Share

Rentetan Derita

Author: She Sheila
last update Last Updated: 2024-01-23 15:46:15

"Minggu depan kalian akan menikah!" kata Leo menegaskan keputusannya sebagai kepala keluarga De Quinn untuk saat ini.

Amy mengangguk setuju, sembari menyantap sarapannya pagi itu. Wanita dengan dandanan terang bak lampu neon itu nampak menikmati layanan yang ada di rumah besar sang kakak dengan angkuh. Gayanya bak pemilik rumah, bahkan melebihi Clara yang biasanya begitu manja dan pilih-pilih.

Sementara David terus berdiri di sisi calon istrinya, masih bertugas sebagai pengawal pribadi. Sebelum sah menjadi suami-istri, keduanya sepakat untuk tetap bertindak sebagai atasan dan bawahan seperti biasa. 

"Selain itu, aku ingin mengatakan padamu tentang wasiat terakhir kakakku," katanya yang mampu membuat wajah Clara mendongak.

Gadis yang telah kehilangan harap itu hanya mengacak makanannya tanpa selera. Ia sudah tahu bahwa pagi itu akan membicarakan terkait pernikahannya yang sudah di depan mata. Namun tak disangka bahwa sang paman akan mengatakan sebuah permintaan terakhir yang tak sempat diucapkan pada putri semata wayangnya itu.

"A-ayahku bilang apa?" tanyanya menahan tangis.

Walaupun selalu bertindak seenaknya, pembangkang dan juga masa bodoh dengan semua urusan sang ayah, namun dalam hatinya Clara selalu menyayangi sang cinta pertama. Mau bagaimanapun, ia tahu perjuangan Bernardo membesarkannya. Di tengah kesibukan pekerjaan, ia tetap memperhatikan kebutuhan putri semata wayangnya akan kasih sayang dan perhatian.

"Aku dan Amy yang bertanggung jawab atas perusahaan dan juga, kau!" katanya penuh penekanan di akhir kalimat. 

"Jadi, semua hal yang berhubungan dengan perusahaan, aset keluarga dan juga masa depanmu, harus atas ijin kami!" tegas Amy mempertegas pernyataan kakaknya.

Bak petir di siang bolong, jantung Clara nyaris copot mendengar sebuah pernyataan yang membuatnya semakin yakin bahwa semua ini adalah akal bulus kedua adik ayahnya itu. Mana mungkin seorang Bernardo De Quinn menyerahkan semua hartanya, terutama sang putri yang paling berharga pada dua orang paling tak peduli pada keluarga mereka.

"Tunggu dulu, aku sudah 25 tahun dan berhak menerima tanggung jawab yang sama seperti kalian! Aku sudah dewasa!" timpal Clara tak terima.

Leo dan Amy selama ini memang bertindak sebagai Wakil Direktur di Quinn Corporation yang bergerak di bidang obat-obatan dan juga minyak bumi. Wajar jika perusahaan dipercayakan pada dua orang itu. Tapi ia juga sudah dewasa dan pantas menerima hak yang sama seperti keduanya, termasuk dalam perusahaan.

"Mana buktinya?" tanya Leo dengan mudahnya membalikkan keadaan. "Apakah bertindak seenaknya seperti kemarin adalah bentuk kedewasaanmu? Apa sibuk bersenang-senang dan melupakan ayahmu membuktikan kau sudah siap menerima tanggung jawab yang lebih?" cecarnya memojokkan gadis 25 tahun yang baru saja kehilangan ayah dan juga hidupnya.

"Kau tak lebih dari sekedar anak pembawa sial bagi ayahmu!" tambah Amy yang tak berhenti menimpali kakaknya. "Harusnya dulu kakakku tak hanya membuang istrinya, tapi juga anaknya!" katanya sinis.

