Fjola memandang hamparan perbukitan dekat rumahnya dengan hati pilu. Pasalnya, ia merasa tak akan pernah melihatnya lagi. Biasanya, ia, Jon, dan Fannar sering ke sana untuk sekadar menikmati mentari pagi pada musim panas. Mereka akan berbaring di sana, melepas kekhawatiran, meski perut memprotes lapar.
Gadis itu teringat bagaimana Negeri Haust melepasnya pergi tadi. Setelah keluar dari kamar, Fjola dibawa ke aula raja. Di sana, seluruh dewan menyambutnya. Mereka memberikan ucapan selamat dengan gembira. Namun, dalam hati, Fjola tahu mereka mengucap syukur yang tak terkira bahwa putri-putri mereka selamat dari ancaman kematian. Kata Ishak, sudah berbulan-bulan rencana tentang pergantian ini dibahas Raja Erik pada dewan. Demi kesetian, sang raja meminta putri-putri para dewan itu untuk menggantikan Briet memenuhi panggilan ke negeri seberang. Meski tidak setuju dengan rencana itu, mereka tak ada yang berani melawan Raja Erik. Pasalanya, raja itu amat tFajar sudah menyingsing ketika mereka membongkar tenda. Kuda-kuda tampak segar. Prajurit yang bersama mereka pun kembali awas. Stamina semua orang telah pulih kecuali Fjola. Ia lesu karena tak dapat tidur. Bukan karena dingin maupun dengkuran, melainkan karena pikirannya kalut. Ia ingin sekali lari dari sana. Bahkan, ia dapat melaksanakan niatnya dengan gampang.Tadi malam, setelah menghangatkan badan, Fjola undur diri kepada Killi. Ia berkata akan kembali ke tendanya. Namun kemudian, godaan itu muncul. Diam-diam, kakinya melangkah ke hutan. Ia coba-coba masuk ke sana, bersembunyi di antara pepohonan. Mantelnya dirapatkan. Ia menunggu sejenak. Adakah yang sadar bahwa dirinya menghilang? Namun ternyata tidak ada.Fjola berjalan semakin dalam ke hutan. Hutan di sana tak jauh berbeda dengan hutan terlarang di Negeri Haust. Meski begitu, pohon-pohonnya sedikit berbeda, lebih tinggi dan rindang. Setelah berjalan beberapa lama, Fjola merasa ada sesuatu yang mengi
Aula tempat makan malam itu begitu indah. Fjola tak pernah melihat makanan selengkap itu dihidangkan, bahkan saat berada di istana Raja Erik di Negeri Haust. Ada ayam panggang yang menggoda selera, terletak tepat di tengah meja panjang yang dikelilingi sepuluh kursi. Kursi paling ujung merupakan kursi milik si penanggung jawab istana calon selir. Dia belum hadir di sana ketika Fjola masuk. Makanan lain yang tak kalah menggugah selera mengelilingi hidangan utama. Ada piala berisi anggur di samping piring kosong, di depan masing-masing kursi. Lampu gantung besar mengantung di langit-langit tengah ruangan. Tempat lilin yang berukir indah berdiri di tembok-tembok, membuat suasana semakin terang. Sebuah perapian berada di ujung ruangan. Nyala apinya yang besar membuat hangat ruangan. Perapian itu terletak di belakang kursi si penanggung jawab.Ketika Fjola akan duduk di salah satu kursi, Ishak mencekal lengannya. “Tunggu dipersilakan dulu,” bisiknya.
Udara dingin mengusik tidur Fjola. Meski sudah ada perapian yang menyala, tetap saja gadis itu menggigil. Pada tengah malam, ia terbangun. Ia mengenakan mantel kemudian kembali tidur. Akan tetapi, bayang-bayang kematian selalu menghantuinya. Fjola gelisah. Kemudian, gadis itu memutuskan untuk bangkit dari ranjangnya yang hangat. Ia berdiri di balik jendela. Tak ada apa-apa di luar sana. Hanya ada kegelapan saja. Namun, jauh di belakang sana, di seberang bukit, tembok besar berdiri megah. Meski sudah malam, dindingnya yang pucat tampak kontras. Saat melihatnya, Fjola merasa takut. Ia tak bisa membayangkan jika tembok itu runtuh. Seandainya cerita Ishak benar adanya, maka hanya kehancuran yang akan menaungi negeri-negeri di dalam tembok jika sampai tembok itu runtuh.Memikirkan hal itu membuat Fjola tambah bergidik. Rupanya, buka dingin yang membuatnya menggigil, melainkan membayangkan apa yang terjadi padanya kelaklah yang membuat hatinya menciut. G
