Share

Jatuh Miskin Karena Selingkuh
Jatuh Miskin Karena Selingkuh
Penulis: Widanish

Selingkuh!

“Papa gak tahu perselingkuhan ini akan membuat Mama marah,” ucap suamiku dengan begitu entengnya.

Tumpukan baju yang sedang kupindahkan ke dalam koper ini, adalah saksi bisu atas kemarahanku pada Mas Kun—suamiku.

 Sepuluh tahun sudah aku menjadi istrinya, dan selama itu pula dia selingkuh di belakangku. Entah dari mana datangnya seorang pelakor bernama Renata. Yang jelas, selama ini mereka selalu bermain rapi tanpa meninggalkan jejak.

Hanya kasih sayang Tuhan lah yang mengungkap perselingkuhan mereka. Tiga jam yang lalu, tiba-tiba aku ingin mengunjungi sebuah coffeeshop baru di kotaku. Padahal, aku bukanlah pecinta kopi, bahkan menghirup baunya pun sudah membuatku mual. Namun, tadi pagi tangan-Nya seolah menggugah hasratku untuk memesan secangkir moccachino dan duduk manis di kursi nomor tiga belas, tatkala kulihat suamiku menggandeng tangan seorang wanita di depan mataku!

“Mas Kun?!” Pita suaraku hampir putus saat meneriaki lelaki berbadan kekar itu.

Semua mata tertuju padaku.

Tak pikir panjang, langsung kutarik tangan suamiku dan kuhempaskan pelakor—yang belakangan kuketahui bernama Renata— hingga dia jatuh tersungkur, kepalanya membentur meja.

Kubawa paksa suamiku pulang ke rumah.

Dua hal yang membuatku beruntung. Pertama, adalah menikahi Mas Kun. Dia seorang konglomerat, kesuksesannya sudah diraih ketika dia masih muda. Menjadi istrinya adalah nasib baik. Aku yang tadinya melarat mendadak jadi sosialita dengan jadwal arisan padat merayap. Tak hanya itu, dengan jatah bulanan yang diberikan Mas Kun, aku bisa membangun bisnisku sendiri. Menikahinya, adalah salah satu jalan menuju kaya raya.

Akan selalu ada orang yang menginginkan posisi ternyaman kita saat ini. Ya, pepatah itu benar adanya. Renata adalah contoh nyata. Dia mengganggu hidup nyamanku dengan menggunakan jurus rayuan mautnya pada Mas Kun.

“Sejak kapan kau lakukan ini, Mas?” Kudorong tubuhnya, tapi tak membuatnya mundur sama sekali.

“Nita, dengarkan aku. Kau tak berhak marah atas perselingkuhanku. Aku telah memberimu segalanya! Hidupmu yang serba enak ini, adalah hasil kerja kerasku. Sekarang, izinkan aku bersenang-senang. Sebentar saja. Hanya sebentar!” ucapnya seraya merentangkan tangan, mencoba memelukku.

Kudorong lagi tubuh kekar itu. Merasa jijik dengannya. “Sepuluh tahun. Kau bilang ‘hanya sebentar’?! Kau telah berhubungan dengannya selama itu, sejak pernikahan kita!” Kuteriaki dia semauku sambil melempar tumpukan struk belanja dari berbagai toko, restoran, hotel, dan masih banyak lagi!

Mas Kun adalah orang yang sangat rapi, bahkan dia selalu menyimpan segala macam bukti transaksi pengeluaran uangnya. Dan tumpukan struk itu disimpannya dalam sebuah pouch hitam, lengkap dengan alat kontrasepsi pria di dalamnya. Baru saja aku menemukannya di lemari pakaianku, ketika aku hendak memindahkan semua bajuku ke koper. Mungkin dia lupa menaruhnya di sana. Atau mungkin karena mabuk, dia jadi salah membuka lemari, karena lemariku dan lemarinya bersebelahan. Aku ingat, malam lalu mencium bau alkohol ketika dia pulang kerja.

“Dari mana kau dapat semua ini?” Mas Kun terkejut saat menerima tumpukan struk yang kulempar barusan.

“Semua terbongkar begitu saja, Mas! Hotel Crown tanggal 15 Januari 2020, sepuluh tahun yang lalu. Kau pergi bersama wanita itu dan menghabiskan beberapa malam di sana. Malam itu harusnya menjadi malam bulan maduku bersamamu. Tapi kau malah menghabiskannya bersama wanita lain! Lihat tanggal di struk check-in itu, di situ ada lipstik bekas kecupan bibir wanita! Kau bahkan menyusun bukti transaksi itu dengan urut sesuai tanggal, bulan, dan tahunnya!”

Air mataku mengalir deras. Terisak, tersedu-sedu. Dia selalu bilang, dia mencintaiku sepenuh jiwanya. Setiap pagi bahkan menjelang tidur, selama sepuluh tahun pernikahan kami, tak pernah sekalipun dia absen mengucapkan kata-kata itu.

Sekarang setelah semuanya terbongkar, aku merasa menjadi wanita paling bodoh di dunia. Termakan kata-kata palsu seorang konglomerat yang jadi suamiku ini.

Dan kali ini, baru pertama kali aku melihatnya mati kutu. Badannya jatuh lunglai, dia berlutut di hadapanku. “Maafkan Papa,” ucapnya. Kini, dia memanggilku ‘Mama’ untuk mengingatkanku, bahwa aku adalah ibu dari anaknya.

“Aku tak bisa memaafkan perselingkuhan!” tegasku.

“Tapi semua ini juga salahmu, Ma! Kau selalu sibuk dengan jadwal arisanmu, liburan dengan geng sosialitamu, hingga Bobbi pun selalu kau titipkan dengan pengasuh. Aku, dan bahkan anak kita, selalu tak mendapatkan waktu kebersamaan denganmu.” Pembelaannya cenderung menuduhku.

Sebuah alasan yang tak masuk akal. Dia bahkan mulai berselingkuh sehari setelah pernikahan kami, jauh sebelum aku mengenal dunia sosialita. Dan sekarang aku mengerti, mengapa dulu dia selalu mendorongku untuk memiliki banyak kegiatan di luar, hingga mengenalkanku dengan gemerlapnya dunia kelas atas itu. Dia bahkan menggaji seorang pengasuh untuk membantuku mengurus Bobbi, agar aku bisa leluasa berkegiatan bersama teman-temanku. Semua itu dia lakukan agar aku sibuk dengan duniaku sendiri, dan dia bisa bersenang-senang bersama Renata.

“Kau tak pernah berubah! Kau selalu membolak-balik fakta setiap kali melakukan kesalahan. Jelas kau yang berulah, malah aku yang kau salahkan!” jawabku tak terima. “Aku akan pulang dan membawa Bobbi bersamaku. Kita urus perceraian nanti!”

Mas Kun menahan langkah kakiku. Dia mempertanyakan kesungguhanku untuk pergi dari rumahnya.

“Apa kau yakin, Nita? Kau akan kembali hidup melarat jika bercerai denganku,” ucapnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status