Safina mengetatkan rahang dan mengepalkan tangannya, kesal dengan Rania, madunya itu ternyata tidak selemah yang dikira selama ini.
Rania kembali berjalan di samping Safina, ia masih meneruskan langkah untuk membantu para asisten rumah tangga membawa piring-piring kotor ke dapur, tapi tidak sedikitpun ia menoleh pada Safina, ia cuek seolah wanita itu tiada di sana, malas ribut lagi.Selesai acara makan malam, Rania meminta diri untuk naik ke kamar atas, ia akan menata barang-barangnya yang akan dibawa pulang ke Jakarta.
Setelah menutup resleting travel bagnya, Rania masih berpikir lagi, karena ada beberapa barang yang tidak masuk. Rania berdiri di dekat jendela sambil memijat pelipisnya, ia menarik nafas dalam-dalam. Lalu menghembuskan dengan kasar.Rania kembali mengeluarkan beberapa baju dan selendangnya dari travel bag, itu akan ia tinggal saja, toh di Jakarta juga bajunya sudah banyak. Akhirnya setelah beberapa helai baju dikeluarkan, travel bag itu ada
Air mata Nyonya Gisel bercucuran melihat siapa yang masuk ke dalam kamarnya, putra yang sangat ia rindukan. Putra yang telah ia sakiti hatinya. Alex Rayyan mendekati Pak Heru, tangan pria berumur itu dicium dengan hormat. Alexa berdiri dan memeluk kakaknya. Air matanya jatuh, melihat wajah tenang sang kakak, jalan hidupnya yang penuh duri tidak mengubah sedikitpun pribadinya, dia tetap menjadi seorang kakak yang sayang pada semuanya.“Kak Ray, gimana kabarnya?”“Kakak baik.” rambut adiknya diusap dengan sayang.Alex Rayyan melepaskan pelukannya, ia berjalan menghampiri surganya, tangan Nyonya Gisel diraih, dan dicium penuh kasih.“Maaf, Ma. Ray baru bisa pulang. Kenapa sampai sakit begini.” Wanita pertama dalam hidupnya, ibu yang melahirkan ia ke dunia dipeluk erat.“Maafkan, Mama. Maafkan Mama.” Nyonya Gisel masih terisak-isak dalam pelukan putranya.
Alexa kaget mendengar ucapan dari kakaknya, baru kemarin ia telpon Rania, tidak ada cerita tentang suaminya sama sekali, bahkan suara Rania juga ceria seperti tidak ada masalah berat dalam hidupnya.Alexa memandang kakaknya.“Apa maksud Kak Ray? Ini serius banget, tapi Rania tidak pernah cerita, Kak Ray tahu dari mana?” ditanya seperti itu Alex Rayyan hanya diam.“Jangan bilang, Kak Ray masih mengikuti perkembangan Rania sampai sekarang, itu salah Kak, dia istri orang!” Alexa kembali berkata karena belum juga ada jawaban. Alex Rayyan menarik napas berat.“Tidak perlu tahu Kakak mengetahui semua ini dari mana, yang jelas, dia sekarang tengah tidak bahagia. Dia tidak seperti yang kita duga.”Alex Rayyan bangun dan berjalan menuju jendela kaca yang menampakkan pemandangan halaman belakang.“Kalau ini memang benar, berani sekali Harris Iskandar itu, seenaknya saja
Rania ketakutan, ia berdiri untuk keluar dari mobil. Hatinya berdoa semoga ada orang yang lewat dan menolongnya, tapi jalanan sepi begini mana ada orang.“Anda siapa? Saya bisa laporkan ini sebagai perampokan, bukankah Anda harusnya mengantar saya sampai tujuan?”Pria itu mengacungkan pisau tajam kepada Rania.“Jangan banyak bicara, Nona! Keluarkan semua barang berharga yang kau miliki, sekarang!”“Saya tidak memiliki apa-apa.”“Jangan banyak omong! Atau pisau ini yang akan berbicara!” lelaki itu menghardik Rania, pisau tajam berkilat yang diacungkan membuat Rania ketakutan.Sebuah motor sport berkuasa tinggi, berhenti tepat di belakang mobil milik lelaki yang sekarang mengancam Rania dengan sebilah pisau.“Hentikan!” pria yang baru datang itu membuka helmet yang dipakai lalu meletakkannya di atas motor.Seketika Rania dan lelaki
Rania terdiam, pertanyaan Alexa seolah todongan belati yang siap merobek hatinya. Bagaimana Alexa bisa tahu? “Beb, elo salah dengar pasti, gosip itu tidak benar sama sekali. Hehe.” Rania berpura-pura tertawa. (Tidak, Beb. Gue yakin itu bukan hanya gosip atau berita hoax, elo menyembunyikan sesuatu dari kami. Come on, gue tahu elo butuh teman untuk cerita) Rania menarik napas berat dan mengeluarkan dengan perlahan. “Semua sudah terjadi, gue bisa apa.” akhirnya ia mengaku juga. (Brengsek! Sekarang di mana pria tidak tahu diri itu? Gimana ini bisa terjadi, dan elo Beb, apa elo tidak marah? Kenapa elo izinkan dia untuk menikah lagi? Atau Harris menikah secara diam-diam?) Pertanyaan dari Alexa bertubi-tubi. Tampak sangat dia kesal dan tidak sabar. “Gue jawab satu persatu, tapi gue minta sama kamu Beb, jangan sampai Papa tahu, gue tidak ingin papa banyak pikiran karena gue.” Rania mengatur napas.
