Siapa yang mau mengikuti Dokter Rein mengubur jasad hasil korban pembunuhan nya? Tentu bukan Arika. Arika lebih memilih untuk di rumah dan mengistirahatkan tubuh dan batinnya setelah melihat adegan nyata kasus pembunuhan di depan matanya sendiri.Apalagi pembunuhan itu menimpa orang yang sangat dia kenal. Bibinya. Walau mereka bukan keluarga dekat, tetapi kehadiran bibi yang selama ini menemani nya. Mengingat bibi bukan saja hal baik tentangnya, tetapi juga kemarahan nya yang bangkit saat mengingat bibinya yang membuat dirinya sekarang berada di sini. Dalam penyiksaan Dokter Rein.Dalam perjalanan Dokter Rein menuju gunung. Dia berpapasan dengan Polisi Yuna yang sedang melakukan pemeriksaan kepada pengguna jalan."Malam Dokter Rein!" sapa Polisi Yuna dari kaca jendela yang terbuka."Malam.""Kami akan melakukan sedikit pemeriksaan sebelum anda lewat. Bolehkah saya memeriksa mobil anda Dokter?" tanya Polisi Yuna dengan sopan."Tentu." jawab Dokter Rein dengan sikapnya yang tenang sepert
"Kamu menikmatinya, bukan?" lontar Dokter Rein. Mengejutkan Arika.Dengan gerakan perlahan, Arika menatap Dokter Rein yang tengah menatapnya riang.Arika menggeleng cepat. "Perasaan gembira saat kamu menusuknya. Lagi dan lagi." bisik Dokter Rein tersenyum licik.Arika menutup telinganya. "Aku nggak seperti itu!" elak Arika."Ya kamu seperti itu Arika. Aku berhasil membangunkan monster di dalam dirimu." kekeh Dokter Rein terlihat sangat puas."Aku bukan monster seperti mu!" tampik Arika menjaga jarak dengan Dokter Rein."Tetapi kamu memang memiliki monster dalam dirimu." Dokter Rein mengangkat kedua alisnya, menatap Arika untuk meyakinkan nya."Nggak..." Arika menangis tersedu-sedu. Dokter Rein memeluknya erat."Nggak apa-apa Arika. Akui saja perasaan itu. Aku bahkan sudah melihatnya sejak kamu masih kecil dulu." ungkap Dokter Rein sangat mengejutkan Arika.Jantung Arika berdegup kencang. "Apa maksud anda sejak aku masih kecil?" tanya Arika yang penasaran.Senyum misterius terbentuk di
Perasaan senang merasakan tangannya menancapkan pisau di tubuh Yuna menguasai dirinya. Matanya terpejam, sudut bibirnya terangkat bersamaan. Senyum kepuasaan yang begitu keji terlukis nyata diwajahnya yang riang.Bayangan masa lalu terputar dalam ingatannya."Dia itu hanya anak adopsi!" ejek seorang anak perempuan kepada Arika.Dia adalah Tiara, gadis famous di sekolah menengah pertama tempat Arika sekolah. Orang tuanya adalah orang kaya yang terpandang di kota itu. Dia pun pandai menyanyi dengan suaranya yang sangat bagus. Semua ketenaran melekat kepadanya.Namun sayangnya dia termasuk anak yang sombong. Dia dan genk nya suka menganggap rendah orang lain dan membully siswa siswi yang tidak mereka sukai. Akan tetapi tidak ada seorangpun yang berani melawan mereka."Bukankah begitu Arika?" tanyanya dengan sengaja.Arika hanya terdiam tak menjawab. Tetap fokus dengan makan siangnya.Pluuk...BruuugggMakanan di kotak bekalnya berhamburan, menyiprat ke wajahnya. Dengan sengaja mereka melem
"Arika...Arika...Aku tidak suka kehidupan yang lurus-lurus saja. Begitu juga dirimu. Jadi lupakan ide konyol mu itu." Dokter tersenyum penuh makna tersembunyi.Sejak saat itu, kata-kata Dokter Rein bahwa dirinya adalah seorang psikopat terus terngiang dalam benak Arika. Beberapa kali dia menampik itu sendiri. Perang batin pun dia alami. Membuat pikirannya terasa kacau dalam kebimbangan."Kenapa aku harus termakan ucapan psikopat itu? Aku masih punya perasaan. Aku menyayangi putriku, aku pernah jatuh cinta kepada Jay. Nggak ada yang salah dalam diriku. Iya itu benar. Aku normal." batin Arika."Tetapi lama-lama seperti ini bisa membuatku gila. Aku harus melakukan sesuatu. Tetapi apa?" pikir Arika mundar mandir di dalam kamar."Bila aku mencoba kabur sudah pasti aku dan putriku tidak akan selamat. Meminta bantuan Jay? Itu akan sia-sia, dia pasti akan tahu kalau aku menemui atau menghubungi Jay. Arrrgghhhh!!!!" Arika menarik rambutnya kebelakang dengan frustasi.****************"Aaahhhhh