Lidah Clara kelu, tak mampu menjawab apapun yang dituduhkan padanya. Selama ia hidup tak pernah sekalipun prestasi berhasil ditorehkan. Sekolah di luar negeri hanya akal-akalan sang ayah untuk menyembunyikan kebodohan putri semata wayangnya itu. Ditambah lagi dengan ulah di luar nalar yang mampu membuat seluruh dunia mengecapnya bad girl. Jadi pantas saja jika kini Leo dan Amy memberinya predikat anak tak tahu diri, tak tahu diuntung dan juga anak durhaka.

"Tapi ku rasa Nona Clara  berhak mendapatkan kesempatan untuk membuktikan bahwa ia mampu!" 

Sebuah kalimat yang baru saja keluar dari mulut David mengejutkan seisi ruang makan. Tak hanya para peserta sarapan, tapi juga beberapa pelayan yang sejak tadi berdiri di sekitar mereka untuk sekedar mengisi makanan dan minuman yang kosong. Semua mata kini tertuju pada pria yang menundukkan tubuh tanda permintaan maaf.

"Nona Clara adalah putri Tuan Bernardo, rasanya tak pantas jika ia disudutkan seperti ini," tambahnya sambil melirik ke arah gadis yang tersenyum ke arahnya dengan tatapan haru.

Berbeda sekali dengan sikap yang Leo dan Amy tunjukkan. Keduanya tergelak, hampir saja menertawakan keberanian seorang pengawal yang bisa saja mereka pecat dan singkirkan segera. Namun mereka sadar bahwa David adalah calon suami yang tepat untuk menghancurkan reputasi Clara di mata seluruh pemangku jabatan di perusahaan. Dengan begitu, keinginan mereka untuk menurunkan derajat keponakannya akan terlaksana dengan baik.

"Kau berkata begitu karena sebentar lagi kalian akan menikah, dan kau pasti tak ingin kehilangan kantong emasmu, bukan?" tuduh Amy yang langsung memberikan tuduhan pada David.

"Sepuluh tahun saya bersama Tuan Bernardo, dan tak pernah satu hari pun dilewatinya tanpa memikirkan Nona Clara. Jadi saya yakin bahwa di alam sana beliau pasti sedih sekali melihat kedua adiknya tengah menggempur keponakan kecilnya ini," jawab David yang balik menuduh kedua orang dewasa itu dengan telak.

"Berani sekali kau..."

"Amy!" seru Leo yang menahan adiknya untuk tak lagi memperpanjang masalah. Wajahnya kesal, tapi tetap berusaha tersenyum. Sudut bibirnya tertarik, mimik sinis itu tak bisa lagi ia sembunyikan melihat keberanian David yang menabuh genderang perang dengannya. "Baik, akan ku beri Clara kesempatan!" katanya sambil memamerkan gigi serinya penuh kebanggaan.

Clara tersenyum senang. Ia menoleh ke arah David yang hanya mengangguk tanda keduanya harus bersiap menghadapi apapun keputusan yang dibuat oleh Leo. Karena saat ini, tak ada satu pun yang tahu apa sebenarnya yang telah terjadi pada Bernardo dan juga wasiat akhir kecuali kedua adiknya itu.

"Akan ku berikan jabatan direktur padamu, untuk Pabrik kita di Bagian Timur!" katanya sambil melirik Amy yang nyaris tertawa mendengar keputusan kakaknya yang sungguh di luar dugaan.

Tak hanya Amy, David dan juga Clara langsung tercekat mendengarnya. Salah satu pabrik obat di Bagian Timur itu nyaris bangkrut karena biaya operasional yang tinggi dan demo dari masyarakat sekitar terkait pembuangan limbah yang mengotori laut, sehingga berdampak pada pekerjaan mereka yang notabene sebagai nelayan.

Jangankan David yang sudah tahu tentang semua informasi perusahaan, Clara saja yang tak peduli pun ikut mendengar semua kejadian penting seperti pabrik Bagian Timur yang akan ditutup dalam waktu dekat. Jadi kecil kemungkinan ia bisa menyelamatkan pabrik itu, apapun jabatannya.

"Kau keterlaluan, Paman! Aku tak sebodoh itu sampai kau bisa memperlakukan aku seenaknya! Mana mungkin aku mempertahankan pabrik yang sebentar lagi mati?" Clara berteriak tak terima.

