Share

9

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2025-07-26 17:47:39

Sebuah gala dinner amal di hotel mewah.

Ruangan dipenuhi tokoh penting, media, dan pemilik perusahaan ternama.

Aldi hadir sebagai tamu undangan dari perusahaan yang dulu pernah dimiliki oleh Sofia. Ia tertawa kecil sambil menyesap minuman, berbicara santai dengan rekan bisnis.

"Acara seperti ini cuma formalitas," gumamnya. "Yang penting media lihat siapa yang pegang kendali sekarang."

Tiba-tiba, suasana berubah. Sorotan kamera bergerak, lampu blitz menyala. Aldi menoleh, dan wajahnya langsung mengeras.

MC: "Dan inilah tamu kehormatan kita malam ini, pengacara senior Bima Kusuma Wijaya dan istrinya…"

Sofia melangkah masuk, mengenakan gaun hitam sederhana yang justru menonjolkan elegansinya. Di sampingnya, Bima berdiri tegap dengan jas gelap, tampak seperti pasangan ideal — terlalu ideal untuk Aldi.

Aldi membeku.

"Sofia…" gumamnya.

Ia melangkah mendekat, nyaris tak percaya melihat wanita yang dulu ia rendahkan kini berdiri anggun, seolah dunia berputar terlalu cepat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   11

    Pikiran Sofia kacau. Terlalu banyak hal menyesakkan dadanya, namun satu hal yang pasti dia harus menemui Aldi malam ini juga. Dengan langkah cepat, ia berlari ke luar rumah sakit, matanya menyapu jalanan yang basah oleh gerimis. Untungnya, sebuah ojek terlihat terparkir di depan gerbang. Tanpa pikir panjang, Sofia segera menghampirinya. "Jalan, cepat!" ucapnya dengan napas terburu. Meski udara dingin dan hujan mulai turun, niatnya tak goyah. Dia tak peduli pada bajunya yang mulai lembap atau rambutnya yang kusut karena angin. Yang penting sekarang. Aldi. Dia tak bisa membiarkan peristiwa tadi terulang. Tak ada lagi celah untuk kelemahan. Tidak malam ini. Setelah beberapa waktu, tibalah ia di sebuah rumah besar yang sangat dikenalnya, rumah miliknya yang dulu, yang kini telah dikuasai oleh orang lain. Dada Sofia kembali sesak, tapi dia menahannya. Saat ini, dia harus kuat. Sofia berdiri tenang di gerbang, meski jantungnya berdegup liar. Ia menekan bel. Tak lama, seora

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   10

    Berita malam ini membakar linimasa. Dalam hitungan menit, video Sofia menampar Aldi tersebar di berbagai platform sosial media, disorot, dianalisis, diputar ulang tanpa henti. Tapi segalanya bermula hanya dari satu kalimat penghinaan. Aldi, dengan senyum sinisnya, melontarkan ucapan yang tak hanya menusuk harga diri Sofia, tapi juga mengoyak sisa-sisa kesabarannya. Di hadapan para tamu yang nyaris berhenti bernapas dan wartawan yang tak melewatkan satu detik pun dari drama tersebut, Sofia mengangkat tangan dan bunyi tamparan itu terdengar lebih nyaring dari musik gala malam. Bima sigap. Ia tahu pesta telah berubah jadi panggung tontonan. Tanpa menunggu reaksi siapa pun, ia menggenggam tangan Sofia dan membawanya pergi, meninggalkan lampu sorot dan bisik-bisik yang mulai ramai seperti lebah menyerbu madu. Belum satu jam berlalu, judul-judul berita pun muncul silih berganti: "Sofia Tampar Aldi di Depan Umum!", "Gala Malam Berubah Jadi Drama!", dan tentu saja, tagar #Tampar

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   9

    Sebuah gala dinner amal di hotel mewah. Ruangan dipenuhi tokoh penting, media, dan pemilik perusahaan ternama. Aldi hadir sebagai tamu undangan dari perusahaan yang dulu pernah dimiliki oleh Sofia. Ia tertawa kecil sambil menyesap minuman, berbicara santai dengan rekan bisnis. "Acara seperti ini cuma formalitas," gumamnya. "Yang penting media lihat siapa yang pegang kendali sekarang." Tiba-tiba, suasana berubah. Sorotan kamera bergerak, lampu blitz menyala. Aldi menoleh, dan wajahnya langsung mengeras. MC: "Dan inilah tamu kehormatan kita malam ini, pengacara senior Bima Kusuma Wijaya dan istrinya…" Sofia melangkah masuk, mengenakan gaun hitam sederhana yang justru menonjolkan elegansinya. Di sampingnya, Bima berdiri tegap dengan jas gelap, tampak seperti pasangan ideal — terlalu ideal untuk Aldi. Aldi membeku. "Sofia…" gumamnya. Ia melangkah mendekat, nyaris tak percaya melihat wanita yang dulu ia rendahkan kini berdiri anggun, seolah dunia berputar terlalu cepat.

