Share

BAB 6

Dita melangkah keluar dari pintu kontrakan. Langkah Dita membawanya menuju sebuah gedung perkantoran yang menjulang tinggi di tengah pusat kota. Gerbang kaca berkilau menyambutnya dengan cahaya pagi yang menyilaukan. Rasa tegang melanda. Dengan napas dalam, Dita masuk ke dalam gedung tersebut.

Di dalam, suasana tenang kantor tampak kontras dengan keramaian jalanan di luar. Seorang resepsionis dengan senyuman ramah menyambutnya. 

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" ucap resepsionis sambil menatap Dita dengan penuh perhatian.

Dita menjelaskan tujuannya. 

"Saya datang untuk melamar pekerjaan. Apakah ada lowongan yang tersedia? Saya tahu tempat ini dari Dika manajer store."

Resepsionis tersebut memberikan senyum manis. 

"Tentu, silakan naik ke lantai dua dan bertemu dengan Pak Budi di Departemen Sumber Daya Manusia. Mereka menerima lamaran secara langsung di sana."

Dita mengucapkan terima kasih dan naik ke lantai dua dengan hati yang berdebar. Di Departemen Sumber Daya Manusia, dia disambut oleh seorang petugas. Dita duduk di kursi yang tersedia, melengkapi setiap kolom formulir dengan hati-hati. Matahari yang masuk melalui jendela memberikan kehangatan pada ruangan. Setelah selesai, dia memeriksa dokumennya sekali lagi, memastikan tidak ada yang terlewat. 

“Hi Dita? Sepertinya kita saling kenal ya?” tanya Dika dengan senyuman ramahnya. Dita pun berdiri menyalami Dika. 

“Ya saya mencoba mencari peruntungan di ibu kota ini.” 

“Pasti kamu bisa dan berhasil di sini, saya minta nomor kamu ya. Jika ada kabar terbaru, kamu akan langsung dapatkan dari saya.” Dita pun mengambil ponselnya dan mencatat nomor Dika. Setelah sedikit berbincang bincang, Dita pun izin berpamitan untuk pulang, Dita teringat perutnya yang terasa lapar. Saat mengecek sisa uangnya, Dita harus menghemat. Dita harus pergi ke pasar untuk membeli bahan bahan masakan sampai ia berhasil mendapatkan pekerjaan. 

Dita menyusuri jalanan kota menuju pasar tradisional yang ramai.

Suasana di pasar begitu hidup, dengan beragam warna dan aroma yang menyentuh hidungnya. Pedagang berteriak menawarkan barang dagangan mereka, menciptakan kesibukan yang tak terelak. Dita menyusuri lorong-lorong sempit, melihat-lihat berbagai penjual yang menawarkan bahan makanan segar. Dita memilih sayuran-sayuran hijau segar dan beberapa buah yang tampak menarik. Pedagang dengan senyum ramah menimbang dan mengemas belanjaannya dengan cermat. Dita membayar dengan uang tunai yang dia pegang erat di tangannya, menghitung setiap lembar dengan hati-hati.

Namun, ketenangan Dita terganggu ketika melewati sekelompok pria di tengah pasar. Sorot mata mereka yang mencurigakan dan kata-kata cabul yang diucapkan membuatnya merasa tidak nyaman. Dengan langkah cepat, Dita memilih untuk berlalu begitu saja, mengabaikan godaan yang tidak diinginkannya.

"Hallo cantik.." sapaan dari seorang laki laki bertubuh besar menghentikan langkahnya. 

**

Dita pun berjalan cepat agar bisa lari dari preman yang satu ini. Lalu, sebuah tangan tiba tiba menariknya. Memintanya untuk diam sampai preman itu tak terlihat lagi. 

“Loh, Dika?” Dika tersenyum kecil. 

“Untung saja saya sedang mampir untuk membeli sesuatu. Saya melihat kamu dari kejauhan. Baru mau saya sapa, ternyata kamu malah terlibat dengan preman.” 

“Terima kasih.” 

“Saya antar saja ya pulang, jadi saya tenang dan tidak khawatir.” 

“Gak usah Dika. Takut merepotkan.” Tapi, Dika tidak terima penolakan. Dika terus memaksa dan akhirnya Dita menurut saja untuk diantar pulang oleh Dika. Dita mengucapkan terima kasih berkali - kali. Padahal Dita hanya berharap bisa diterima kerja di super store itu. 

Ponsel Dita beberapa kali bergetar. Menunjukan satu nama yang ia benci dan membuat hidupya kesulitan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status