"Kalau kau saja tak yakin dengan kemampuanmu, apalagi aku dan para pemegang saham, hah? Siapa yang akan percaya pada anak ingusan yang sok tahu dan tak punya pengalaman apa-apa?" cecarnya kembali menyudutkan Clara.

Gadis itu pun tercekat tak bisa berkata-kata. Semua orang pasti lebih percaya pada adik-adik ayahnya dibanding Clara yang sudah jelas darah daging Bernardo. Tangannya terkepal, bergetar menahan amarah. 

"Menikah dan ambil alih pabrik itu, atau pergi saja dari sini karena aku tak mau tinggal dengan pembunuh kakakku!" kata Leo yang melemparkan alat makannya seraya pergi meninggalkan meja makan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Clara Si Pemberani

    "Jadi apa yang harus aku katakan pada mereka?" tanya Clara yang sudah mondar-mandir sejak tadi.David membaca berkas yang sempat terlewat kemarin. Karena buru-buru pulang, ia mengambil keputusan tanpa pikir panjang. Dan akibatnya, hari ini ada sekelompok masyarakat yang melakukan demo di depan gerbang pabrik, hingga keduanya harus melalui pintu samping.Clara mengintip lewat jendela ruangannya. Matanya terkejut mendapati peserta demo yang semakin banyak. Sebagian dari mereka menuntut pencabutan keputusan pemecatan untuk beberapa orang, termasuk Ratna yang ternyata juga merupakan salah seorang putri daerah. Ialah alasan dari kegiatan demo kali ini."Tunggulah sebentar lagi, kita keluar setelah ada pihak kepolisian."Namun Clara langsung mengambil posisi di samping suaminya. Hatinya tak tenang, karena ini adalah pertama kalinya ia berhadapan dengan segerombolan orang yang tak dikenal. Bukan hanya itu, sikap anarkis dan teriakan penuh makian menggambarkan dengan jelas bagaimana kepribadi

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Saling Tuduh

    "Mobil sudah siap, kita berangkat sekarang!" teriak David dari luar kamar.Satu kalimat dari pria itu membuat Clara tersentak. Gadis itu diam untuk beberapa saat. Sejak semalam sikap mereka menjadi canggung. Lebih tepatnya sejak ciuman yang didaratkan suaminya itu tanpa aba-aba.Tentu saja itu bukan ciuman pertama mereka. Namun kali ini begitu membekas karena David membuat permainan mereka semakin dalam dan nyaris terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Beruntung keduanya masih cukup sadar diri.Gara-gara perbuatannya, David harus menerima takdir untuk tidur di luar. Ya, Clara mengusirnya dan melarang pria itu untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Karena ia butuh istirahat dan melihat wajah suaminya membuatnya semakin tak bisa tidur."Aku turun!" katanya seraya bergerak untuk memulai hari.Dengan satu set pakaian kantor yang rapi, Clara pergi bersama David. Hanya mereka berdua tanpa ditemani sopir. Keduanya sepakat untuk bersama menjalankan tantangan dari Leo. Sehingga intensitas di

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Obat untuk Clara

    "Apa yang terjadi?" tanya David dengan telepon yang tersambung dengan pengeras suara di mobilnya.Pria itu mendengarkan dengan seksama penjelasan demi penjelasan yang diutarakan mantan bawahannya. Kepalanya berdenyut kencang setiap kali sesuatu terjadi pada sang istri. Bukan hanya karena Clara tengah sakit dan beristirahat di rumah, tapi juga karena secara kedewasaan, gadis itu masih cukup muda untuk mengemban tanggung jawab sebesar itu.Kakinya menginjak pedal gas semakin dalam, bersama fokus mata yang tak teralihkan dari jalanan. Tangannya memegangi kepala yang terus memutar otak untuk membuat gadisnya semakin kuat. Bukan untuknya, tapi minimal untuk diri Clara sendiri. Dan itu adalah tugas yang cukup berat bagi David.Clara hidup dengan bergelimang harta dengan jutaan pengawal dan pelayan yang biasa membantunya. Dengan kondisinya kini, ditambah keberadaan Amy dan Leo yang terus merongrong hartanya, maka semua tak akan bisa kembali seperti sedia kala. Gadis itu harus bisa belajar ma