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   8

    Wah, gadis ini benar-benar ingin cari masalah ternyata!Sofia menghela napas dalam hati. Ia tak tahu siapa wanita ini sebenarnya, tapi dari gaya bicara dan ekspresinya, dia sudah cukup yakin:Tingkat menyebalkannya 9,5/10.Namun, alih-alih membalas dengan emosi, Sofia hanya diam sambil membaca situasi.‘Sabar, Sofia. Jangan bikin adegan. Nanti dikira sinetron beneran,’ batinnya.Tapi dalam hati, dia sudah siap dengan satu dua kalimat sarkas yang bisa dia keluarkan kapan saja kalau situasinya memanas.“Aku curiga… jangan-jangan kamu dijebak sama dia!” tuduh Lusi sambil menunjuk Sofia seolah-olah sedang menuding tersangka pencurian.Sofia mendesah panjang. Sumpah, leher perempuan ini kayaknya cocok buat dicekik pelan-pelan pake ikat pinggang.“Hey!” Lusi mendekat lebih agresif. “Kamu pasti jebak Mas Bima, kan?! Makanya dia sampai nikah sama gembel nggak jelas kayak kamu! Asal-usul nggak ada, gaya juga pas-pasan!”Sofia berdiri tegak. Mukanya tenang, tapi tangan sudah mulai gatal ingin n

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   7

    “Kenapa kau malah pakai kaos itu?!” sentak Bima tiba-tiba.Sofia terdiam sejenak, lalu matanya melebar, seperti baru saja mendapatkan wahyu dari langit.“Oh… OH! Aku ngerti sekarang!” katanya sambil menepuk-nepuk dahinya. “Aku nggak perlu khawatir kamu bakal ngapa-ngapain aku, ya?”Bima mengerutkan kening.“Karena kamu… kamu suka jadi wanita juga, kan?” lanjut Sofia dramatis. “Berarti kamu punya kepribadian ganda! Astaga... kamu... kamu punya pacar lagi yang juga adalah... dirimu sendiri!”Bima belum sempat membalas saat Sofia malah membuka mulut lebar-lebar, seperti hendak meneriakkan penemuan besarnya ke seluruh dunia.Dan dengan sangat cepat—tanpa drama, tanpa aba-aba—Bima mengambil selembar tisu dan langsung menyumpalkannya ke dalam mulut terbuka Sofia.“Aah!” pekik Sofia, lalu dengan jijik melemparkan tisu itu ke arah Bima. “Jorok banget! Aku memang belum makan, tapi aku juga nggak akan mau makan tisu!”"Lepas pakaian itu sekarang!" perintah Bima tanpa ingin dibantah."Ogah! Aku

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   6

    Bima menatapnya dengan dahi mengerut, lalu berjalan melewatinya. Bima menaruh kemeja dan jasnya ke keranjang pakaian kotor di sudut ruangan.Sofia menelan ludah salah tingkah. ‘Ya ampun! Sofia, kamu mikir apa sih?!’ makinya pada dirinya sendiri. "Lalu… apakah kita akan tidur satu ranjang?" tanya Sofia lagi, berusaha terlihat biasa saja, padahal wajahnya mulai terasa panas.Bima kembali menatapnya. "Kau tidur di ranjang. Aku di sofa," jawabnya singkat.Sofia menghembuskan napas lega. "Syukurlah… Walaupun aku janda, aku masih punya harga diri!" gerutunya setengah berbisik.Tok tok tok!Keduanya langsung menoleh ke arah pintu."Biar aku yang buka," kata Sofia sambil berjalan menuju pintu.Begitu dibuka, tampak Bik Iyem berdiri sambil membawa nampan berisi dua gelas jamu."Nyonya, ini jamunya," katanya sopan.Sofia menatap gelas-gelas itu dengan tegang, lalu memberanikan diri mengambilnya."Kenapa dua?" tanyanya bingung."Satu untuk Tuan Bima."Sebelum Sofia sempat merespons, sosok Oma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status