Saat makan, Lysa kadang-kadang bertanya pada Sonia hal-hal yang berkaitan dengan kuliahnya. Sonia akan membawa topik kembali ke Tasya tanpa mereka sadari, supaya Tasya lebih banyak mengobrol dengan neneknya.Reza mengetahui niat Sonia. Pria itu mengangkat sudut bibirnya sedikit ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan mata Sonia.Sonia segera mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap terlihat tenang, tapi otaknya otomatis menjadi tegang.Untung saja, Reza tidak menyulitkannya. Pria itu hanya makan sendiri dengan tenang. Hanya saja, saat ART menyajikan makanan penutup, Reza secara alami mengambilnya dan meletakkannya di tempat yang paling dekat dengan Sonia tanpa disadari orang lain.Saat mereka hampir selesai makan, Reza tiba-tiba bertanya dengan datar, “Bu Sonia nanti mau ke mana? Kebetulan aku juga mau keluar. Aku bisa antar kamu sekalian.”Sonia mendongak dan berkata dengan sungkan, “Nggak usah. Aku naik taksi saja.”“Cari taksi di sini nggak gampang. Lebih baik biar Om Reza antar
Sistem bongkar muat barang di dermaga menggunakan mesin. Namun, ada juga beberapa perusahaan pengangkutan terdekat yang bisa membantu pemilik barang mengangkut barang berharga atau membantu menjaga barang.Jordan mempekerjakan orang-orang dari perusahaan bongkar muat. Orang-orang itu telah hidup di dermaga sepanjang tahun. Kebanyakan dari mereka adalah preman yang bisa melakukan apa saja demi uang.Sebelum memasuki dermaga, dari kejauhan sudah terlihat dua kelompok orang berdiri saling berhadapan di jalan raya. Orang di seberang mungkin orang dari perusahaan pengangkutan. Mereka bertelanjang dada dan memperlihatkan tato mereka. Masing-masing memegang tongkat di tangannya, dengan wajah penjahat nekat yang kejam dan tidak peduli.Sedangkan orang-orang di sebelah sini adalah orangnya Reza. Mereka semua memiliki tubuh yang kuat dan temperamen yang dingin.Ada sekitar tiga atau empat orang tergeletak di tanah. Mereka semua tampaknya berasal dari perusahaan pengangkutan.Mobil berhenti, Reza
Raut wajah Yandi sangat dingin dan menakutkan. Matanya penuh dengan tatapan jahat. Dia menatap Sonia sebentar lalu berkata perlahan, “Maaf, Pak Reza, hari ini sudah menyinggungmu.”Usai berkata, Yandi berkata pada teman-temannya, “Bawa Leon dan yang lain pergi.”Orang di sebelah terkejut dan bingung. Dia pun bertanya pada Yandi dengan tidak percaya, “Bang Yandi, apa maksudmu?”“Kembali dan tarik semua orang di Dermaga 14.” Yandi hanya mengucapkan satu kalimat tanpa menjelaskan apa pun. Dia menatap Sonia dengan dingin, lalu berbalik dan pergi.Sedangkan yang lainnya masih tampak bingung. Mengapa mereka mundur begitu saja? Namun, mereka tidak berani tidak mematuhi perkataan Yandi. Mereka segera mengangkat orang yang terkapar di tanah dan mengikuti Yandi pergi.Sementara itu, orang-orang Reza saling memandang satu sama lain. Beberapa saat yang lalu, Yandi dan yang lainnya masih terlihat siap mati. Mengapa sekarang mereka pergi begitu saja?Robi mengerutkan kening, “Ada apa ini?”Romi tert
Di dalam sebuah kantor yang bobrok, ada juga beberapa orang yang baring sembarangan. Setelah berjalan semakin ke dalam, terlihat sebuah meja kerja usang. Seorang pria sedang bersandar di sofa di belakang meja.Beberapa orang spontan berdiri ketika melihat Sonia. Mereka mengenalinya sebagai perempuan di sebelah Reza barusan. Mereka pun berkata sambil tertawa sinis, “Bagaimana perempuan cantik ini bisa ke sini?”Yang lain berseru, “Suka sama Bang Yandi, jadi dia ikuti kita secara diam-diam.”“Aku rasa bukan seperti itu. Mungkin Reza ingin minta maaf pada Bang Yandi, jadi dia antar perempuan itu ke sini atas inisiatifnya sendiri.”“Hahahahaha!”Ekspresi sonia begitu dingin. Perempuan itu terus berjalan lurus ke depan tanpa menatap mereka.Seorang pria dengan tato bunga hitam di lengannya tiba-tiba mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Sonia, “Perempuan ini cantik juga. Mau main denganku dulu?”Sonia tiba-tiba menyerang dengan mencengkeram pergelangan tangan pria itu. Hanya terdengar su
