Share

8

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-18 16:59:32

Wah, gadis ini benar-benar ingin cari masalah ternyata!

Sofia menghela napas dalam hati. Ia tak tahu siapa wanita ini sebenarnya, tapi dari gaya bicara dan ekspresinya, dia sudah cukup yakin:

Tingkat menyebalkannya 9,5/10.

Namun, alih-alih membalas dengan emosi, Sofia hanya diam sambil membaca situasi.

‘Sabar, Sofia. Jangan bikin adegan. Nanti dikira sinetron beneran,’ batinnya.

Tapi dalam hati, dia sudah siap dengan satu dua kalimat sarkas yang bisa dia keluarkan kapan saja kalau situasinya memanas.

“Aku curiga… jangan-jangan kamu dijebak sama dia!” tuduh Lusi sambil menunjuk Sofia seolah-olah sedang menuding tersangka pencurian.

Sofia mendesah panjang. Sumpah, leher perempuan ini kayaknya cocok buat dicekik pelan-pelan pake ikat pinggang.

“Hey!” Lusi mendekat lebih agresif. “Kamu pasti jebak Mas Bima, kan?! Makanya dia sampai nikah sama gembel nggak jelas kayak kamu! Asal-usul nggak ada, gaya juga pas-pasan!”

Sofia berdiri tegak. Mukanya tenang, tapi tangan sudah mulai gatal ingin nyari sandal buat dilempar.

Sementara itu, Bima hanya menarik napas, menahan sabar. Lalu, tanpa banyak bicara, dia langsung menggapai tangan Sofia dan menariknya menjauh.

“Jangan ganggu aku lagi,” ucap Bima datar ke arah Lusi sebelum berbalik pergi sambil membawa Sofia menuju dapur.

Sofia sempat menoleh ke belakang, memastikan Lusi tidak mengejar.

Saat mereka sudah di dapur, Sofia pun bertanya dengan nada setengah bergumam, “Dia itu… siapa sih sebenarnya?”

Bima hanya menjawab singkat. “Nggak penting.”

“Nggak penting gimana? Barusan dia kayak singa betina kelaparan. Aku kira dia mau ngunyah aku hidup-hidup,” gerutu Sofia sambil membuka lemari dapur, sibuk mencari camilan padahal hatinya masih panas.

“Bikin emosi aja,” tambahnya lagi. “Aku tuh belum makan loh, bisa gawat kalau lapar dan emosi datang barengan. Bisa-bisa aku kerasukan sinetron dan jambak rambut dia.”

Bima hanya melirik dan menggeleng pelan.

Sofia menatap Bima sebentar lalu nyengir. “Eh tapi thanks ya. Udah narik aku pergi sebelum aku berubah jadi versi liar.”

“Apa tidak ada sisi anggun dari dirimu?" tanya Bima.

Sofia mendengus. "Aku ini anggun, baik dan janda cantik… Kamu beruntung bisa menikah dengan aku.”

Bima tidak menjawab, hanya mengambil air minum dari kulkas dan meneguknya.

“Ini dia makanannya!” seru Sofia dengan semangat begitu menemukan tumpukan lauk di dapur.

Tapi setelah melirik ke arah Bima yang masih berdiri seperti patung penjaga dapur, ia bertanya dengan nada sok sopan, “Eh… tapi aku nggak papa, kan? Ngambil sendiri gini?”

Bima diam saja. Bahkan bulu matanya pun sepertinya tidak bergerak.

“Oh, iya nggak papa. Anggap aja rumah sendiri, Sofia,” jawab Sofia dengan suara dibuat-buat, menirukan nada dingin Bima. “Santai aja. Ambil makanan, tidur, mau ambil celana dalam di lemari juga silakan.”

Dia tertawa sendiri, lalu mulai mengisi piring dengan penuh semangat. Tapi tiba-tiba langkah seseorang terdengar dari arah pintu dapur.

Sofia mengintip sebentar. “Eh, ada yang dateng,” bisiknya pelan, tapi Bima langsung bergerak mendekat dan berbisik.

“Bersikaplah seperti suami-istri... di depan semua orang. Termasuk... wanita itu.”

Sofia melotot sebentar, lalu tersenyum paham. “Oke, Mas,” bisiknya balik sambil membalik badan ke arah piring.

Dan saat Lusi melangkah mendekat dengan wajah masam seperti baru gagal rebut diskon di e-commerce, Sofia langsung pasang senyum manja.

“Mas…” ucap Sofia genit, suaranya naik dua oktaf. “Mau disuapin nggak?”

Bima menoleh dengan ekspresi 'tolong Tuhan, ambil aku sekarang juga’ tapi Sofia sudah mengangkat sendok, berisi nasi dan lauk, mengarah ke mulutnya.

“Mas, buka mulut ya. Aaaa,” ucapnya centil sambil mengedipkan sebelah mata.

Dengan pasrah, Bima membuka mulut dan menerima suapan itu. Sekilas seperti sedang menjalani hukuman dari reality show berhadiah rumah tangga palsu.