Suatu sore di musim panas. Seperti kesepakatan beberapa hari yang lalu, Bibi Delvi, seorang wanita bertubuh gempal yang terkenal sebagai mak comblang di kota ini, membawa seorang wanita muda dengan anak balitanya ke sebuah restoran.Wanita muda itu bernama Arika Maily atau biasa dipanggil Arika. Dia baru berumur tigapuluh dua tahun. Dan dia adalah seorang janda yang telah satu tahun bercerai dari suaminya.Bibi Delvi membawanya ke restoran tersebut untuk diperkenalkan kepada seorang pria yang menggunakan jasanya untuk mencari jodoh."Halo, gadis kecil!" sapa pria itu tersenyum lebar, berhadapan dengan balita cantik berkulit putih yang dipangku sang janda."Hua...!" serta merta balita itu menangis karena takut dengan orang yang baru dia temui."Maafkan aku! Anakku selalu takut orang baru," ungkap Arika sambil mencoba menenangka anaknya yang bernama Armelia yang kini berusia tiga tahun."Sini Arika, biar aku gendong Armelia agar kalian bebas mengobrol....Sini anak cantik ikut bibi!" ajak
"A-apa yang mau Dokter katakan?" tanya Arika tergagap. Tubuhnya gemetar dan detak jantungnya semakin cepat. Arika mundur perlahan namun terhenti karena sandaran sisi sofa menghalangi dipunggung bawahnya."Aku nggak pernah seperti ini sebelumnya," Dokter Reinhard begitu dekat sampai Arika bisa merasakan napasnya yang harum mint berhembus di wajahnya. Arika kehilangan ritme napasnya yang terasa sedikit sesak."Tetapi aku baru menyadari belakangan ini," aku Dokter Reinhard menatap kuat ke dalam mata Arika. Darah terpompa keseluruh tubuh Arika ketika tangan dingin dan halus itu membelai dagu Arika lembut."Meskipun aku mencoba menyibukkan diri lebih dari biasanya, hasrat itu nggak bisa aku bendung. Karena itu aku memutuskan untuk menikah," jelas Dokter Rein berbisik."A..Apa...maksud anda?" hampir suaranya tak dapat keluar."Aku..." Dokter Rein merengkuh bibir Arika dengan bibirnya yang tipis. Seolah terhipnotis, tanpa penolakan Arika menyambut bibir itu. Matanya terpejam oleh kenikmatan.
"Kalau begitu saya permisi!" pamit Dokter Reinhard di depan rumah Arika."Iya Dok,"Dokter Reinhard berjalan pergi. Dengan berjalan memunggungi Arika, Dokter Reinhard menyeringai penuh misteri.************Sore hari setelah Dokter Reinhard pulang, Bibi Delvi pun menemui Arika di rumahnya."Jadi apa kamu menerima lamaran Dokter Rein?" Tanya Bibi Delvi dengan mulut penuh kacang yang masih dia jejalkan lagi ke dalam mulutnya.Arika memperhatikan Bibi Delvi yang duduk di sofa - bersebrangan dengannya - begitu semangat membuka kulit kacang kulit yang disuguhkan Arika."Aku belum menjawab. Aku masih meminta waktu." jawab Arika."Waktu untuk apa lagi?" Sungut Bibi Delvi dengan matanya yang semakin menyipit."Sudah terima saja. Ini tawaran bagus makanya aku memberikan kepadamu bukan kepada wanita lain. Dia itu dokter gigi terkenal di kota kita. Semua orang tahu tentang dia. Dokter muda, tampan, ahli dibidangnya, baik hati, kaya raya, dermawan dan juga ramah. Banyak pasien yang berobat kepada
"Apa kamu mau mengganti bajumu?" tanya Dokter Reinhard sudah memakai kaos hitamnya, berjalan menghampiri Arika."I-iya," Arika tergagap.Berbeda dengan tampilan yang selalu rapih memakai kemeja, Dokter Reinhard terlihat sexy mengenakan kaos hitam seperti itu."Bajumu masih di koper, di dalam lemari," infonya menunjuk satu pintu lemari.Setelah mengambil gaun tidur berwarna ungu Arika pergi ke kamar mandi untuk berganti baju. Tidak lama dia kembali keluar dan berjalan menghampiri Dokter Reinhard yang sedang membaca buku di sebuah kursi empuk dengan bingkai kayu berwarna emas, dan memakai kaca mata bacanya."Dokter bisa anda membantu saya?" tanya Arika dengan tangan berada di balik punggungnya. Dokter Reinhard membuka dan meletakkan kacamata di atas buka yang tergeletak di meja."Oh, apa itu Arika?" tanya Dokter Reinhard berdiri."Aku tidak bisa menjangkau resleting gaunku," katanya masih berusaha menjangkau resleting dibalik punggungnya."Oke," Dokter Reinhard berdiri di belakang Arika