembali dari keraton. Masa harus ke sana lagi?”Wanita itu mengerucutkan bibir. “Kalau perjalanan ke sana hanya perlu satu jam sih tidak apa-apa. Masalahnya, kita harus melakukannya berhari-hari. Ini sangat melelahkan.”Hubungan Pangeran dan Putri Hadiwangsa makin baik dari hari ke hari. Kini, Muniratri berani mengungkapkan isi hatinya secara terang-terangan.“Kalau Putri mau, aku bisa membuat alasan agar kamu tidak ikut.” Damarteja membelai wajah sang istri.Meskipun Muniratri adalah istri Damarteja yang merupakan keluarga Kerajaan Badra, ia sadar dirinya tidak boleh berbuat sesuka hati. Ia harus mengikuti norma dan aturan yang berlaku.&ldq

  • Jadilah Pedangku, Sayang!   75|

    Pernikahan bukan hanya bertujuan untuk merajut kasih antara dua insan, tetapi juga menyatukan kedua keluarga. Atas dasar itu, sebelum pernikahan dilaksanakan, mereka perlu mengetahui bibit, bebet, dan bobot.“Tunjukkan sikap yang baik!” Widuri menepuk pundak Kamakarna, sebelum mereka pergi ke kediaman Raden Cakra.Pernikahan keluarga keraton harus diperhitungkan dengan hati-hati. Baik keuntungan maupun konsekuensi yang diterima harus dipikirkan masak-masak. Karena sekali melangkah, tidak ada jalan kembali.“Ibunda tenang saja. Ananda tahu bagaimana harus bersikap.” Kamakarna meraih tangan ibunya.Sang Putra Mahkota Badra menepuk-nepuk punggung tangan Prameswari. “Semua kekhawatiran Ibunda tidak akan terjadi.”Melihat sikap putranya yang tak lagi keberatan melakukan pernikahan dengan keluarga Jenderal Pertahanan Kota, Widuri pun bernapas lega. Satu beban di hati telah terangkat.“Semua sudah siap?&rdq

  • Jadilah Pedangku, Sayang!   74|

    Pemerintahan Badra masih kental dengan magis. Mereka menghitung tanggal baik dan buruk untuk menghindari waktu sial. Lembaga yang menangani masalah tersebut ialah Kawedanan Reripta.“Bulan depan?” Kamakarna membelalak saat membaca laporan yang diberikan langsung oleh pemimpin Kawedanan Reripta.Sang Putra Mahkota membanting laporan itu di atas meja. “Kenapa cepat sekali?”Kamakarna menggigit bibir bawah. Ia meraup muka, lalu bangkit dari duduk.“Ini tidak mungkin,” gumamnya.Lelaki itu mondar-mandir dari timur ke barat. Kakinya tak mau berhenti.“Kenapa kalian tidak bicara dulu padaku?” pekik Kamakarna.Lebih dari dua puluh tahun Kawedanan Reripta dipimpin oleh lelaki yang bergelar Raden Pangarsa Aji. Selama itu pula, dia tidak pernah memberitahu apa yang akan dilakukan, karena lembaga tersebut berada di bawah perintah Raja Badra langsung.“Yang Mulia, kami ....” Raden

  • Jadilah Pedangku, Sayang!   73|

    Muniratri tak henti menatap Pangeran Adipati membuat yang bersangkutan salah tingkah.Ia pun pura-pura sibuk melakukan aktivitas lain. Apa pun itu dia lakukan demi menutupi kegugupannya.“Paduka.” Muniratri meraih lengan Damarteja saat lelaki tersebut sedang meregangkan otot.“Kalau Putra Mahkota menaruh dendam, kita harus bagaimana?” Wanita itu mengedipkan mata dengan cepat, supaya terlihat seperti gadis yang menggemaskan.“Aduh! Kenapa dia bertingkah seperti ini, sih?” batin Damarteja.Atasan dan bawahan kerap memiliki pemikiran yang sama, tak terkecuali Damarteja dan Endra.Dulu, ketika Pangeran Adipati masih menganggap bahwa Raden Lawana adalah pelaku korupsi bahan pangan Pasukan Wirajati, setiap gerak-gerik Muniratri selalu menjadi objek kecurigaan.Kini, sejak Damarteja tahu bahwa ayah mertuanya bukanlah pelaku korupsi yang sebenarnya, setiap gerakan Muniratri dipandangnya sebagai sesuatu yang paling menarik di dunia.Damar

  • Jadilah Pedangku, Sayang!   72|

    Kamakarna meremas tiang gazebo di yang terletak di Tengah taman sari. Dia berdecih sambil mendongak ke langi biru.“Kenapa Raden Ayu melakukan ini padaku?” Kamakarna meraih lengan Muniratri.Ia menatap mantan tunangannya dengan saksama. “Bukankah kita sudah berjanji untuk bersama?”Meski Kamakarna adalah Putra Mahkota Badra yang wajib dihormati, Muniratri tidak mengacuhkannya untuk sesaat. Dia harus menenangkan Ningsih lebih dahulu, daripada terjadi sesuatu yang buruk nantinya.Muniratri melirik ke dayang tersebut dengan sedikit gelengan samar. Tak ada yang menyadari tindakan wanita itu, selain mereka berdua.“Yang Mulia, silakan duduk dahulu.” Muniratri mengarahkan Kamakarna ke salah satu kursi, sementara matanya sibuk memberi isyarat pada Ningsih untuk pergi.Wanita itu menekuk jemarinya dan menepuk-nepuk pipi dengan punggung tangan, seolah sedang menyeka air mata. Ia berbalik, tak hanya untuk membuat Ka

  • Jadilah Pedangku, Sayang!   71|

    Perayaan ulang tahun Widuri ditutup dengan pelepasan seribu ekor merpati, dilanjutkan dengan jamuan makan siang di keraton.Pada kesempatan itu, Muniratri menjadi buah bibir para hadirin. Mereka membicarakan betapa tidak tahu malunya wanita itu. Sudah menikah masih saja menggoda putra mahkota.Damarteja memegang tangan Muniratri erat. Ia tak mau melepasnya, meski dihujani ribuan tatapan tajam.“Mereka yang menggunjingkanmu hari ini, akan kupastikan membayarnya di masa depan.” Damarteja menatap Muniratri lekat-lekat.Dahulu, Pangeran Adipati tidak peduli bagaimana orang-orang memandang istrinya. Bahkan jika ada yang menghujat wanita itu, Damarteja hanya diam saja.Namun sejak lelaki itu tahu bahwa yang menyebabkan Pasukan Wirajati kelaparan bukanlah Raden Lawana, sikap Damarteja terhadap Muniratri berubah seratus delapan puluh derajat.“Paduka tidak perlu ambil pusing. Saya tidak memasukkan omongan mereka ke dalam hati.&rdqu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status