Sebelum bisa menelan sepenuhnya, Lusi pun meledak, “Mas Bima! Kita harus bicara!!” serunya, suaranya setengah mengguncang rak piring.

Sofia menoleh pelan, lalu berkata lembut, “Maaf ya... kami lagi makan. Suamiku ini juga lagi kelelahan… karena tadi kami… yah, kamu tahu sendirilah.” Ucapannya sengaja digantung di ujung dengan ekspresi sok polos yang menyebalkan.

Dan Sofia pun akhirnya makan satu piring yang sama dengan Bima.

Lusi mendelik. “Harusnya aku yang nikah sama Mas Bima! Semua keluarga juga udah setuju!!”

Sofia melirik Bima—yang hanya menggeleng pelan, dan sebenarnya Sofia ingin melempar sambal ke mukanya.

Langsung saja Sofia menyalakan mode sarkas-nakalnya. “Oh ya? Wah, kasihan banget ya kamu…”

“Kasihan?” Lusi mengernyit.

“Iya, kasihan. Sudah nggak dapet cowok, eh dapet malu pula,” kata Sofia dengan senyum manis level toxic.

“Kamu tuh janda yang tiba-tiba muncul! Jangan gatal! Perusak semuanya!!” seru Lusi lagi.

Sofia pun mendekat ke Bima, lalu melingkarkan lengannya ke tengkuk Bima dengan gaya istri posesif yang menang undian.

“Mas… kita ke kamar yuk, kamu sukakan gaya janda nakal aku,” bisiknya dengan nada nakal yang dibuat-buat. “Pasti Mas pengen lagi yang kayak tadi, yaa?”

Bima meneguk ludah. Mungkin karena kaget. Mungkin juga karena nasi masih nyangkut di tenggorokan.

Dia pun mengangguk pelan, menurut tanpa ekspresi.

Sofia menoleh ke arah Lusi yang wajahnya sudah seperti ingin memanggil tim pengusir setan.

“Permisi ya... kita mau lanjut,” kata Sofia sebelum menarik Bima pelan menuju kamar, dengan langkah penuh kemenangan.

Mengabaikan Lusi yang menahan emosi di tempatnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   9

    Sebuah gala dinner amal di hotel mewah. Ruangan dipenuhi tokoh penting, media, dan pemilik perusahaan ternama. Aldi hadir sebagai tamu undangan dari perusahaan yang dulu pernah dimiliki oleh Sofia. Ia tertawa kecil sambil menyesap minuman, berbicara santai dengan rekan bisnis. "Acara seperti ini cuma formalitas," gumamnya. "Yang penting media lihat siapa yang pegang kendali sekarang." Tiba-tiba, suasana berubah. Sorotan kamera bergerak, lampu blitz menyala. Aldi menoleh, dan wajahnya langsung mengeras. MC: "Dan inilah tamu kehormatan kita malam ini, pengacara senior Bima Kusuma Wijaya dan istrinya…" Sofia melangkah masuk, mengenakan gaun hitam sederhana yang justru menonjolkan elegansinya. Di sampingnya, Bima berdiri tegap dengan jas gelap, tampak seperti pasangan ideal — terlalu ideal untuk Aldi. Aldi membeku. "Sofia…" gumamnya. Ia melangkah mendekat, nyaris tak percaya melihat wanita yang dulu ia rendahkan kini berdiri anggun, seolah dunia berputar terlalu cepat.

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   8

    Wah, gadis ini benar-benar ingin cari masalah ternyata!Sofia menghela napas dalam hati. Ia tak tahu siapa wanita ini sebenarnya, tapi dari gaya bicara dan ekspresinya, dia sudah cukup yakin:Tingkat menyebalkannya 9,5/10.Namun, alih-alih membalas dengan emosi, Sofia hanya diam sambil membaca situasi.‘Sabar, Sofia. Jangan bikin adegan. Nanti dikira sinetron beneran,’ batinnya.Tapi dalam hati, dia sudah siap dengan satu dua kalimat sarkas yang bisa dia keluarkan kapan saja kalau situasinya memanas.“Aku curiga… jangan-jangan kamu dijebak sama dia!” tuduh Lusi sambil menunjuk Sofia seolah-olah sedang menuding tersangka pencurian.Sofia mendesah panjang. Sumpah, leher perempuan ini kayaknya cocok buat dicekik pelan-pelan pake ikat pinggang.“Hey!” Lusi mendekat lebih agresif. “Kamu pasti jebak Mas Bima, kan?! Makanya dia sampai nikah sama gembel nggak jelas kayak kamu! Asal-usul nggak ada, gaya juga pas-pasan!”Sofia berdiri tegak. Mukanya tenang, tapi tangan sudah mulai gatal ingin n