Fjola kembali ke istana dengan mengendap-endap. Meski yakin tak akan ada yang bangun selarut itu, tetap saja dia takut ketahuan. Ia tak tahu hukum di negeri tersebut. Saat membuka pintu demi pintu, melewati lorong demi lorong yang sepi, jantung gadis itu berdetak lebih kencang, apalagi ketika mendengar langkah kaki penjaga yang sedang berpatroli. Meskipun demikian, dia merasa senang.Ketika membuka pintu kamar, ia baru merasa aman. Segera, Fjola mengembuskan napas lega.“Bagus, ya!” suara Ishak terdengar memecah keheningan.Fjola terkesiap. Perlahan, ia menoleh. Ia menatap Ishak berdiri di belakang bayang-bayang sudut kamarnya. Tubuhnya yang tinggi disandarkan ke tembok, kakinya disilangkan. Tangannya bersedekap.“Aku .... Aku ... anu ... aku dari kamar mandi.” Fjola tergagap. Gadis itu mengusap-usap tengkuknya dengan gelisah. Ia menggigit bibir bawahnya.Dalam keremangan, Fjola dapat melihat alis pelay
Fajar telah menyingsing tetapi kabut masih menutupi pemandangan, dingin masih menyelimuti Kota Veggur. Meski begitu, penduduk beramai-ramai keluar dari rumah, berdesak-desakkan di sisi jalan utama. Mereka antusias menyambut para calon selir yang akan menghadiri upacara penyambutan di alun-alun.Seolah tak mau menyia-nyiakan kesempatan, beberapa pembisnis membuka lapaknya lebih pagi. Kedai-kedai yang menjual makanan pun sudah siap melayani lebih awal. Orang-orang berbisik, menunggu, dan bahkan ada yang membuka taruhan. Anak-anak kecil yang ikut menyaksikan terlihat berdiri tak sabar, memakai berlapis-lapis baju tebal, sebagian digendong. Penjual bunga berkeliling menawarkan dagangannya. Meski bukan sebuah perayaan, setiap tahun, pada hari di mana selir akan dipilih merupakan tontotan yang tak boleh mereka lewatkan.Selain wajah calon selir, mereka tertarik melihat ekspresi para putri kerajaan yang akan diarak dengan kereta kuda itu. Sudah berbagai maca
Mata Fjola melebar saat menyadari siapa prajurit di sampingnya itu. “Bagaimana kau bisa—”“Berpakaian seperti ini? Atau berada di sini?” tanya Zargar menyeringai. Kereta itu berjalan cukup lambat hingga Zargar tak kesulitan mengimbanginya.“Kedua-duanya,” sahut Fjola. “Bagaimana juga kau bisa keluar dari penjara?”“Rahasia,” jawab Zeggar sembari meletakkan jepit itu ke telapak tangan Fjola. “Sampai nanti.”“Tidak! Tidak! Aku tidak mau menerimanya,” tolak Fjola.Namun, Zargar sudah menghilang. Fjola mengerjap. Ia memandang jepit itu dengan bingung. Kemudian, suara Ishak mengentaknya. “Benda apa yang kau pegang itu?”“Kau tidak melihatnya?” tanya Fjola bingung.“Memangnya kau pikir aku buta? Tentu saja aku lihat. Itu kan jepit rambut. Dari mana kau dapat?” tanya Ishak yan
“Elisabet dari Vor!” umum seorang utusan dengan suara lantang.Dengan langkah yang anggun, Elisabet menaiki tangga. Gaunnya yang indah berdesir saat lewat di depan Fjola. Gadis itu melirik singkat padanya. Kemudian, bibirnya melengkung ke atas, dagunya mendongak. Ia menatap Fjola dengan penuh kebencian.“Apa salahku?” tanya Fjola berbisik kepada Ishak yang berdiri di sampingnya. Setelah bejalan kembali ke lapangan alun-alun, ke bawah panggung tempat kusrsi kebesaran sang raja berada, masing-masing orang kembali menempati posisinya semula. Upacara penyambutan yang terinterupsi sejenak tadi dilanjutkan kembali. “Seharusnya dia mengucap terima kasih padaku karena telah menyelamatkannya dari kuda yang akan menggilasnya tadi.”“Kau menggagalkan rencananya,” balas Ishak berbisik. “Itulah kenapa dia membencimu?”Mata Fjola membelalak. Ia berpaling menatap Ishak tak percaya.
Dengan tersenyum, Fjola mengangguk. Ia tak menyangka mendengar tawaran dari Raja Valdimar langsung. “Itu sebuah kehormatan bagiku, Yang Mulia.”Ia lantas membalas uluran tangan sang raja. Ishak tampak gembira. Dalam hati ia berdoa supaya Fjola dapat menjaga mulutnya di kereta nanti.Seorang selir yang tampak paling muda di antara yang lain maju. Ia menyentuh lengan sang raja dengan lembut.“Mohon maaf, Rajaku. Ada masalah dengan kuda Elisabet. Bisakah, dia menumpang kereta Anda juga?”Sang raja menoleh pada selirnya. Ia lalu melihat Elisabet yang menunduk hormat, kemudian kembali memandang sang selir. “Biarkan dia ikut denganmu.”Pancar terkejut mewarnai raut wajah selir itu. Tetapi, dia diam saja. Ia mengangguk, kemudian undur diri.“Mari.” Sang raja menuntun Fjola menuruni tangga. Kemudian, membawanya ke kereta. Kereta itu luas, dengan meja di tengah. Di sana terdapat