Mendengar pertanyaan dari sang ibu, membuat Alex Rayyan terdiam. Ia tidak mau ibunya tertekan lagi. Nyonya Gisel tidak pernah menyukai Rania, bahkan ia sangat menentang hubungan mereka waktu itu. Masih terlintas jelas di benaknya bagaimana pertengkaran terjadi diantara mereka ketika pernikahannya dengan Rania terbongkar. Masih segar juga dalam ingatannya perlakuan Nyonya Gisel tiap kali bertemu dengan Rania.“Ray, Mama bertanya sama kamu.” lamunan Alex Rayyan diusir dengan penegasan kalimat dari mamanya.“Kenapa Mama bertanya tentang itu, lupakan saja, Ma. Sekarang yang terpenting adalah kesehatan Mama.” dokter muda berwajah tampan dengan sorot mata penuh kasih itu akhirnya duduk di depan Nyonya Gisel, karena wanita itu enggan untuk beranjak dari tempatnya.“Mama juga ingin melihat putra Mama bahagia, sudah banyak luka yang Mama torehkan karena keegoisan hati Mama. Bahkan sekarang semua yang pernah
Harris Iskandar langsung merebut ponsel dari tangan Datin Maria. “Ini tidak benar, Ma. Tidak mungkin Nia melakukan itu di depan Is.” pria itu lebih percaya sama istrinya dari pada foto yang ada di depannya sekarang. “Sudah terang lagi bersuluh kalau dia dengan pria lain, masih juga tidak percaya.” ujar Nenda. Safina tersenyum dan menatap mertuanya. “Ma, biarkan Abang Is rehat dulu. Dia pasti letih setelah perjalanan jauh kami.” “Is tak nak, dengar tuduhan yang tidak benar tentang Rania, Ma. Is kenal siapa dia.” Safina berdiri. Pinggang suaminya dipeluk dari samping. “Sudah, Bie tak perlu nak marah sangat dengan Mama, sekarang pergi rehat. Biar i yang buka barang-barang ini.” Safina memang pandai meredakan emosi Harris. “Baiklah, i naik dulu.” Harris berkata dan terus melangkah meninggalkan ruang keluarga. Ia masih kesal dengan Safina. Kemarin sebelum mereka bersiap untuk pergi ke bandara, ponsel
Harris terkesiap mendengar kalimat dari Datin Maria, beberapa helai foto bertaburan di depan Harris, ia mengambil kepingan kertas yang menampilkan foto-foto Rania bersama seorang pria yang terlihat masih muda dan tampan. Kedua bahu Harris jatuh, ia duduk bersandar di samping Safina. Ini memang foto-foto Rania tapi ia tidak yakin istrinya sudah berlaku curang di belakangnya. “Ini pasti ada salah paham, Ma. Is tidak percaya kalau Rania melakukan semua itu.” Harris masih membantah apa yang menjadi keyakinan sang ibu. Nenda yang mendengar kalimat Harris langsung mencebikkan bibirnya, ia memang dari awal tidak pernah menyukai cucu menantu yang berasal dari kalangan orang biasa, ia merasa Harris lebih layak dengan Safina karena Safina adalah anak orang kaya. “Bie, sepertinya itu foto asli, bukan editan. Kenapa tak percaya cakap Mama?” Safina mengusap lengan suaminya. “So, You percaya lah?” tanya Harris pada istri barunya. “Yes, i am!” jawab Safina singkat dan penuh rasa percaya diri. H
“Bie, takkan you nak tinggalkan i di rumah ini sendiri.”“Jangan berlebihan boleh tak Fina? Ada Mama dan yang lainnya, apa pula sendiri?” Harris meraih baju mandinya dan meninggalkan Safina yang sekarang seperti kucing kehilangan anaknya, gelisah. Ia tidak akan tenang jika Harris pulang ke istri pertamanya. Ia harus ikut bersama. Safina segera mengambil ponselnya. Ia menghubungi seseorang.“Alisa, siapkan tiket dan pasport saya, dan urus visa untuk saya pergi ke Jakarta.”Setelah mengakhiri telponnya, Safina tersenyum sarkastik, ia tidak akan tinggal diam kalau Harris pulang ke rumah istri pertamanya.Dua hari berlalu, Harris sudah bersiap-siap untuk berangkat ke KLIA airport dan sedang menunggu taksi yang sudah dipesannya di bawah.“Sudah siap, Is?” tanya Datin Maria meneliti penampilan sang putra.“Iya, Mam. Is titip Safina.”“Dia tidak ikut? Harusnya istri Is ikut kemanapun Is pergi, tempat seorang istri kan di samping suami.”Safina turun dar