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   7

    “Kenapa kau malah pakai kaos itu?!” sentak Bima tiba-tiba.Sofia terdiam sejenak, lalu matanya melebar, seperti baru saja mendapatkan wahyu dari langit.“Oh… OH! Aku ngerti sekarang!” katanya sambil menepuk-nepuk dahinya. “Aku nggak perlu khawatir kamu bakal ngapa-ngapain aku, ya?”Bima mengerutkan kening.“Karena kamu… kamu suka jadi wanita juga, kan?” lanjut Sofia dramatis. “Berarti kamu punya kepribadian ganda! Astaga... kamu... kamu punya pacar lagi yang juga adalah... dirimu sendiri!”Bima belum sempat membalas saat Sofia malah membuka mulut lebar-lebar, seperti hendak meneriakkan penemuan besarnya ke seluruh dunia.Dan dengan sangat cepat—tanpa drama, tanpa aba-aba—Bima mengambil selembar tisu dan langsung menyumpalkannya ke dalam mulut terbuka Sofia.“Aah!” pekik Sofia, lalu dengan jijik melemparkan tisu itu ke arah Bima. “Jorok banget! Aku memang belum makan, tapi aku juga nggak akan mau makan tisu!”"Lepas pakaian itu sekarang!" perintah Bima tanpa ingin dibantah."Ogah! Aku

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   6

    Bima menatapnya dengan dahi mengerut, lalu berjalan melewatinya. Bima menaruh kemeja dan jasnya ke keranjang pakaian kotor di sudut ruangan.Sofia menelan ludah salah tingkah. ‘Ya ampun! Sofia, kamu mikir apa sih?!’ makinya pada dirinya sendiri. "Lalu… apakah kita akan tidur satu ranjang?" tanya Sofia lagi, berusaha terlihat biasa saja, padahal wajahnya mulai terasa panas.Bima kembali menatapnya. "Kau tidur di ranjang. Aku di sofa," jawabnya singkat.Sofia menghembuskan napas lega. "Syukurlah… Walaupun aku janda, aku masih punya harga diri!" gerutunya setengah berbisik.Tok tok tok!Keduanya langsung menoleh ke arah pintu."Biar aku yang buka," kata Sofia sambil berjalan menuju pintu.Begitu dibuka, tampak Bik Iyem berdiri sambil membawa nampan berisi dua gelas jamu."Nyonya, ini jamunya," katanya sopan.Sofia menatap gelas-gelas itu dengan tegang, lalu memberanikan diri mengambilnya."Kenapa dua?" tanyanya bingung."Satu untuk Tuan Bima."Sebelum Sofia sempat merespons, sosok Oma

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   5

    Keesokan harinya, Sofia menerima tamu yang ternyata adalah perias pengantin kiriman Oma ke kostnya. Bahkan, si perias juga membawakan kebaya putih sederhana.“Anda sangat cantik, Nona,” ucapnya sambil menatap puas hasil riasan di wajah Sofia.Memang, tanpa riasan pun, Sofia sudah cantik alami. Tapi hari ini, dia tidak baik-baik saja.Perasaan tegang menyelimuti dirinya. Sebentar lagi ia akan menikah dengan pria asing … semata-mata demi bantuan.Aldi!Satu nama yang membakar emosinya. Sofia tersenyum miring, tak sabar membalas dendam. Dia bersumpah akan mengusir Aldi dari rumahnya, dengan cara yang sama seperti yang pernah Aldi lakukan padanya.“Nona, supir sudah menjemput Anda.”Suara perias menyadarkannya dari lamunan. Sofia mengangguk pelan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil yang akan membawanya ke rumah keluarga Bima.Rumah itu besar dan megah—bahkan lebih mewah dari rumah Sofia sendiri. Entah sekaya apa Bima, yang jelas mereka punya tujuan masing-masing dalam kerja sama ini.Sof

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   4

    Reaksi sang Oma sungguh di luar dugaan. Wajahnya langsung berbinar. Ia segera meraih tangan Sofia, lalu menariknya duduk di sisi ranjang."Kamu cantik sekali. Siapa namamu, Nak?" tanyanya lembut."Sofia, Oma," jawab Sofia gugup."Namanya cantik... secantik orangnya," ujar Oma, terus menatap Sofia penuh kekaguman.Sofia hanya tersenyum. Semua ini terasa ganjil, tapi ia mencoba bermain peran sebaik mungkin."Kamu benar calon istri Bima?" tanya Oma memastikan.Sofia mengangguk pelan. Dalam hatinya ingin sekali berkata "hanya sandiwara". Tapi tentu tidak mungkin."Kalau begitu, kalian harus segera menikah. Besok Oma akan datang ke rumahmu. Kita langsung gelar pernikahan. Tidak baik menunda-nunda niat baik.""Be-besok?!" ujar Sofia terkejut, hampir tak percaya dengan apa yang ia dengar."Iya dong," jawab Oma mantap, senyum bahagia terpancar dari wajahnya.Sofia menunduk. Dengan suara pelan dan ragu, ia berkata, "Ta-tapi... Sofia janda, Oma."Seketika, raut wajah Oma berubah datar. Wajah ce

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status