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Ulah Leo

    "Tuan Putriku sedang sakit?" Wajah Leo yang masuk tanpa permisi ke kamar keponakannya mendapat sambutan dingin. Gadis yang masih tergeletak di atas ranjang itu hanya memandang sengit. Tangannya menggenggam ujung bantal, siap melakukan lemparan jikalau pamannya itu mulai menyebalkan."Mau ku panggilkan dokter pribadiku? Atau ku antar ke rumah sakit untuk periksa?" tawarnya dengan senyum yang nampak ramah di luar.Clara memutar matanya malas. Ia sudah tahu betul bahwa kehadiran Leo hanya untuk mengejeknya yang sedang sakit. Tak ada maksud baik di hati pria yang sudah tinggal bersamanya sejak sang ibu meninggalkan rumah. Leo dan Amy berkedok malaikat yang akan menjaga keponakannya yang menderita, tapi kenyataannya tak demikian.Dua orang dewasa itu hadir untuk menjaga harta sang ayah, untuk dimiliki dan dikuasai berdua. Dan saat ini, semua nyaris menjadi nyata. Jika Clara tak segera bangkit dan terus bertumpu pada David yang memang banyak memberikan bantuan."Sudah ku katakan sejak awal

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Sakit Membawa Berkah

    "HATCHI!"Clara memeluk dirinya sendiri bersama selimut tebal di atas kasur empuk. Pendingin ruangan yang biasanya menyala, mendadak padam. Tentu saja karena kondisi sang pemilik yang sedang tak enak badan.Sejak pulang dari restoran, gadis itu langsung membersihkan diri dengan air hangat. Ditambah lagi semangkuk sup hangat dan secangkir teh yang nampaknya belum cukup mengobati rasa dingin yang semakin menusuk tubuhnya. "Kau yakin tak ingin ku antar ke rumah sakit?" tawar David yang masih bertahan dengan sofa empuk di ujung ranjang.Jarak keduanya memang tak terlalu jauh. Tapi keduanya masih setia untuk menjaga privasi masing-masing dengan pisah ranjang. Selain untuk menjaga diri, juga untuk meyakinkan bahwa semua hubungan ini hanya sebuah kesalahan yang diawali dengan ulah licik seseorang."I'm okay!" katanya dengan jari telunjuk dan jempol yang membentuk lingkaran pertanda ia masih baik-baik saja.Namun tak demikian yang dilihat oleh David. Mata istrinya berair, dengan ingus yang m

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Mengenal David

    "Jadi ayahku yang membiayai sekolahmu?" tanya Clara tak percaya. Cangkir di tangannya bergetar hebat, saking bingungnya dengan semua kebaikan sang ayah yang tak pernah ditunjukkan pada putri semata wayangnya.Sebagai anak, Clara merasa begitu tak tahu diri. Bukan hanya dalam hal berbakti, tapi juga mengetahui sifat dan sikap sang ayah, yang sebenarnya. Semua kebaikan yang dilakukan Tuan Bernardo hanya bisa ia dengar tanpa pernah ia ketahui dengan mata kepalanya sendiri.Seperti yang sudah diterima oleh David. Semenjak lepas dari pekerjaan pengawalnya yang lama, pria itu ternyata sudah direkrut oleh sang ayah dan langsung disekolahkan kembali. Pria yang kala itu masih menjadi karyawan baru, mendapatkan banyak sekali keuntungan yang bisa saja dimanfaatkan menjadi tak baik.Namun David yang pada dasarnya memang ingin menuntut ilmu membuat kepercayaan Bernardo semakin besar. Tak hanya itu, suami dari Clara De Quinn itu terus setia, kapanpun dan di mana pun sang ayah berada. Belum cukup sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status