Sesaat kemudian, Sonia baru berdiri. Wajahnya pucat pasi, tapi tetap tidak ada ekspresi di wajahnya. Bagaikan musim panas yang subur tiba-tiba memasuki musim dingin yang gersang.Yandi duduk di kursi, lalu mengambil rokok yang jatuh di lantai dan mengisapnya, “Kamu pergi saja. Anggap saja kamu nggak lihat aku hari ini, atau anggap aku sudah mati. Kamu sudah jadi wanitanya Reza, kalau begitu nikmati saja kekayaan pria itu. Kamu seharusnya nggak datang ke sini hari ini. Cepat pergi.”Sonia berkata dengan datar, “Jangan lawan Reza, jangan lakukan hal-hal berbahaya. Karena kamu masih hidup, hiduplah dengan baik.”Mata Yandi meliriknya dengan dingin, lalu dia menyindir, “Takut aku akan cari masalah dengan Reza? Kamu suka dia? Ternyata kamu punya orang yang kamu sayangi juga. Ternyata kami yang nggak pantas jadi orang itu.”Sonia berkata dengan dingin, “Jangan dipengaruhi perasaan pribadi.”“Tenang saja.” Yandi tertawa sinis, “Aku nggak akan bilang kalau kita saling kenal. Aku nggak akan gan
Jordan berkata dengan bingung, “Di seluruh dermaga hanya ada kamu yang nggak takut pada Reza. Kamu mau aku cari orang di mana lagi? Oke, kamu nggak mau terima pekerjaanku. Tapi senggaknya kamu kasih tahu aku kenapa, dong?”“Nggak ada alasan apa pun. Aku hanya nggak mau melakukannya.” Yandi mengisap rokok, janggutnya tampak berantakan.Wajah Jordan spontan menjadi muram ketika mendapati Yandi yang tetap bersikeras, “Katanya kamu orang yang setia. Kamu juga akan melakukan apa yang kamu katakan. Aku rasa kamu hanya bisa kentut!”Leon mengerutkan kening dan membentak, “Katakan sekali lagi.”“Diam!” Yandi memarahi Leon, lalu dia menatap Jordan dan berkata, “Aku sudah pasti nggak akan terima pekerjaan ini. Kami pasti akan balas utang budi pada kamu. Potong tanganku atau ambil uang dan pergi dari sini.”Jordan tertawa sinis, “Oke, kalian memang kejam. Sekarang aku nggak punya apa-apa, kalian semua bisa tindas aku seenaknya. Suatu hari nanti aku akan berjaya kembali. Lihat saja nanti bagaimana
Sonia mengangkat wajahnya, menatap Reza dengan mata yang kabur, “Aku sudah katakan yang sebenarnya. Kalau aku kelahi sama orang, nggak mungkin hanya terluka di sini, kan.”Reza spontan memperhatikan seluruh tubuh Sonia, memang tidak ada luka lain, “Kenapa bisa tergelincir, sih?”“Nggak usah dipermasalahkan. Nggak sengaja tergelincir di kamar mandi adalah hal biasa, bukan?” Dari suaranya Sonia terdengar sangat mengantuk. Dia memeluk bahu Reza dan berkata, “Ayo cepat tidur.”“Benar-benar buat orang khawatir saja.” Reza tertawa pelan. Kemudian, dia mengambil handuk dan membungkus tubuh Sonia. Setelah itu, Reza menggendongnya ke kamar tidur.Setelah berbaring di tempat di tempat tidur, Sonia segera tertidur lelap. Angin malam bertiup di luar. Awan gelap menutupi bulan, di dalam kamar menjadi gelap gulita.Dalam keadaan linglung, Sonia merasa dirinya kembali ke pabrik terbengkalai lagi. Pukul 02.00 subuh, tidak ada satu bintang pun di langit. Sekitarnya juga gelap gulita.Misi kali ini adal
Sonia terengah-engah, seluruh tubuhnya gemetar. Dia mencengkeram pakaian Reza dengan erat, saking eratnya sehingga jari-jarinya memucat dan bergetar.“Nggak apa-apa. Sayang, nggak apa-apa.” Reza membelai rambut Sonia dan menenangkannya dengan suara pelan.Sonia menutup matanya. Perlahan-lahan, perempuan itu kembali tenang. Warna merah di depan matanya telah memudar, berubah menjadi cahaya kuning yang hangat.Sonia berkeringat di sekujur tubuhnya. Tubuhnya yang lelah hanya berbaring lemas di dalam pelukan Reza.Sekian lama, keduanya tidak bicara. Reza hanya memeluknya erat-erat, tangannya memeluk kepala Sonia dengan lembut.Sonia telah kembali ke kenyataan sepenuhnya. Dia pun bangun dari pelukan reza. Meski wajahnya pucat pasi, suaranya sudah kembali tenang, “Aku baik-baik saja. Aku hanya ... bermimpi.”Sejak hidup bersama Reza, Sonia sudah lama tidak memimpikan mereka. Sekalipun dia bermimpi, itu hanya gambaran mereka bertujuh yang bertarung bersama dan akhirnya menang.Sonia secara ot
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak